Kata Gus Dur pada 1987, Kelak Jadi Presiden dan Sarwono Menteri Kelautan
Abdurrahman Wahid alias Gus Dur sering menemui Ketua Umum Sudharmono. Setelah itu ia mampir ke ruang kerja Sekjen Golkar Sarwono Kusumaatmadja.
Menjelang Pemilu 1987, Gus Dur membahas kemaritiman di ruang kerja Sarwono. Kata Gus Dur, kelak ia akan menjadi presiden dan Sarwono akan ia tunjuk sebagai menteri yang mengurusi laut.
Pada 1958 Sarwono menyaksikan Sidang PBB di Jenewa. Saat itu usinya masih 15 tahun.
Oohya! Baca juga ya:
Dijodohkan, Presiden Ini Dulu Minder pada Ibu Tien Soeharto
Saat itu ia masih menjadi pelajar di Inggris. Kendati masih pelajar, ia memiliki intuisi politik yang tajam.
Pada 1958 itu, muncul krisis politik di Prancis. Krisis ini dibahas juga di sekolah Sarwono.
"Saya adalah satu-satunya murid tang meramalkan bahwa De Gaulle akan menjadi presiden sekaligus meramalkan apa yang akan menjadi programnya," kata Sarwono mengenai perdebatan di kelas.
Murid lain yang menyanggahnya ia bantah dengan berbagai informasi dari berbagai media dan literatur. Saat itu Charles de Gaulle sangat populer di Prancis.
Oohya! Baca juga ya:
Ibu Tien Soeharto ke Sekolah Pakai Kebaya, Pernah Mengulang di Sekolah Ongko Loro
Ia tokoh kontroversial yang muncul di krisis politik Pramcis. Ia tidak disukai elite Pramcis, dan elite menyebutnya sebagai jenderal rewel.
Sang Guru menyudahi perdebatan dengan meminta para murid merenungkan analisis Sarwono. "Argumennya amat kaya dan intuisinya tajam," kata Sang Guru.
Beberapa bulan kemudian De Gaulle menjadi presiden Prancis. Perolehan suaranya mencapai 70 persen.
Sekolah Sarwono gempar, ternyata ramalan Sarwono bahwa De Gaulle akan menjadi presiden Prancis terbukti. Sang Guru mengumpulkan muridnya untuk memberi penghormatan kepada Sarwono.
"Anak muda ini akan berperan penting di negerinya," kata Sang Guru setelah memberi piala kepada Sarwono.
Tapi, ketika Gus Dur mengatakan kepadanya kelak akan menjadi presiden, Sarwono tak menghiraukan. Ia tak memiliki bahan untuk menganalisis peluang Gus Dur menjadi presiden.
Oohya! Baca juga ya:
Benarkah Ibu Tien Soeharto Ikat Janji dengan Nyi Roro Kidul?
Yang ia miliki saat itu adalah analisis memgenai masa depan kemaritiman Indonesia. Apalagi Gus Dur menemuinya untuk membahas masalah maritim.
Pada 1983, Sarwono ditunjuk oleh Presiden Soeharto sebagai sekjen Golkar. Pertimbangannya karena ia memiliki pemikiran yang taktis dan strategis.
Saat berdiskusi dengan Gus Dur itu, Sarwono pun bercerita mengenai pengalamannya menyaksikan Sidang PBB pada 1958. Sidang itu membahas klaim Indonesia atas wilayah perairan antarpulau.
Pada 1982, wilayah perairan Indonesia diakui dunia. Pada saat itu diberlakukan Konvensi PBB tentang Hukum Laut.
Ketika di ruang kerja Sarwono setelah bertemu dengan Sudharnono, Gus Dur antara lain membahas hal ini. Termasuk juga membahas sejarah maritim pada masa kerajaan-kerajaan pesisir di Nusantara.
Oohya! Baca juga ya:
Orang Melayu Bukan Penduduk Asli Malaysia, dari Sumatra Ternyata
Karena Sarwono pernah menyaksikan Sidang PBB pada 1958 dan mempelajari Deklarasi Djuanda 1957, Sarwono bisa mengimbangi wawasan Gus Dur. Diskusi jadi mengalir.
"Nanti suatu saat saya akan jadi presiden. Sampeyan nanti yang akan saya tunjuk jadi menteri buat urus laut kita," kata Gus Dur seperti diceritakan Sarwono di buku Koridor Jalan Tengah.
"Saat itu saya tidak menghiraukan pernyataan Gus Dur," kata Sarwono.
Pada masa Orde Baru, Sarwono pernah menjadi menteri Pemberdayaan Aparatur Negara. Lalu dilanjut mrnjadi menteri Lingkungan Hidup.
Pada masa reformasi, ramalan Gus Dur terbukti. Gus Dur diangkat MPR menjadi presiden dan Sarwono ditunjuk Gus Dur menjadi menteri Kelautan dan Perikanan.
Ma Roejan