Pitan

Dibatalkan oleh Sukarno, Tunjangan untuk Janda WR Supratman Diberikan Lagi oleh Soeharto, Begini Kata Salamah

Gambar WR Supratman yang dipasang koran Soeara Oemoem pada 1938. Pada 1961 ada eks pembantu WR Supratman mengaku menjadi janda Supratman untuk menerima penghargaan.

Setelah diprotes yang kakak-adik WR Supratman selaku ahli waris sah, pemberian tunjangan janda pahlawan kepada janda WR Supratman dibatalkan oleh pemerintah pada November 1961. Eks pembantu Supratman, Salamah, tidak bisa menunjukkan bukti sebagai janda WR Supratman.

Salamah pada 1971 mengaku kepada wartawan dinikahi Supratman pada 1926. Namun, kepada Bupati Rembang pada 1951, ia mengaku sudah menikah dengan Supratman --pencipta lagu "Indonesia Raya"-- selama 17 tahun.

“Beliau (Ny Salamah) yang setelah berkawin 17 tahun lamanya, suaminya kemudian wafat di Surabaya,” tulis Bupati Rembang Soekardji Mangoenkoesoemo dalam surat yang ditujukan kepada KABINET RI pada 16 Juli 1951.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Oohya! Baca juga ya: Eks Pembantu Mengaku Janda WR Supratman Lalu Mewakili Terima Penghargaan dari Pemerintah, Indonesia pun Geger

Bupati Rembang menulis surat itu lantaran asisten wedana Rembang melapor kepada bupati. Asisten wedana itu masih bersaudara dengan Sunadi, kabag keuangan Kantor Resi Candu dan Garam Rembang. Salamah bekerja di asrama kantor itu.

Pada 1951 itu pemerintah mengumumkan di RRI sedang mencari alamat ahli waris pahlawan nasional WR Supratman. Kepada pegawai Kantor Resi Candu dan Garam Rembang, Salamah mengaku sebagai janda Supratman.

Salamah terus meminta tolong kepada Sunadi untuk mendapatkan pengakuan sebagai janda Supratman. Sunadi akhirnya meminta bantuan kepada asisten wedana.

Dihitung mundur dari tahun Supratman meninggal pada 1938, berarti mereka menikah pada 1921. Sementara pada 1921 Supratman masih di Makassar.

Oohya! Baca juga ya: Berdosa Tinggalkan Bayi dan Suami, Nawangwulan Ditolak di Kahyangan dan Akhirnya Jadi Penguasa Laut Selatan

Setelah penghargaan dari pemerintah dibatalkan, Salamah tidak berdiam diri. Di kemudian hari ia bisa menunjukkan surat nikahnya dengan WR Supratman.

Lalu, pada 1971, pemerintah Orde Baru mengakui Salamah sebagai janda pahlawan nasional WR Supratman. Ia menerima rumah dan tunjangan Rp 250 ribu.

Bagaimana ia bisa menunjukkan surat nikah? Keluarga WR Supratman menduga ada oknum-oknum yang membantu Salamah menerbitkan surat nikah. Surat nikah itu didapatkan Salamah pada 1962.

Tapi belakangan diketahui surat nikah itu “asli tapi palsu”. Ada keteledoran dalam pencatatan di surat nikah itu. Umur saksi nikah yang ditulis, pada 1926 masih berusia 12 tahun. Lalu, biaya pencatatan nikah ditulis dalam nilai rupiah, yang seharusnya adalah gulden.

Oohya! Baca juga ya: Ibu Tien Soeharto Ternyata Masih Keturunan dari Anak Raja Majapahit yang Dibuang ke Grobogan

Salamah meninggal dunia pada 14 Januari 1992. Ketika Salamah sakit, Salamah membuat pengakuan kepada Ucok Batubara –cucu kakak Supratman— yang menjenguknya di rumah sakit.

“Ucok, saya sudah banyak berbuat dosa dan kesalahan pada keluarga Bapak (maksudnya WR Supratman). Jadi, tolonglah sampaikan maaf saya yang sebesar-besarnya kepada mereka semua, ya Ucok,” kata Salamah seperti ditulis Anthony C Hutabarat.

Sepeninggal Roekijem, kakak tertua Supratman, urusan penyelesaian segala persoalan yang berkaitan dengan Supratman dimandatkan kepada Anthony. Anthony adalah ketua umum Yayasan Wage Rudolf Soepratman.

Saat Salamah koma, anak angkat Salamah meminta Anthony untuk menjenguknya. “Mungkin kakak dan abanglah yang ditunggunya, jadi datang ya,” kata anak angkat Salamah kepada Anthony.

Oohya! Baca juga ya: Dapat Tugas Kodifikasi Bahasa Melayu, Ada Ahli Belanda Hubungi Raja Ali Haji tetapi Bukan Van Ophuijsen

Di ruang ICU, 13 Januari 1992, istri Anthony membisikkan kalimat di telinga Salamah. “Bu Salamah, pergilah dengan tenang. Keluarga besar Wage Rudolf Supratman sudah memaafkan semua perbuatan ibu, selamat jalan Bu.”

Sebelum Salamah sakit, keluarga besar Supratman sudah mengetahui cerita bahwa Salamah telah berbohong mengaku sebagai janda Supratman. Pada Agustus 1989, saat ada gerak jalan Pejuang 45, Salamah mengaku kepada Ibu Ating Suhadi. Pengakuan itu didengar oleh Ibu Wardjaman Yudasubrata. Keduanya lalu menceritakan kepada keluarga besar Supratman.

“Bu, aku sebenarnya tidak pernah menjadi istri dari Bapak WR Supratman. Aku cuma pernah menjadi pembantunya saja,” kata Salamah.

Oohya! Baca juga ya: Ejaan Van Ophuijsen Dipakai di Indonesia, Apa Van Ophuijsen Punya Hubungan dengan Karya-Karya Raja Ali Haji?

“Apa yang sudah diputuskan pemerintah, yah diterima saja Bu. Mau diapakan lagi? Sudah telanjur semuanya,” jawab Ibu Ating Suhadi.

Setelah Anthony dan istri menjenguk Salamah di ruang ICU, menjelang pagi 14 Januari 1992, Salamah mengembuskan napas terakhir.

Priyantono Oemar

Sumber rujukan:
Wage Rudolf Soepratman karya Anthony C Hutabarat (2001)

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
[email protected]