Sekapur Sirih

Jadi Raja Masih Muda, Labil, Pakubuwono II Minta Bantuan ke Gubernur Jenderal untuk Singkirkan Patih Danurejo

Motif ayam di kain tenun ikat Sumba menggambarkan falsafah kepemimpinan yang mengayomi. Babad Tanah Jawa mencatat cerita raja yang masih muda, labil, kurang pengalaman.

Bupati Tegal diangkat oleh Raja Mataram di Kartosuro, raja yang masih muda, Pakubuwono II, tanpa mengindahkan aturan kerajaan. Ini membuat Patih Danurejo marah dan merampas benda-benda upacara bupati.

Ketika masih menjadi patih dari Raja Pakubuwono I dan Amangkurat IV, Patih Danurejo biasa mengingatkan raja, jika raja menyimpang dari aturan. Pabubuwono I dan Amangkurat IV menerimanya.

Namun, ketika ia mengingatkan soal kesalahan prosedur dalam pengangkatan bupati Tegal, Pakubuwono II tidak mendengarkannya Pakubuwono lebih mempercayai Bupati Wirajaya dan Tirtawiguna.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Oohya! Baca juga ya: Jadi Cawapres, Usia Gibran Beda 36 Tahun di Bawah Usia Prabowo, Begini Komentar Prabowo

Awalnya, Bupati Tegal Tumenggung Tirtonoto diamuk penduduk. Ia pun pergi ke Bupati Wirajaya dan Tirtowiguno.

Dua bupati ini yang biasa memberi upeti kepada Mataram. Lalu meminta Raja Pakubuwono II mengangkat Suradiningrat men jadi bupati Tegal.

Pakubuwono II tidak memberi tahu Patih Danurejo. Suradiningrat diangkat Senin, Danurejo baru tahu Kamis.

Oohya! Baca juga ya: Kisruh Batas Usia Capres-Cawapres, Bagaimana Panitia Perancang UUD Dulu Membahas Syarat Capres-Cawapres?

Danurejo yang selalu disiplin memegang tatanan negara mengingatkan agar Pakubuwono II menaati aturan. Tapi, Pakubuwono II yang yang muda berbeda dengan ayahnya (Amangkurat IV) dan kakeknya (Pakubuwono I).

Wirajaya dan Tirtowiguno pun mengadukan tindakan Danurejo yang memecat Suradiningrat kepada Pakubuwono II. Pakubuwono II meminta Wirajaya dan Tirtowiguno untuk mengirim surat kepada Gubernur Jenderal Hindia-Belanda Adrian van Knier.

“Sudah hilang kasihku kepada Uwak Danurejo. Kalau masih di sini, ia akan mengotori saja. Patihn kutitipkan kepada Kompeni agar dibawa ke pulau seberang,” kata Pakubuwono II.

Oohya! Baca juga ya: Juru Tuntun Kuda Amangkurat IV Jadi Bupati Grobogan, Apa yang Ia Lakukan Ketika Pengganti Raja Masih Muda?

Ratu Agung mengingatkan Pakubuwono II agar memikirkan ulang keputusannya. Ia membela Danurejo yang sudah banyak kebaikannya bagi keraton.

Namun, hal itu malah membuat emosi Pakubuwono. Jika Danurejo tetap menjadi patih, bukan dirinya tak sudi menjadi raja. “Jika saya menjadi raja, Uwak Patih tidak boleh berada di Tanah Jawa,” kata Pakubuwono II.

Ketika Patih Danurejo melakukan perjalanan rutinnya ke Semarang setiap bulan Suro, Gubenur Jenderal Hindia-Belanda pun memenuhi permintaan Pakubuwono II. Pejabat dari Batavia tiba di Semarang pada 27 Suro.

Patih Danurejo yang sudah di Semarang sejak tanggal 17 Suro pun ditangkap. Setiap Suro, Danurejo selalu pergi ke Semarang untuk menerima uang tempuran dari pesisir.

Danurejo ditangkap. Pakubuwono II kemudian memerintahkan penyitaan harta benda Danurejo di Kadanurejan.

Oleh Belanda, Danurejo dibawa ke Batavia, lalu diselong. Dibuang ke Ceylon. Srilanka.

Oohya! Baca juga ya: Keasyikan Naik Gunung Sejak Pandemi, TBC Sembuh, Lalu Mengapa Akhirnya Kecanduan Berfoto di Patok Puncak?

Ada pejabat Belanda yang iba kepada Danurejo. Lalu meminta uang 1.000 gulden kepada Gubernur Jenderal.

Dalihnya uang honor karena telah menangkap Danurejo. Uang itu kemudian diberikan kepada Danurejo untuk membeli lahan di Srilanka.

Semula, Danurejo adalah orang yang berhasil membujuk Pakubuwono II untuk membenci Belanda. Bupati Grobogan Tumenggung Martopuro yang semula adalah pekatik (juru tuntun kuda) Amangkurat IV mendukung Danurejo membenci Belanda.

Oohya! Baca juga ya: Muhaimin Jelaskan Tiga Fungsi Sarung, Mengapa Ia Sabet Anies Baswedan dengan Sarung?

Untungnya, patih yang diangkat untuk menggantikan Danurejo, Adipati Notokusumo, juga membenci Belanda. Dengan demikian Tumenggung Martopuro bisa bekerja sama dengan Notokusumo.

Sebelum diangkat menjadi raja, Pakubuwono II yang memiliki nama kecil Pangeran Adipati Puroboyo, tidak disetujui oleh Pangeran Madura dan Jayaningrat. Meski ia putra mahkota yang sah, usiaya masih terlalu mud, 16 tahun.

Ia dianggap masih labil. Belum berpengalaman.

Oohya! Baca juga ya: Anak Muda Pelaku Ekonomi Kreatif Asia akan Bertemu di TMII, Indonesia Ingin Game Esports Masuk SEA Games

“Bila yang diangkat adalah putra-putra yang masih muda, itu hanya membuat negara rusak karena mereka belum menguasai cara memerintah; mereka yang masih terlalu muda memiliki suatu keinginan, meski keinginan itu tidak baik tetap saja harus dilaksanakan, karena itu adalah perintah raja,” kata Pangeran Madura.

Pangeran Madura mengajukan nama putra tertua Amangkurat IV dari istri selir, yaitu Pangeran Aryo Mangkunegoro. Sedangkan Jayaningrat mengusulkan nama Raden Mas Sandeyo, juga dari istri selir.

Setelah Pangeran Adipati Puroboyo menjadi raja dengan nama Pakubuwono II, ia pun segera melucuti benda-benda upacara milik kakak-kakaknya. Pangeran Aryo Mangkunegoro tersinggung karenanya.

Di kemudian hari, Pangeran Aryo Mangkunogoro juga diasingkan oleh Pakubuwono II. Apa kesalahannya? Setelah istrinya meninggal, Pangeran Aryo Mangkunegoro menaruh hati pada perempuan di Semarang, yang ternyata juga dicintai oleh Pakubuwono II.

Meski Pakubuwono II adalah anak muda, namun proses pengangkatan dirinya menjadi raja, meminjam bahasa pengamat politik Eep Saefulloh Fatah, "tua banget". Kepemimpinan konservatif, tidak mencerminkan kepemimpinan berjiwa muda.

Ia menjadi pemimpin karena ditunjuk sebagai putra mahkota. Kini, adakah anak muda yang melakukan proses yang "tua banget" ini?

Priyantono Oemar

Sumber rujukan:
Babad Tanah Jawi V penerjemah Amir Rochyatmo dkk, penyunting Sapardi Djoko Damono dan Sonya Sondakh (2004)

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
[email protected]

Berita Terkait

Image

Banyak Warman Jadi Raja di Indonesia Dulu, Siapa Mereka?

Image

Kenapa Ada Banyak Raja Bernama Warman di Indonesia Zaman Dulu?