Lincak

Asal Mula Sebutan Sumpah Pemuda Menggantikan Putusan Kongres Pemuda-Pemudi Indonesia

Gedung Sumpah Pemuda di Jalan Kramat, Jakarta. Di sini dibacakan Putusan Kongres Pemuda-Pemudi Indonesia yang kemudian dikenal sebagai Sumpah Pemuda.

Pada 27 Oktober 1953, Front Pemuda Indonesia mengadakan pertemuan. Mereka melakukan Sumpah Pemuda ulang.

Bunyi naskah Sumpah Pemudanya: Bertanah air satu, tanah air Indonesia; Berbangsa satu, bangsa Indonesia; Berbahasa satu, bahasa Indonesia. Yang hadir di pertemuan itu organisasi-organiasi pemuda di Jakarta.

Pada 1928, Kongres Pemuda Indonesia Kedua tidak menyebut Sumpah Pemuda, melainkan Putusan Kongres Pemuda-Pemudi Indonesia. Lalu, sejak kapan disebut sebagai Sumpah Pemuda?

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Oohya! Baca juga ya: Kesal karena 10 Tahun Sumpah Pemuda dan Bahasa Indonesia Diabaikan, Adik Tabrani Adakan Lagi Konggres Pemuda

Saat menyusun rancangannya di Kongres Pemuda Indonesia Pertama pada 1926, Muh Yamin menamainya sebagai Ikrar Pemuda. Nama itu kemudian di bahas oleh Tim Kecil Kongres Pemuda Indonesia Pertama.

Sanusi Pane mengusulkan nama: Kebulatan Tekad Pemuda. Tabrani setuju dengan nama Ikrar Pemuda.

Tapi, bukan nama yang kemudian memnyebabkan Ikrar Pemud aitu batal dibacakan di Kongres Pemuda Indonesia Pertama. Usulan bahasa persatuan bahasa Melayulah yang membuat Ikrar Pemuda harus dibawa ke Kongres Pemuda Indonesia Kedua.

Oohya! Baca juga ya: 17 Agustus Dini Hari WR Supratman Meninggal Dunia, 28 Oktober Malam Membawakan Lagu ‘Indonesia Raya’

Belum ada kesepakatan bahasa Melayu atau bahasa Indonesia yang akan dijadikan sebagai bahasa persatuan. Yamin yang kemudian menyodorkan naskah Ikrar Pemuda itu di Kongres Pemuda Indonesia Kedua pada 1928.

Yamin memilih bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Sidang Umum Kongres Pemuda Indonesia Kedua menyebut naskah Ikrar Pemuda itu sebagai Putusan Kongres Pemuda-Pemudi Indonesia.

Sugondo Joyopuspito selaku ketua panitia kongres, kemudian membacakannya pada Kongres Pemuda Indonesia Kedua, 28 Oktober 1928. Pada saat itu, jumlah sekolah dengan pengantar bahasa Melayu telah mencapai 17.611 sekolah dengan jumlah murid mencapai 1.513.085.

Oohya! Baca juga ya: Jadi Raja Masih Muda, Labil, Pakubuwono II Minta Bantuan ke Gubernur Jenderal untuk Singkirkan Patih Danurejo

Yang dikelola pemerintah kolonial ada 14.702 sekolah, yang dikelola swasta ada 2.909 sekolah. Di tahun itu, masih ada pula 786 sekolah yang menggunakan bahasa Belanda dengan jumlah siswa 146.275, 81.281 di antaranya adalah siswa pribumi.

Di kemudian hari, ikrar itu lebih populer dengan sebutan Sumpah Pemuda. Sejarawan LIPI, Abdurrachman Surjomihardjo, menyebut nama Sumpah Pemuda yang muncul di tulisan Sutan Takdir Alisjahbana pada November 1931 di majalah Perserikatan Kaum Jurnalis.

“Sumpah pemuda-pemudi bangsa kita beberapa yang lalu ialah suatu kejadian yang penting dalam sejarah Indonesia, yang kelak akan dapat dihargai oleh sejarah dengan sepenuh-sepenuhnja,” tulis Sutan Takdir yang dikutip Abdurrahman.

Tapi, sebutan Sumpah Pemuda sepertinya sudah ada sebelum Sutan Takdir menulisnya. Sebab, Tabrani mengaku sudah berkirim surat protes --yang dapat penguatan dari Djamaludin Adinegoro— kepada Yamin pada tahun 1930.

Surat dikirim dari Berlin. Jika pada 15 September 1930 Tabrani sudah mengadakan rapat pembentukan Partai Ra’jat Indonesia di Batavia dan ia terpilih sebagai ketua, berarti surat dikirim sebelum ia pulang.

“Hendaknya jika masih dapat, sebutan ‘Sumpah’ diganti dengan ‘Ikrar’, jadi bukan ‘Sumpah Pemuda’, tetapi ‘Ikrar Pemuda’. Sebab … sumpah hanya terhadap Tuhan,” tulis Tabrani dalam suratnya kepada Yamin. Jawab Yamin, lanjut Tabrani, “Terlambat, tidak mungkin diubah lagi.”

Oohya! Baca juga ya: Anak Raja Majapahit yang Dibuang ke Grobogan Punya Cucu, Ini Pesan untuk Cucu Pemberi Keturunan Raja Mataram

Pada Desember 1930 ada Kerapatan Besar (Kongres) Indonesia Muda Pertama yang diadakan di Solo. Pada saat kongres itu, Jusupadi Danuhadiningrat dari Komisi Besar Indonesia Muda menyinggung sumpah yang ada Kongres Pemuda Indonesia Kedua.

“Dari Jakarta, mulailah kemenangan kita. Bukankah di itu hari lahir lagu Indonesia Raya, lagu yang kita aku sebagai lagu kebangsaan? Bukankah di itu hari kita putri dan putra Indonesia bersumpah: …,” tulis Abdurahman mengutip pidato Jusupadi.

Indonesia Muda merupakan nama baru untuk organisasi pemuda hasil fusi. Yang berfusi adalah: Jong Java, Pemuda Sumatra (sebelumnya Jong Sumatranen Bond), Pemuda Indonesia (sebelumnya Jong Indonesia, organisasi yang didirikan setelah Kongres Pemuda Indonesia Pertama), Jong Celebes, dan Sekar Roekoen.

Oohya! Baca juga ya: Juru Tuntun Kuda Amangkurat IV Jadi Bupati Grobogan, Apa yang Ia Lakukan Ketika Pengganti Raja Masih Muda?

Di Kongres Pemuda Indonesia Pertama, fusi organisasi pemuda sudah dibicarakan, tetapi belum menemui kesepakatan.

Priyantono Oemar

Sumber rujukan:
- Het Nieuwsblad voor Sumatra, 27 Oktober 1953
- Hindia Belanda 1930, karya J Stroomberg (2018)
- “Kongres Pemuda Indonesia Pertama 30 April 1926 s/d 2 Mei 1926” karya M Tabrani dalam 45 Tahun Sumpah Pemuda (1974). 
- “Pendahuluan” oleh Abdurrahman Surjomihardjo dalam Laporan Kongres Pemuda Indonesia Pertama di Weltevreden 1926 (1981)

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
oohya.republika@gmail.com

Berita Terkait

Image

Tae Bikin Farhat Abbas dan Denny Sumargo Berseteru, Parada Harahap dan Tabrani Dulu Berseteru karena Kongkalikong

Image

Ini Alasan Kongres Pemuda Diadakan, Ada Orang Tua, dan Bikin Sumpah Pemuda