Capres Anies-Ganjar Saling Cuit Gunakan Boso Walikan, di Masa Penjajahan Belanda Penggunanya Ditangkap Polisi
Sabtu, 28 Oktober 1928, Ganjar Pranowo berulang tahun. Anies Baswedan pun mengucapkan selamat ulang tahun kepada Ganjar dalam bahasa gado-gado dengan menyisipkan boso walikan.
Boso walikan adalah kata yang disusun dengan cara membalik urutan huruf. Huruf yang urutannya dibalik tentu saja huruf Jawa.
Oohya! Baca juga ya:
“Selamet ulang tahun Dab @ganjarpranowo! Mugi-mugi terus sehat, nek ono daladh2 bareng ojo lali ngundang ya. :),” cuit Anies Baswedan di akun X-nya.
Ganjar pun membalas. “Maturnuwun dab @aniesbaswedan, sampeyan mugo-mugo sehat terus juga yo. Duh tanggal tua lagi poya mothig e hahaha.”
Oohya! Baca juga ya:
Bupati Grobogan Menyusun Kekuatan Setelah Raja Mataram yang Masih Muda Berpihak ke Belanda
Dab dan daladh yang ditulis Anies dan poya mothig yang ditulis Ganjar merupakan boso walikan. Aksara Jawa terdiri 20 huruf: Ha na ca ra ka da ta sa wa la pa dha ja ya nya ma ga ba tha nga.
Oohya! Baca juga ya:
Asal Mula Sebutan Sumpah Pemuda Menggantikan Putusan Kongres Pemuda-Pemudi Indonesia
Disusun per lima huruf untuk boso walikan urutannya menjadi:
Ha na ca ra ka
Pa dha ja ya nya
Da ta sa wa la
Ma ga ba tha nga
Dab terdiri dari huruf da dan ba. Huruf da jadi huruf ma, huruf ba jadi huruf sa.
Maka dab sama dengan mas. Daladh sama dengan makan. Poya sama dengan ora, mothig dari muthig sama dengan duit. Poya mothig sama dengan ora duit, maksudnya ora nduwe duit. Tidak punya uang.
“Selamat ulang tahun Mas @ganjarpranowo! Semoga sehat terus ya, jika ada makan-makan bersama jangan lupa undang ya, :),” kata Anies.
Oohya! Baca juga ya:
17 Agustus Dini Hari WR Supratman Meninggal Dunia, 28 Oktober Malam Membawakan Lagu ‘Indonesia Raya’
“Terima kasih Mas @aniesbaswedan, kamu semoga sehat terus jyga ya. Duh tanggal tua lagi tidak punya uang e hahaha,” jawab Ganjar.
Boso walikan sudah dipakai di masa penjajahan Belanda dulu. Ada kasus seseorang yang mengrim pesan untuk mengajak melawan Belanda menggunakan pesan boso walikan.
Priyantono Oemar sudah menulis hal ini di oohya.republika.co.id pada 15 Oktober 2023. Kejadiannya pada tahun 1923.Yang membuat pesan boso walikan adalah Tamil Boedi Mandoejono.
Oohya! Baca juga ya:
Ia menulis:
"Ngeh j j. agilin! j.j. djasjradan! j.j. lanweja wan p.p. da. Tjarikantanah leroenjoengan mija mepak?
O, tjangdja! tjangdja! pingatpah tadjit ngiwoepkoe djamagang. Kamin paka kamin djamlik kamin jerwedjak, kamin jerodjap wan kamin genwahpab kerjatjat tjang djamoe.
Djemagang mija jadak mala njah mija tjidja jerpelas wagi tjepanwa? Sapan tang katamah mija tjidja walet kerwema? Alamah widjiti tanji aman wajens ngoegoe ngaga?
Djata njamoet! japongpah! jopongsama! sahan djamlik mija sawi mortjan lerboeka."
Artinya:
„Heh, t.t. (Tuan-tuan) Ngaripin (Arifin)! t.t. Sastrawan ! t.t. Pandeta dan l.l.nya (lain-lainnya). Bagimanatah peruntungan kita kelak?
O, bangsa! bangsa! Lihatlah nasib hidupku sakarang. Makin lama makin sampik makin terdesak, makin tegosal dan makin rendahlah mertabat bangsaku.
Sekarang kita tanjak: kapantah kita bisa terlepas dari Belanda? Jalan yang manakah kita bisa dapat merdeka? Ngapaka (Apakah) disini jadi ngakan (aken) dateng huru-hara?
Saja takut! Tolonglah! Tolong djaga! Jangan sampik kita jadi korban percuma.
Oohya! Baca juga ya:
Pesan boso walikan ini dianggap oleh polisi Belanda sebagai provokasi untuk mengajak memberontak. Tamil Boedi Mandoejono kemudian ditangkap Belanda. Lalu diadili dan dijatuhi hukuman.
Di pengadilan Bandung ia dikukum tujuh bulan penjara, di pengadilan Yogyakarta ia dijatuhi hukuman sembilan bulan penjara.
Di dalam penjara, ia membuat petisi minta dihukum buang ke Belanda.
Ma Roejan