Muhaimin Jelaskan Tiga Fungsi Sarung, Mengapa Ia Sabet Anies Baswedan dengan Sarung?
Ada momen lucu yang dibagikan Anies Baswedan di akun Instagram-nya. Kejadiannya setelah Muhaimin Iskandar menjelaskan dan memeragakan tiga fungsi sarung.
Ada orang lewat di depan kamera, orang itu berkerudung sarung, sehingga wajah dan postur tubuhnya tidak terlihat. Kelebat orang berkerudung sarung itu membuat canda Anies-Muhaimin terhenti, karena mereka harus menengok ke orang yang lewat itu.
Bisa dikatakan, itu fungsi keempat dari sarung. Di Jawa disebutnya krubutan, sarung dikenakan menutupi anggota tubuh dan kepala. Namun, Muhaimin tidak menjelaskan fungsi keempat ini.
Oohya! Baca juga ya: Keasyikan Naik Gunung Sejak Pandemi, TBC Sembuh, Lalu Mengapa Akhirnya Kecanduan Berfoto di Patok Puncak?
“Gak bahaya tah,” kata Muhaimin mengomentari orang yang berkerudung sarung itu.
“Jadi ninja ya,” kata anies.
Saya waktu kecil dulu sering menggunakan fungsi keempat ini. Bisa dipakai untuk menyelinap agar tidak diketahui orang lain.
Oohya! Baca juga ya: Kemarau Panjang di Grobogan, Sumber Api Muncul di Sawah Petani di Manggarmas
Fungsi negatifnya, di masa lalu, pencuri selalu diilustrasikan sedang berkerudung sarung. Sambil memanggul pesawat televisi.
Ada kejadian pada November 1926 di Semarang yang menimpa warga yang berkerudung sarung dini hari. Saat itu di Semarang ada kerusuhan yang dilakukan oleh orang-orang komunis.
Sejak 19 November 1926, diberlakukan jam malam. Pos-pos militer disiagakan. Warga sipili dilarang mendekati area yang ada pos-pos militer.
Oohya! Baca juga ya: Para Pemuda Ribut Setelah Polisi Belanda Lakukan Interupsi di Kongres Pemuda Indonesia Kedua
Hari itu pukul 03.30 pagi, 20 November 1926. Di dekat gudang garam ada orang yang bangun dari tidur.
Berkerudung sarung, ia berjalan ke arah pos. Peringatan dari petugas jaga tak digubris.
Petugas jaga itu lalu menyerangnya dengan menghantam kakinya. Esok siangnya baru diketahui, jika orang itu sehari-hari ada di gudang.
Ia kuli gudang garam. Tapi nasi sudah menjadi bubur. Gara-gara berkerudung sarung, ia menjadi sasaran kekerasan petugas jaga pos militer.
Di video yang diunggah di akun Instargram itu, Anies dan Muhaimin memakai baju putih dengan sarung dan peci hitam. Dalam kesempatan itu, Anies bertanya kepada Muhaimin soal kegunaan sarung.
Muhaimin lalu menceritakan tiga fungsi sarung yang ada di kehidupan sehari-hari santri. Sarung selain digunakan untuk shalat juga disa untuk sehari-hari, yang sebut sarungan.
Oohya! Baca juga ya: Putra Raja Majapahit Jadi Suami Putri Junjung Buih Setelah Patih Lambung Mangkurat Remehkan Raja Majapahit
Orang yang sudah biasa memakai sarung akan bisa mengikat sarung kuat-kuat, sehingga tidak bisa dipelorot. Anies pun kemudian mencoba menarik ke bawah sarung yang dikenakan Muhaimin. Sarung tidak lepas.
Di pesantren, para santri tidur di lantai. Maka sarung berguna sebagai selimut. Yang ketiga, kata Muhaimin, berfungsi untuk nyelepet. Untuk menyabet.
Lalu Muhaimin mengambil sarung yang sudah digulung rapi, lalu dipakai untuk menyabet paha belakang Anies. Jika sejak kecil terbiasa sarungan di rumah, pasti pernah kena hukuman dari orang tua dengan cara di-selepet oleh orang tua menggunakan sarung.
Oohya! Baca juga ya: Polisi di Grobogan Rajin Datangi Sekolah, Apa yang Dilakukan?
“Lumayan panas juga ya,” kata Anies.
Ada masanya juga sarung menjadi sensitif, ketika komunis menggunakan sarung sebagai alat propaganda. Banyak sarung diberi cap palu arit dan bintang bulan sabit.
Palu arit merupakan logo Partai Komunis Indonesia (PKI), sedangkan bintang bulan sabit sebagai logo Sarekat Rakyat, pecahan dari Sarekat Islam (SI) setelah SI melarang rangkap keanggotaan. Anggota Sarekat Islam yang juga anggota PKI kemudian memisahkan diri dan membentuk Sarekat Rakyat.
Oohya! Baca juga ya: Parada Harahap Turunkan Laporan Kongres Pemuda 29 Paragraf di Bintang Timoer, Omelannya Sepanjang 12 Paragraf
Sarung cap palu arit dan bintang bulan sabit ini sudah beredar pada 1926. Di majalah komunis Mowo yang terbit di Solo ada iklan besar toko batik milik HM Ngoeman yang menjual sarung batik palu arit seharga 26 gulden per kodi.
Itu masih di bulan April 1926. Pada Oktober 1926, sarung-sarung itu sudah dijual pula di Sumatra.
Di Padang pada Oktober 1926, polisi Belanda menyita 160 sarung batik palu arit dari enam pedagang. Awalnya, polisi memergoki ada perempuan yang mengenakan sarung palu arit itu.
Perempuan itu membelinya di Kampung Jawa dengan harga 1,4 gulden. Lebih murah dari harga parasan sarungdi Padang yang saat itu dua gulden per lembar.
Mendapat informasi dari perempuan itu, polisi pun bergerak ke Pasar Gadang untuk menyita sarung-sarung. mDua pemasok sarung di Pasar Gadang mengaku mendapat kiriman dari Solo.
Oohya! Baca juga ya: Para Pemuda Mengadakan Kongres Pemuda Indonesia Kedua, Wartawan Saling Serang
Sarung itu sudah ada sejak Juli, namun hingga Oktober hanya terjual 15 sarung. Di pantai timur Sumatra, polisi juga menyita sarung-sarung jenis ini.
Pada Januari 1927 ada 100 remaja di pintu masuk terowongan di dekat Muara Kalaban mengenakan sarung dan kupluk. Di jembatan terowongan di atasnya ada pula beberapa remaja dengan sarung dan kupluk pula.
Oohya! Baca juga ya: Jadi Cawapres, Usia Gibran Beda 36 Tahun di Bawah Usia Prabowo, Begini Komentar Prabowo
Rupanya mereka hanya menyamar sebagai santri, padahal mereka sedang berencana meledakkan terowongan. Asisten Residen Tanah Datar, Karsen, sedang lewat daerah itu, lalu menghampiri mereka.
Berbincang dalam bahasa Melayu, Karsen dapat informasi jika mereka adalah anak-anak komunis yang akan membakar dua gudang dinamit.
Karsen pun segera mengacungkan revolvernya. Peluti ia titup untuk memanggil pasukan yang siaga. Para remaja itu kemudian dibawa ke Sawahlunto.
Priyantono Oemar
Sumber rujukan:
- De Indische Courant, 23 November 1926
- Instagram Anies Baswedan, 23 Oktober 2023