Pitan

Betah di Makkah, Sultan Agung Muda Enggan Pulang untuk Dinobatkan Jadi Raja Mataram, Demikian Kata Diponegoro

Sultan Agung semasa mudanya bernama Pangeran Rangsang. Ia betah berguru di Makkah sehingga enggan pulang. Bagaimana akhirnya ia bersedia pulang dan menjadi raja Mataram?

Sultan Agung muda yang sedang naik haji dijemput pulang. Pangeran Juminah, menurut Diponegoro, mengutus Tumenggung Singoranu menjemput Sultan Agung muda yang masih bernama Pangeran Rangsang.

Singoranu membawa tiga kuda yang membawa barang-barang hadiah. Pangeran Rangsang sudah cukup lama tinggal di Makkah.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Pangeran Rangsang harus pulang untuk dijadikan sebagai raja Mataram dengan nama Sultan Agung Anyokrokusumo. Martopuro yang telah dinobatkan sebagai raja membuat masalah, sehingga harus diturunkan.

Oohya! Baca juga ya: Suami Sahabat Diponegoro, Mengapa Dihukum Cekik oleh Hamengkubuwono II?

Pada mulanya ia tak diizinkan oleh Prabu Anyokrowati, tetapi ia meminta izin dengan cara memaksa. Dengan berat hati Prabu Anyokrowati mengizinkan.

Pangeran Rangsang berangkat bersama tiga pengikut. Dari Mataram, Prabu Anyokrowati mengetahui kemudahan-kemudahan yang di dapat Pangeran Rangsang selama di Makkah.

Pangeran Rangsang bisa bertemu dengan empat imam di Makkah. Senang tinggal di Makkah, membuat Pangeran Rangsang enggan pulang.

Ia pun mengunjungi Mesir, Istanbul, dan Romawi. Setiap bertemu syekh, ia juga berguru kepadanya.

Empat imam, kata Diponegoro, juga sangat menyayangi Pangeran Rangsang. Mereka menganggap pelajaran yang diberikan kepada Pangeran Rangsang sudah tuntas.

Empat imam ini juga mendapat surat dari Mataram yang dibawa oleh Tumenggung Singoranu. Surat untuk empat imam itu memberitahukan tentang barang-barang yang dibawa untuk disedekahkan.

Oohya! Baca juga ya: KDRT, Pembangkangan, dan Perceraian di Jawa pada Abad ke-19

Selain itu, ada pula surat untuk pemimpin Makkah yang memberi tahu bahwa kedatangan Singoranu bertujuan untuk menjemput Pangeran Rangsang. Singoranu menjelaskan, Pangeran Rangsang akan segera dinobatkan menjadi raja.

Pemimpin Makkah dan empat imam kaget. Menurut mereka, tak ada orang Jawa bernama Pamgeran Rangsang yang berguru kepada mereka.

Mereka memberi tahu, memang ada orang Jawa yang tampan, didampingi tiga pengikut, tetapi mereka tidak kelihatan. "Ya itulah orangnya, junjungan saya," kata Singoranu.

Singoranu, dalam cerita Babad Dipanegara yang ditulis Diponegoro, itu pun meminta agar orang tersebut dipanggil. Pemimpin Makkah menyuruh anak buahnya untuk mencarinya, tetapi tidak pernah menemukannya.

Setiap shalat, orang yang ditugasi mencari Pangeran Rangsang, yang kemudian menjadi Sultan Agung itu, sering melihatnya. Namun, setelah shalat, menghilang kembali.

Rupanya, calon raja Mataram Pangeran Rangsang dan tiga pengikutnya itu tidak lagi memikirkan dirinya. Yang dipikirkan hanya Allah SWT.

Oohya! Baca juga ya: Diponegoro Menyamar Sebagai Syekh Abdul Rahim pada Usia 20 Tahun, Menyukai Makrifat tetapi Masih Sering Tergoda Wanita

Akhirnya, orang yang mencari Pangeran Rangsang bertemu di sebuah gunung batu sedang duduk bersandar. Tiga pengikutnya juga menemaninya.

Pangeran Rangsang kemudian dipertemukan dengan Singoranu. Singoranu menyembah Pangeran Rangsang dan ini membuat pemimpin Makkah dan empat imam terheran-heran.

Singoranu lalu menangis sembari mengabarkan ayahanda pangeran, Prabu Anyokrowati, telah meninggal dunia. Pangeran Rangsang meneteskan air mata tetapi segera berujar bshwa setiap yang hidup pasti akan mati.

Ia pun bertanya mengenai tugas yang diberikan kepada Singoranu sehingga menyusulnya ke Makkah. Singoranu pun memberi tahu jika Mataram tidak memiliki raja, sehingga Pangeran Rangsang diminta pulang.

Jika Pangeran Rangsang tidak mau pulang, kata Singoranu, Jawa akan menjadi gelap karena tidak memiliki raja. Mendengar penjelasan itu, pemimpin Makkah dan empat imam pun prihatin dengan kondisi yang akan menimpa Tanah Jawa.

Oohya! Baca juga ya: Diponegoro Ingin Naik Haji, Mengapa Gubernur Jenderal Hindia-Belanda Malah Mengirimnya ke Manado?

Maka, pemimpin Makkah pun membujuk Pangeran Rangsang agar bersedia pulang. "Jika itu yang dipesankan terhadap dirimu, jika engkau tidak pulang cucuku, akhirnya yang kau temui rasa durhaka," kata pemimpin Makkah.

Pangeran Rangsang pun mematuhi nasihat itu, sehingga bersedia pulang. Ia pun kemudian menjadi raja Mataram dengan nama Sultan Agung Anyokrokusumo.

Ma Roejan

Sumber rujukan:
Babad Dipanegara karya Diponegoro, penerjemah Gunawan dkk (2016)

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator
Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.
Redaksi
[email protected]

Berita Terkait

Image

Siapa Pakualam, Pangeran Yogyakarta yang Mendapat Hadiah Tanah di Grobogan dari Raffles?

Image

Di Grobogan Ada Tanah yang oleh Raffles Dihadiahkan kepada Pakualam