Lincak

17 Agustus Dini Hari WR Supratman Meninggal Dunia, 28 Oktober Malam Membawakan Lagu ‘Indonesia Raya’

WR Supratman membawakan lagu 'Indonesia Raya' pada 28 Oktober 1928 malam. Pada 17 Agustus 1938 dini hari, WR Supratman meninggal dunia.

WR Supratman menyerahkan lirik lagu "Indonesia Raya" kepada Sugondo Joyopuspito pada 28 Oktober 1928 malam. Ketua Panitia Kongres Pemuda Indonesia Kedua itu gusar, lalu mencari Van der Plas, wakil penasihat Urusan Pribumi.

Di lirik lagu "Indonesia Raya" yang ditulis Supratman itu, banyak kata Indonesia. Itulah sebabnya, Sugondo harus berkonsultasi dengan Van der Plas, karena sehari sebelumnya polisi melarang membicarakan politik.

Malam itu Van der Plas hadir di kongres. Sugondo menduga ada kaitannya dengan insiden interupsi pada kongres hari pertama.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Oohya! Baca juga ya: Kesal karena 10 Tahun Sumpah Pemuda dan Bahasa Indonesia Diabaikan, Adik Tabrani Adakan Lagi Konggres Pemuda

Namun, Van der Plas tidak mau memberi pertimbangan saat Sugondo berkonsultasi mengenai lirik lagu itu. Ia meminta Sugondo membicarakannya dengan komisaris polisi yang pada malam pembukaan memberikan interupsi.

Tentu saja Sugondo tidak menemui komisaris polisi itu. Ia memilih kembali ke Supratman dan meminta Supratman tidak menyanyikan liriknya.

“Pakailah do re mi sol saja,” pinta Sugondo.

Oohya! Baca juga ya: Jadi Raja Masih Muda, Labil, Pakubuwono II Minta Bantuan ke Gubernur Jenderal untuk Singkirkan Patih Danurejo

Supratman memang tidak berniat menyanyikanya. “Saya membawa biola saja,” sambut Supratman.

Maka, setelah sidang terakhir malam itu, Supratman tampil membawakan lagu “Indonesia Raya” dengan biolanya. Sugondo menggambarkan, peserta kongres menyambutnya dengan antusias.

Supratman hadir di kongres itu sebenarnya untuk meliput. Tapi tentu saja tidak hanya untuk itu.

Oohya! Baca juga ya: Jadi Cawapres, Usia Gibran Beda 36 Tahun di Bawah Usia Prabowo, Begini Komentar Prabowo

Sebab Supratman sudah menyiapkan lagu "Indonesia Raya" setelah pelaksanaan Kongres Pemuda Indonesia Pertama pada 1926. Ia mendapat inspirasi untuk mencipta lagu "Indonesia Raya" setelah mendengar pidato Tabrani dan pidato Sumarto.

Tabrani menjadi ketua panitia kongres. Sumarto menjadi sekretaris panitia konges.

Tabrani membuka kongres dengan isi pidato mengenai persatuan Indonesia Raya.Tabrani menyatakan, kongres diadakan untuk tujuan meletakkan dasar bagi persatuan Indonesia. Yaitu Indonesia yang dipandang dalam hubungan dunia yang besar.

Tabrani sudah menyebut Indonesia Raya sejak di alinea pertama pidatonya. Lalu di bagian tengah pidatonya, ia menegaskan kembali ide Indonesia Raya.

Sedangkan Sumarto mempertajam isi pidato Tabrani. Juga mengenai persatuan Indonesia Raya.

Maka, di sela kongres, Supratman menemui Tabrani dan mengaku terinspirasi oleh isi pidatonya. Ia lalu mengutarakan hendak membuat sebuah lagu mengenai Indonesia Raya itu.

Oohya! Baca juga ya: Juru Tuntun Kuda Amangkurat IV Jadi Bupati Grobogan, Apa yang Ia Lakukan Ketika Pengganti Raja Masih Muda?

“Mas Tabrani, saya terharu kepada semua pidato yang diungkapkan dalam Kongres Pemuda Indonesia Pertama. Teristimewa Pidato Mas Tabrani dan Sumarto. Dan cita-cita satu nusa satu bangsa yang digelari Indonesia Raya itu, saya akan buat. Dan namanya Indonesia Raya,” ujar Supratman kepada Tabrani.

Lagu itu kemudian dinyanyikan di mana-mana. PNI menjadikannya sebagai lagu kebangsaan.

Pada 17 Agustus 1938 dini hari, Supratman meninggal di Surabaya. Sebanyak 30 orang mengantarnya ke pemakaman pada 17 Agustus 1938 sore.

Priyantono Oemar

Sumber rujukan:
- “Gagasan Persatuan Indonesia” karya Soemarto dalam Laporan Kongres Pemuda Indonesia Pertama di Weltevreden 1926 (1981).
- Media Muda, November 1973
- “Pidato Pembukaan Ketua Panitia Kongres” karya M Tabrani dalam Laporan Kongres Pemuda Indonesia Pertama di Weltevreden 1926 (1981).
- Soeara Oemoem, 18 Agustus 1938
- Wage Rudolf Supratman karya Bambang Sularto (1980/1981)

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
[email protected]