Selain Menjadi Ulama di Grobogan, Ki Ageng Selo Juga Dikenal Sebagai Pujangga
Ki Ageng Selo menyebarkan agama Islam, salah satunya lewat wayang dan tembang. Ia sering mendalang dan sering mengajak Joko Tingkir untuk menemaninya.
Karena kemampuannya mendalang itu mungkin yang menyebabkan Ki Agen Selo juga mencipta tembang-tembang. Isinya mengenai berbagai nasihat, namanya Serat Pepali.
Oohya! Baca juga ya:
Kemudian dikenal sebagai Pepali Ki Ageng Selo. Laman polresgrobogan.com, misalnya, memuat tujuh pepali Ki Ageng Selo.
“Menurut para ahli di bidang kesusastraan Jawa Kuno, Serat Pepali Ki Ageng Selo tersebut merupakan salah satu puncak dalam pandangan kesusilaan, kefilsafatan, dan Ketuhanan dalam kesusastraan Jawa,” tulis T Wedy Utomo.
Serat Pepali itu juga masih zaman Ki Ageng Selo yang masih berada di kehidupan masyarakat pada masa peralihan. Yaitu pada masa disebarkannya Islam menggantikan ajaran Hindu.
Oohya! Baca juga ya:
Muhaimin Jelaskan Tiga Fungsi Sarung, Mengapa Ia Sabet Anies Baswedan dengan Sarung?
Filsafat hidup Ki Ageng Selo, kata T Wedy Utomo, tak jauh beda dengan filsafat hidup Walisanga. Merupakan sistesis dari unsur Islam dan unsur Hindu.
Serat Pepali itu terdiri dari berbagai tembang. Ada Dandanggula (17 bait), Asmaradana (10 bait), Megatruh (14 bait), Mijil (15 bait), Maskumambang (12 bait).
Oohya! Baca juga ya:
Jadi Cawapres, Usia Gibran Beda 36 Tahun di Bawah Usia Prabowo, Begini Komentar Prabowo
“Bagian yang keenam, Dandanggula lagi, mempunyai bait yang paling banyak, sebagai bagian terakhir Pepali Ki Ageng Selo tersebut. Jumlahnya ada 22,” tulis T Wedy Utomo.
Salah satu bait tembang dari Serat Pepali bisa dikutip di sini, yang sudah diterjemahkan oleh T Wedy Utomo:
Mudah-mudahan anak cucuku
Jangan kamu menyombongkan akalmua
Orang berakal hilang bagusnya
Ketahuilah, orang bagus
Kebagusan bukan emas picis
Dan buan pakaian (yang mentereng)
Bukan paras muka
Bagus itu sebenarnya
Menimbulkan rasa sayang, tampaknya memikat hati
Tingkah laku yang sewajarnya (yang tidak dibuat-buat)
Oohya! Baca juga ya:
Dalam Serat Pepali itu ada juga soal kepemimpinan. Begini terjemahannya:
Barang siapa yang berbuat baik
Tiada urung kelak menemui bahagia
Sampai kepada keturunan-keterunannya
Jika kami menjadi orang besar
Memerintah orang kecil
Jangan keras-keras
Nantinya tak akan tetap
Kamu menjadi pelindung
Jangan sembarangan, perintahlah dengan tepat
Pakailah kira-kira
Oohya! Baca juga ya:
Ketika Jokowi menjadi walikota Solo, ketika harus melakukan pendekatan kepada para pedagang kaki lima yang akan dip;indah, sepertinya menjalankan nasihat di bait ini.
Ma Roejan
Sumber rujukan:
Ki Ageng Selo karya T Wedy Utomo (1983)
Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator
Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.
Redaksi
[email protected]