Tae Bikin Farhat Abbas dan Denny Sumargo Berseteru, Parada Harahap dan Tabrani Dulu Berseteru karena Kongkalikong
Pengacara Farhat Abbas mengadukan Denny Sumargo ke polisi karena telah menulis komentar tae untuk Farhat. Farhat tersinggung karena kata itu ia dinilai telah digunakan Denny Sumargo untuk merendahkan martabatnya.
Denny Sumargo menyebut, kata tae yang ia maksud bukanlah tahi yang artinya kotoran. Melainkan tae dalam bahasa Korea yang artinya hebat. Denny Sumargo mengaku menulis komentar saat ia berada di Korea Selatan.
Kasus ini mengingatkan kita pada tahun 1937, ketika Parada Harahap melaporkan M Tabrani. Parada tersinggung oleh tulisan Tabrani yang menyebut dirinya main kongkalikong untuk penerbitan korannya, Tjaja Timoer.
Kasusnya bermula dari kebiasaan Parada Harahap mengejek koran Pemandangan yang dikelola oleh Tabrani. Parada mengejek koran Pemandangan yang katanya koran besar, tetapi menerbitkan edisi khusus Lebaran hanya satu halaman.
Edisi Lebaran Pemandangan itu terbit pada 14 Desember 1936. Tjaja Timoer mempersoalkannya pada 22 Desember 1936.
Anwar Tjokroaminoto redaktur pertama Pemandangan, yang mengelola rubrik “Isi Podjok” dengan nama Bang Bedjat, membalasnya di rubrik “Isi Podjok” Yaitu pada edisi 23 Desember 1936 dan 26 Desember 1936.
Anwar menyayangkan kritik dari Tjaja Timoer itu. Ia lalu menjelaskan perlunya kesederhanaan menyambut Lebaran sesuai Sunah Nabi.
Itulah yang melatari edisi khusus Lebaran Pemandangan hanya satu halaman. Demi kesederhanaan.
Namun, di akhir “Isi Podjok”, Anwar menyinggung soal sumber dana bagi percetakan milik Parada. Lalu mengancam akan membongkar kongkalikong Parada Harahap dalam mendapatkan dana itu.
Parada yang baru bangkut dari kebangkrutan Bintang Timoer, mengatakan bahwa dia bisa mendirikan koran tanpa modal. Koran baru yang ia terbitkan itu ialah Tjaja Timoer.