Lincak

Diponegoro Ingin Naik Haji, Mengapa Gubernur Jenderal Hindia-Belanda Malah Mengirimnya ke Manado?

Diponegoro mengirim pesan kepada Gubernur Jenderal Van den Bosch agar disediakan kapal dan uang untuk pergi ke Makkah. Van den Bosch malah bercerita tentang sutuasi Manado yang sepi.

Diponegoro bercerita, tiba di Batavia mendapatkan sambutan dari Residen Batavia dan pejabat-pejabat lainnya. “Sangat banyak yang naik kereta,” tulis Diponegoro.

Mereka berbaris lalu memberi hormat kepada Diponegoro, tetapi tidak disertai dengan tembakan meriam sebagaimana halnya Belanda menyambut pangeran-pangeran sejak Mataram dulu. Gubernur Jenderal Van den Bosch tidak menyambut.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Diponegoro mengatakan niatnya untuk berangkat ke Makkah kepada Mayor Duktus (FVHA de Stuers) perwira pengawal dan Kapten Ruf (JJ Roefs) perwira penerjemah. Namun, mengapa Gubernur Jenderal Hindia-Belanda malah mengirimnya ke Manado?

Oohya! Baca juga ya: Jengkel Ditipu De Kock, Diponegoro Marah akan Dinobatkan Jadi Sultan oleh Belanda

Karena pada hari kedatangan Diponegoro di Batavia tidak terlihat Van den Bosch, maka Diponegoro meminta Mayor De Stuers dan Kapten Roefs untuk segera menghadap Van den Bosch. Ia meminta keduanya agar memberi tahu Van den Bosch bahwa dirinya sudah datang.

“Lalu apa maunya?” tanya Diponegoro ingin alasan Van den Bosch mengundangnya ke Batavia.

Pagi harinya, De Stuers dan Roefs menemui Diponegoro. Mereka mengaku sudah menghadap Van den Bosch.

“Begini jawabannya. ‘Hai Mayor, dahulu kan bersahabat, kembalilah menjadi sahabat lagi. Sudah, berbaikan saja’,” kata De Stuers menyampaikan perkataan Van den Bosch kepada Diponegoro.

Karena Van den Bosch tidak muncul bersama Stuers dan Roefs, Diponegoro pun menanyakan keberadaan gubernur jenderal itu. De Stuers memberi tahu Diponegoro bahwa Van den Bosch sudah pulang ke Bogor setelah selesai makan.

Diponegoro heran, telah mengundang dirinya untuk datang di Batavia, begitu Diponegoro tiba di Batavia, Van den Bosch malah pergi ke Bogor. Maka, Diponegoro pun menyelidik keberadaan Van den Baosh saat dirinya tiba di Batavia kemarin.

Oohya! Baca juga ya: Mendampingi Diponegoro yang Jadi Tawanan Belanda, Mengapa Punakawan Roto Menangis di Ungaran?

Mayor De Stuers pun menyebutkan, hari kemarin Van den Bosch berada di Batavia. Pagi itu, De Stuers tak bisa berlama-lama bersama Diponegoro karena ia mengaku diundang oleh Jenderal De Kock.

Karena Kapten Roefs tidak ikut De Stuers, Diponegoro pun menanyakannya. Roefs mengaku harus mendampingi Diponegoro.

“Malah, kalau bisa, ke mana pun Paduka pergi, saya akan ikut saja,”kata Roefs.
Mendengar jawaban itu, Diponegoro tersenyum. “Aku akan ke Makkah,” kata Diponegoro kemudian.

“Walau pergi ke Makkah, saya sungguh akan ikut,” jawab Roefs. “Apa tidak ada pesan dari Paduka untuk saya?” lanjut Roefs.

Diponegoro mengaku tidak memiliki pesan. Maka, Roefs pun mengajukan inisiatif, mungkin saja Diponegoro memerlukan kehadiran anak Diponegoro atau Basah Mertonegoro, ia bersedia memanggilnya.

Diponegoro mengaku sedang tidak memerlukan kehadiran anaknya dan basah. Tapi jika ada yang disediakan oleh Stuers, Diponegoro mengaku akan menerimanya.

Oohya! Baca juga ya: Jenderal De Kock kepada Diponegoro, Berakrab-akrab Dahulu Menangkap Kemudian

“Kalau ada anugerah Allah, ada jalan ke Makkah, pasti anak cucuku dan para basah, tumenggung, dan semua prajurit, saya suruh minta pendapat,” kata Diponegoro.

Diponegoro mengaku akan mengajak semua orang Jawa berangkat naik haji. Yaitu orang-orang Jawa yang masih mau mengingat Penuntunnya, meski Diponegoro sendiri yang nantinya akan menghadapi semua derita di dunia.

De Stuers yang belum pergi terlihat menangis mendengar pernyataan Diponegoro. Roefs juga menangis.

“Sudah Mayor, berangkatlah,” kata Diponegoro menenangkan Mayor De Stuers dan meminta segera berangkat menghadap Jenderal De Kock. “Aku hanya memberi bekal doa keselamatan perjalananmu,” lanjut Diponegoro.

Hingga beberapa hari kemudian, Diponegoro tetap belum bisa bertemu dengan Van den Bosch. Mayor De Stuers juga belum bisa memberikan jawaban mengenai waktunya.

“Kesanggupannya hendak mengembalikan persahabatan seperti waktu dulu, agaknya susah,” kata De Stuers kepada Diponegoro.

Diponegoro pun meminta Kapten Roefs menemui Van den Bosch di Bogor. Diponegoro menitip pesan yang harus disampaikan kepada gubernur jenderal: minta disediakan kapal dan uang 200 ribu pasmat (ringgit Spanyol) untuk berangkat ke Makkah bersama orang-orang Jawa.

Oohya! Baca juga ya: Ramai Pajak Hiburan 40-70 Persen, Diponegoro Menghukum Cambuk Pemungut Pajak

“Jenderal setelah mendengar laporan Kapten Ruf lama diam dan tidak bicara,” tulis Diponegoro.

Setelah itu van den Bosch berpesan kepada Roefs. “Kapten, pulanglah. Sampaikan, besok aku akan ke sana sendiri,” kata Van den Bosch.

Tiga hari kemudian, Van den Bosch tetap belum muncul. Rupanya Van den Bosch jatuh sakit sehingga tidak bisa berangkat ke Batavia.

Van den Bosch memanggil Kapten Roefs untuk datang di Bogor. Kepada Roefs, Van den Bosch menyatakan belum bisa mengabulkan permintaan Diponegoro untuk naik haji.

Ia ingin bertanya dulu ke Belanda mengenai izin untuk pangeran Jawa yang akan berangkat ke Makkah. Untuk ke Makkah, memerlukan perjalanan laut selama tujuh bulan. Pergi pulang berarti menjadi 14 bulan.

Kepada Roefs, Van den Bosch lalu bercerita mengenai situasi Manado. Rupanya, Van den Bosch ingin mengirim Diponegoro ke Manado.

Maka, Roefs pun menyampaikan pesan Van den Bosch ini kepada Diponegoro.

Ma Roejan

Sumber rujukan:
Babad Dipanegara karya Diponegoro, penerhemah Gunawan dkk (2016)

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
[email protected]

Berita Terkait

Image

Siapa Pakualam, Pangeran Yogyakarta yang Mendapat Hadiah Tanah di Grobogan dari Raffles?

Image

Di Grobogan Ada Tanah yang oleh Raffles Dihadiahkan kepada Pakualam