Lukisan Ini Ganggu Pameran 200 Tahun Perang Jawa

Lukisan itu dipajang di dinding ruang utama, mengganggu pameran 200 Tahun Perang Jawa. Ada lukisan Pangeran Diponegoro yang gagah menunggang kuda, berhadapan dengan Prabowo Subianto yang canggung menunggangi harimau.
Harimau itu melangkah merunduk dengan ekor menjungkit ke atas. Ada dua kemungkinan, pertama: ia sedang waspada karena sedang terancam; kedua: ia waspada karena sedang mengincar mangsa, tetapi tak ada semak-semak di sekelilingnya, sehingga kemungkinan pertama yang kuat untuk ditangkap.
Yang lebih menjengkelkan dari lukisan ini adalah keterangan yang diberikan untuknya. “Syis Paindow membuat karya Bapak Presiden Republik Indonesia, yang juga masih memiliki garis keturunan langsung dari sosok legendaries Pangeran Diponegoro yang menjadi inspirasi bagi Syis Paindow dalam membuat karyanya, menyatukan semangat Pangeran Diponegoro di masa lampau sedangkan Bapak Prabowo sebagai pemimpin bangsa saat ini ....”
Prabowo keturunan Pangeran Diponegoro? Yang benar saja! Prabowo saja memilih alamat kediaman di Jalan Kertanagara 4, bukan di Jalan Diponegoro, karena leluhurnya adalah Kertanegara IV, salah satu pengikut Diponegoro yang memimpin pasukan perang di wilayah Banyumas.
Dijelaskan pula, harimau yang ditunggangi Prabowo adalah simbol macan Asia. Prabowo menunggang harimau disebut sebagai sosok yang gagah berani memimpin Indonesia.
Puja-puji itu tak sesuai dengan penampakan lukisannya. Masih lebih gagah pengantin sunat yang menunggangi sisingaan. Kepala sisingaan yang ditunggangi pengantin sunat selalu tegak, tidak merunduk seperti harimau yang ditunggangi Prabowo. Posisi duduk Prabowo di punggung harimau itu pun terlihat tidak nyaman.
Pameran 200 Tahun Perang Jawa sedang dilangsungkan di Perpustakaan Nasional mulai 20 Juli 2025 malam hingga 20 Agustus 2025. Temanya: Martabat.
Lukisan Prabowo menunggangi harimau sepertinya dimaksudkan untuk menghubungkan martabat bangsa yang dipertahankan oleh Dipoengoro di masa lalu dengan martabat bangsa saat ini.
Lukisan itu terdiri dari tiga panel, gabungan dari karya tiga pelukis. Panel tengah yang menampilkan gambar Prabowo dan Diponegoro dengan latar burung Garuda mencengkeram bola dunia merupakan karya Syis Paindow.
Panel sebelah kanan, di belakang Diponegoro merupakan lukisan media capuran yang menampilkan artefak, surat-surat dan tulisan-tulisan, menyimbolkan kemasyhuran Diponegoro. Dilukis oleh Ghany Leo.
Sedangkan panel kiri, di belakang Prabowo, dilukis oleh Jono Sugiartono menyimbolkan kekayaan dan kemakmuran Nusantara. Tiga panel lulisan sepanjang 145x450 cm itu diberi judul: Spirit Pangeran Diponegoro untuk Indonesia Maju.
