Kendeng

Perempuan Perkasa di Medan Perang Jawa di Grobogan

Sebuah buku berbahasa Jawa yang menampilkan ilustrasi perempuan prajurit sedang berlatih memanah. Nyi Ageng Serang, perempuan eks prajurit Keraton Yogyakarta, membantu Diponegoro memimpin Perang Jawa di Grobogan. Buku dipamerkan di Pameran 200 Tahun Perang Jawa. Sumber: priyantono oemar

Di peta Perang Jawa yang dirancang oleh Kapten Inf PJF Louw nama Serang ditulis besar seperti nama Sukowati. Peta itu dipamerkan di Pameran 200 Tahun Perang Jawa yang berlangsung di Perpustakaan Nasional, 20 Juli – 20 Agustus 2025.

Di peta itu, Purwodadi dan Grobogan ditulis kecil dan dimasukkan ke wilayah Semarang yang juga ditulis besar. Di Serang ada Nyi Ageng Serang, perempuan eks prajurit Keraton Yogyakarta yang di usia tuanya membantu Diponegoro memimpin perang di wilayah Grobogan dan Demak bersama anaknya, Pangeran Serang II.

Serang berada di wilayah perbatasan Grobogan bagian selatan dan Sukowati bagian barat. Sukowati sekarang dikenal sebagai Sragen. Serang awalnya adalah wilayah yang diserahkan Sultan Pajang kepada Sunan Kalijaga pada abad ke-16, dengan hak menyandang gelar raden dan pangeran bagi keturunannya.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Pada masa akhir Mataram sebelum pecah, di Serang tinggal Panembahan Serang yang merupakan keturunan dari Sunan Kalijaga. Ia membantu Pangeran Mangubumi dan Pangeran Sambernyawa melakukan perlawanan terhadap Kompeni yang mengakibatkan Mataram dipecah.

Mangkubumi kemudian menjadi Sultan Hamengkubuwono I yang memimpin Keraton Yogyakarta. Pangeran Sambernyawa kemudian menjadi Mangunegara I memimpin Keraton Surakarta.

Anak Sri Sultan Hemengkubuwono I, yang kemudian menjadi Sri Sultan Hamengkubuwono II menikahi Nyi Ageng Serang, anak dari Panembahan Serang. Namun mereka kemudian berpisah, dan Nyi Ageng Serang memilih kembali menetap di Serang.

Sebelum diperistri oleh Hamengkubuwono II, Nyi Ageng Serang menjadi prajurit keraton pengawal raja. Sejak zaman Mataram, keraton memiliki perempuan prajurit yang menjadi pengawal pribadi raja. Ratu Ageng Tegalrejo, istri Hamengkubuwono I, yang menjadi nenek buyut Pangeran Diponegoro, menjadi komandan pertama korps perempuan prajurit Yogyakarta.

Korps perempuan prajurit disebut Langenkusumo. Mereka tidak hanya mendapat pelatihan militer, melainkan juga pelatihan menari dan menyanyi.

Dalam Pameran 200 Tahun Perang Jawa, perempuan prajurit keraton ini mendapat sedikit tempat. Sebuah buku tata griya keraton yang menampilkan gambar prajurit perempuan sedang berlatih memanah, dipajang di pameran.

Dua perempuan prajurit yang cukup dikenal Belanda adalah Raden Ayu Yudokusumo, istri bupati Grobogan-Wirosari periode 1792-1812, dan Nyi Ageng Serang. Raden Ayu Yudokusumo merupakan anak dari Hamengkubuwono I.

Residen Yogya periode 1831-1841 FG Valck, seperti dikutip Peter Carey dan Vincent Houben di buku Perempuan-Perempuan Perkasa, menyebut keduanya sebagai “perempuan yang sangat mampu bertindak kejam”. Kemasyhurannya sebagai keturunan Sunan Kalijaga menempatkan Nyi Ageng Serang memiliki pengaruh yang besar di masyarakat Serang, Grobogan, Demak.

Saat itu Grobogan dan Demak sudah menjadi kabupaten sendiri yang masuk wilayah Karesidan Semarang. Sedangkan Serang yang berada di perbatasan Grobogan-Sukowati, masuk wilayah Sukowati.

Berita Terkait

Image

Lukisan Ini Ganggu Pameran 200 Tahun Perang Jawa

Image

Lukisan Ini Ganggu Pameran 200 Tahun Perang Jawa

Image

Kelaparan Terus-Menerus Terjadi di Grobogan, Apa Sebab?

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

oohya.republika@gmail.com