Lincak

Ditanya Trinitas, Penginjil di Ngoro Ini Gebrak Meja Menahan Marah

Penginjil Belanda CL Coolen tak menyangka mendapat pertanyaan soal Trinitas. Ia pun menggebrak meja di pendopo rumahnya di Ngoro, Jawa Timur.

Baru kali ini CL Coolen dibuat geram, menahan marah. Ia lalu menghentakkan kaki ke tanah dan menggebrak meja yang ada di pendopo rumahnya di Ngoro.

Sebelum masuk ke dalam rumah, penginjil Belanda itu sempat memukul tiang pendopo dan mondar-mandir. Suasana pertemuan hari itu menjadi serba tidak enak.

Pembuat gara-gara adalah Singotruno yang mengajukan pertanyaan soal Trinitas. Orang-orang yang biasa mendatangi CL Coolen, baru kali itu melihat penginjil di Ngoro, Jawa Timur, itu terlihat geram menahan marah.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

OOhya! Baca juga ya:

Pancasila, PDIP Meringkas Jadi Gotong Rotong karena Bung Karno Bilang Ini

Nama lengkapnya Conrad Laurens Coolen. Ayahnya keturunan Belanda Rusia, ibunya keturunan Jawa. Ia datang di Ngoro pada 1827, saat Diponegoro masih seru-serunya memimpin Perang Jawa.

Menurut Philip van Akkeren di buku Dewi Sri dan Kristus, Coolen diberi sewa lahan hutan yang harus ia buka terlebih dahulu. Di kemudian hari, luas yang ia buka mencapai 142 hektare, ia jadikan untuk membangun rumah dan sawah.

Ia dilahirkan di Semarang. Saat datang di Ngoro, usianya sudah 40 tahun.
Lima tahun kemudian, 1834, kampung yang ia bangun itu sudah berisi 100 laki-laki dewasa, 122 perempuan, dan 28 remaja belasan tahun. Mereka tinggal di rumah gubuk.

Penduduk Ngoro yang berada di dekat situs keraton Majapahit itu terus bertambah. Pada 1844, jumlah penduduknya sudah mencapai 1.000 orang.

Mereka mengandalkan pertanian padi. Meski hasilnya bagus, rumah mereka tetap berupa gubuk-gubuk.

Oohya! Baca juga ya:

Balon Tinja Korea Utara, Dulu Kompeni Kalahkan Sultan Agung Mataram dengan Peluru Tinja

Sebagai penginjil, ia tergolong bisa cepat mengumpulkan orang-orang Jawa. Ia mengajarkan Krsiten melalui pendekatan tradisi Jawa.

Saat membajak laut, ia melantunlan tembang yang isinya puji-pujian untuk Yesus Kristus. Pertunjukan wayang juga ia pakai untuk mengenalkan ajaran Yesus Kristus.

Kiai-kiai Jawa pun mendatanginya untuk mendengarkan isi ceramahnya mengenai Tuhan yang baru bagi orang Jawa itu. Tuhan Yesus Kristus.

CL Coolen biasa mengumpulkan orang-orang Jawa baik yang sudah tinggal di Ngoro maupun yang datang dari jauh, di pendodo rumahnya. Suatu hari datang Singotruno, kiai Jawa yang penasaran tentang Tuhan Yesus dan Trinitas.

Dalam mengajukan pertanyaan, Singotruno menyebutnya sebagai teka-teki. Teka-teki Singotruno inilah yang membuat Coolen gegrak meja menahan marah.

Jika penginjil Coolen bisa menjawabnya, Singotruno berjanji akan berguru kepada Coolen. “Saya akan mengikuti dia yang bisa menjawabnya, dan kata-katanya akan saya ikuti tanpa syarat,” kata Singotruno.

Oohya! Baca juga ya:

Kenapa Sejarawan Ini Sebut Raja Demak Itu Orang Cina?

Di luar Ngoro, Coolen sudah dikenal sebagai penyebar ajaran Tuhan baru. Coolen menyebutnya “Tiada Tuhan selain Allah, Yesus Roh Allah”.

Karena penasaran menganai hal itulah yang membuat Singotruno datang di Ngoro. "Di antara Allah ada Allah; apakah gerangan nama Allah yang di dalam itu?" tanya Singotruno mengajukan teka-teki kepada CL Coolen.

Pertanyaan inilah yanag membuat Coolen geram menahan marah. Ia hentaakkan kaki ke tanah, ia gebrak meja, ia tinju tiang pendopo. Bahkan ia harus mondar-mandir memikirkan jawaban sebelum masuk ke dalam rumah.

Orang-orang menunggu jawaban. Coolen kemudian kembali ke pendopo dengan membawa lilin yanag telah ia nyalakan.

Ia pandangi orang-orang yang berkumpul di pendopo, termasuk Singotruno. Ia lalu memandangi lilin.

Oohya! Baca juga ya:

IKN, Apakah Jakarta akan Senasib dengan Pajang dan Majapahit?

“Api ini, adakah satu atau tiga?” tanya Coolen.

"Hanya satu, Tuan." Singotruno langsung menjawab.

Orang-orang lainnya membenarkan jawaban Singotruno. CL Coolen menyalahkan jawaban yang diiyakan banyak orang itu.

Penginjil Coolen menyebut nyala api itu bukan satu, melainkan tiga. Ada api, ada sinar, ada sumbu, itulah analogi untuk Trinitas.

Orang-orang masih belum paham. Mereka menunggu penjelasan dari Coolen yang sebelumnya sempat gebrak meja.

"Api ada pada sinarnya, dan sumbunya ada di dalam api ... Inilah Allah di dalam Allah, yang kamu cari," lanjut penginjil Coolen.

Oohya! Baca juga ya:

Pendiri Majapahit Manfaatkan Pasukan Kubilai Khan, Kenapa Kubilai Khan Marah kepada Kertanegara?

Singotruno mendapatkan jawaban. Teka-tekinya bisa dijawab Collen. Maka ia pun beralih memeluk Kristen.

Priyantono Oemar