Lincak

Bapak Psikoanalisis Sigmund Freud Dilempari Telur Busuk ketika Pencetus Bahasa Indonesia Ini Masuk Kelas

Di Jerman Tabrani belajar jurnalistik dan psikologi, Adinegoro belajar filsafat, sejarah, dan geopolitik.
Niatnya ingin belajar jurnalistik di Belanda, tetapi di Belanda tidak ada sekolah jurnalistik. Maka, pencetus bahasa Indonesia, Tabrani, akhirnya pergi ke Jerman dan bertemu dengan Sigmund Freud yang sedang dilempari telur busuk dan Emil Dovifat, legenda komunikasi massa.

Orang Belanda menganggap menjadi wartawan itu bakat. Itu sebabnya tidak ada sekolah jurnalistik di sana.

Di Jerman sudah ada Djamaludin Adinegoro yang belajar filsafat, sejarah, dan geopolitik. Tabrani tetap akan memilih belajar jurnalistik.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Oohya! Baca juga ya: Inilah Kronologi Munculnya Nama Bahasa Indonesia pada 1926. Tabrani Pencetusnya

Sebelum belajar jurnalistik, Tabrani ditanya oleh guru besar ilmu komunikasi Emil Dovifat mengenai tujuan yang ingin ia capai. Ia mendapatkan rekomendasi untuk menemui Dovifat dari guru bahasa Jerman sewaktu masih di MULO Surabaya, P Lagro.

Dovifat pun sudah menerima penjelasan mengenai Tabrani dari Lagro. Dovifat adalah direktur Institut Surat Kabar Jerman.'

Oohya! Baca juga ya: Di Grobogan Ada Program Lapor Pak Bhabin Menjelang Pemilu 2024

Kepada Tabrani, Dovifat menyarankan untuk:

1. Memperdalam dan memperluas pengetahuan dan keterampilan bahasa Indonesia dan bahasa-bahasayang ada di Indonesia;

2. Mempelajari bahasa Arab dan Cina, karena dua bahasa itu memegang peranan penting di Indonesia;

Oohya! Baca juga ya: Usai Kelaparan di Grobogan, Para Kepala Desa Cari Untung dari Pengambilan Kayu Jati Mati dan Tumbang di Hutan

3. Mempelajari tata hukum dan tata kenegaraan Belanda dan Hindia-Belanda serta Inggrius dan Prancis. Palu juga mempelajari ekonomi negara-negara itu;

4. Mempelajari Asia dan Pasifik secara menyeluruh, termasuk kebudayaan, agama, kepercayaan yang dianutnya. Tentu juga perlu memperdalam mengenai liga bangsa-bangsa yang sudah ada sejak 1920;

5. Mempelajari olahraga. Di Jerman ada banyak sekolah olahraga;

6. Sering mengunjungi museum dan perpustakaan, karena ada banyak hal yang bisa didapatkan dari museum dan perpustakaan untuk menambah ilmu pengetahuan.

7. Karena akan ada pameran persuratkabaran dunia, perlu juga memperdalam persuratkabaran di pameran itu.

Jadi, pada saat para pemuda koleganya di Batavia sibuk menyiapkan Kongres Pemuda Indonesia Kedua, Tabrani sibuk membantu panitia pameran pers di Jerman yang berlangsung pada Mei-Oktober 1928.

Kemampuannya menguasai bahasa Belanda, Jerman, Prancis, Inggris, membuat Tabrani menjadi andalan melayani wartawan dari berbagai negara yang berbeda bahasa. Semula Tabrani hanya diterima sebagai tenaga kasar untuk menempelkan tulisan-tulisan, karena ia tidak menyerahkan surat rekomendasi dari Dovifat.

Oohya! Baca juga ya: Asal Usul Bangsawan Banjar yang Berani Melawan Belanda, Lambung Mangkurat yang Memintanya ke Raja Majapahit

Berjalan dua minggu, Dr Tiltman yang menangani bagian pers kewalahan melayani wartawan, Tabrani pun menawarkan bantuan untuk melayani wartawan dari Belanda dan Inggris. Ia pun menyerahkan surat rekomendasi dari Dovifat kepada Nona Tiltman.

Dari pameran pers ini, Tabrani mendapatkan banyak ilmu yang nantinya menjadi bahan untuk tugas akhirnya: Ons Wapen. Ia juga mendapatkan bahan untuk menyusun kurikulum pendidikan wartawan dari Dovifat, yang bisa ia terapkan di Indonesia.

Oohya! Baca juga ya: Kapal yang Ditumpangi untuk Naik Haji Mogok, Datu Daha Dibuang ke Laut, Bagaimana Ia Bisa Tiba di Makkah?

Seminar-seminar jurnalistik di Jerman juga ia ikuti. Museum dan perpusatkaan di Jerman, Belanda, Inggris, juga ia kunjungi.

Tokoh-tokoh politik yang ahli mengagitasi massa juga ia datangi untuk mengenal praktiknya setelah belajar teori pesikologi. Ia belajar psikologi secara tidak sengaja.

Saran Divifat tak ada yang meminta Tabrani belajar psikologi. Saat itu, Tabrani hendak memenuhi saran Dovifat untuk belajar olahraga.

Saat masuk kelas, suasana kelas sudah ricuh. Para mahasiswa melempari dosennya dengan telur busuk. Tabrani terkurung di dalamnya, tanpa mengetahui duduk perkaranya.

Oohya! Baca juga ya: Pembangunan Rel di Grobogan untuk Mengangkut Kayu Jati pada 1901, Pemborongnya Ternyata Juga Orang Cina

Ia tertegun menyaksikan adegan itu, karena dosen yang dilempari telur tetap tenang di kursinya. Sesudah para mahasiswa lelah melempar telur, dosen itu berbicara.

Dari situlah Tabrani menyadari, ia tidak sedang berada di kelas olahraga. Ia ada di kelas psikologi yang diampu oleh Prof Sigmund Freud yang kemudian dikenal sebagai Bapak Psikoanalisis.

Emil Dovifat menyarankan Tabrani agar belajar di Sekolah Tinggi Olahraga. Bahasa Jermannya Hohschule fur Leibesubungen.

Hari itu ia masuk ke kelas di Hohschule fur Liebesubungen. Sekolah Tinggi tentang Cinta, Seks, dan sebagainya. Leibe artinya raga, sedangkan liebe artinya cinta.

Tabrani meneruskan kelas ini. Ia mendapat bekal ilmu psikologi massa yang nantinya berguna ketika harus menghadapi para mahasiswa yang memprotes dirinya saat ia mendirikan Partai Rak’jat Indonesia di Batavia.

Oohya! Baca juga ya: Kesal karena 10 Tahun Sumpah Pemuda dan Bahasa Indonesia Diabaikan, Adik Tabrani Adakan Lagi Konggres Pemuda

Tabrani berangkat ke Belanda pada Juli 1927. Pulang ke Indonesia pada 1930, lalu mendirikan Partai Rak'jat Indonesia.

Priyantono Oemar

Sumber rujukan:
Anak Nakal Banyak Akal karya M Tabrani (1979)

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
[email protected]

Berita Terkait

Image

Tae Bikin Farhat Abbas dan Denny Sumargo Berseteru, Parada Harahap dan Tabrani Dulu Berseteru karena Kongkalikong

Image

Ini Alasan Kongres Pemuda Diadakan, Ada Orang Tua, dan Bikin Sumpah Pemuda