Kendeng

Bupati Grobogan Menyusun Kekuatan Setelah Raja Mataram yang Masih Muda Berpihak ke Belanda

Bupati Grobogan yang pertama, di zaman Keraton Kartosuro, menyusun kekuatan setelah Patih Danurejo dibuang ke Srilanka.

Raja Mataram Amangkutan IV menunjuk Pangeran Adipati Purboyoso yang masih muda menjadi penggantinya. Bupati Grobogan Tumenggung Martopuro membantu Patih Adipati Danurejo mempengaruhinya agar membenci Belanda.

Pada mulanya berhasil. Pangeran Adipati Purboyoso yang kemudian berganti nama menjadi Pakubuwono II setelah naik tahta menjaga jarak dengan Belanda. Bahkan mentujui penyerangan terhadap kastil Belanda di Semarang.

Namun, keadaan berbalik. Usia Pakubuwono baru 16 tahun saat diangkat menjadi raja. Purboyoso adalah putra tertua dari Ratu Sepuh yang sudah disingkirkan dari istana. Amangkurat IV memiliki 20 anak: 20 laki-laki, delapan perempuan.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Oohya! Baca juga ya: Asal Mula Sebutan Sumpah Pemuda Menggantikan Putusan Kongres Pemuda-Pemudi Indonesia

Dari keseluruhan anak itu, yang tertua adalah Pangeran Aryo Mangkunegoro dan Raden Mas Sandeyo, keduanya dari istri-istri selir. Pangeran Aryo Mangkunegoro berambisi menjadi raja, tetapi wasiat Amangkurat IV bukan dia yang ditunjuk sebagai pengganti.

Ia didukung oleh Pangeran Madura. Alasannya, ia paling tua, sedangkan Purboyoso masih muda, masih labil, belum memiliki pengalaman.

Jayaningrat mendukung Raden Mas Sandeyo. Ia menganggap Pangeran Aryo tidak layak karena ia anak dari istri selir yang berasal dari desa. Sedangkan Raden Mas Sandeyo anak dari istri selir yang menrupakan anak pangeran.

Oohya! Baca juga ya: Kesal karena 10 Tahun Sumpah Pemuda dan Bahasa Indonesia Diabaikan, Adik Tabrani Adakan Lagi Konggres Pemuda

Adipati Danurejo tetap menjaga wasiat Amangkurat IV. Nama Pangeran Adipati Purboyoso yang dimintakan restu ke Gubernur Jenderal Hindia-Belanda.

Namun, di kemudian hari, dukungan Danurejo kepada Purboyoso tidak menolong dirinya. Ia dibuang ke Ceylon atas permintaan Pakubuwono II.

Tindakan Pakubuwono itu membuat Bupati Grobogan pun marah. Setelah Patih Danurejo dibuang, ia memilih pergi di Grobogan.

Oohya! Baca juga ya: 17 Agustus Dini Hari WR Supratman Meninggal Dunia, 28 Oktober Malam Membawakan Lagu ‘Indonesia Raya’

Selama ini ia memimpin Grobogan dari lingkungan Keraton Mataram di Kartosuro. Di Grobogan, ia lalu menaikkan sendiri pangkatnya, menjadi adipati, dan menyusun kekuatan.

Memakai nama Adipati Puger, ia menggalang kekuatan bersama masyarakat Cina di pesisir utara. Usahanya ini mendapat dukungan dari Patih Notokusumo, pengganti Patih Danurejo.

Notokusumo ternyata juga membenci Belanda. Atas restu Pakubuwono II, ia membawa pasukan ke Smarang untuk menyerbut Kastil Kompeni, tetapi gagal.

Adanya rencana orang-orang Cina di pesisir menyerbu Belanda mendorong Keraton Kartosuro ingin mengambil keuntungan. Bupati Grobogan Adipati Puger pun terus mendorong agar orang-orang Cina segera melakukan pemberontakan.

Adipati Puger meminta kepada orang Cina untuk menyampaikan pesan kepada Kaptien Singseh, jika orang Cina berani berperang melawan Kompeni, akan diakui sebagai teman dari Keraton Kartosuro.

Tawaran itu disambut baik. Orang-orang Cina rela mati melawan kompeni Belanda. Jika orang-orang Cina mati, mereka menitipkan harta dan keluarga mereka ke orang Jawa. Mereka tak rela dirampas oleh Kompeni.

Oohya! Baca juga ya: Selain Menjadi Ulama di Grobogan, Ki Ageng Selo Juga Dikenal Sebagai Pujangga

Kapiten Singseh senang mendapat pesan dari Bupati Grobogan, Ia lalu mengirim dua pikul kain sutera dan uang 700 reyal ke Grobogan.

Kapiten Singseh pun segera menyiapkan pasukan orang Cina Tanjung Welahan. Daerah sebelah timur Semarang dan sebelah utara Demak.

Ma Roejan

Sumber rujukan:
- Babad Tanah Jawi Buku V penerjemah Amir Rochyatmo dkk, penyunting Sapardi Djoko Damono dan Sonya Sondakh (2004)
- Sejarah dan Hari Jadi Kabupaten Grobogan (1990/1991)

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
[email protected]

Berita Terkait

Image

Di Grobogan Ada Tanah yang oleh Raffles Dihadiahkan kepada Pakualam