Pancasila, PDIP Meringkas Jadi Gotong Rotong karena Bung Karno Bilang Ini
Bung Karno menyampaikan pidato pada 1 Juni 1945 di Sidang BPUPKI. Setelah menyampaikan empat prinsip, Bung Karno bertanya, “Saudara-saudara, apakah prinsip kelima?”
Sehari sebelumnya, Muh Yamin menyampaikan pidato membahas daerah negara – kebangsaan Indonesia. Bung Karno menyampaikan pidato mengenai dasar-dasar negara, yang ia sebut Pancasila. Tanggal 1 Juni kemudian dijadikan sebagai Hari Lahir Pancasila.
Setelah membahas lima dasar itu, yang ia sebut Pancasila, meringkasnya menjadi satu, yaitu Gotong Royong. Karena alasan inikah, PDIP juga suka meringkat Pancasila menjadi satu: Gotong Royong?
Oohya! Baca juga ya:
Balon Tinja Korea Utara, Dulu Kompeni Kalahkan Sultan Agung Mataram dengan Peluru Tinja
“Kita mendirikan negara Indonesia, yang kita semua harus mendukungnya. Semua buat semua.” Kata Bung Karno seperti yang tercatat dalam Himpunan Risalah Sudang-Sidang dari BPUPKI dan PPKI.
Semua buat semuayang di maksud Bung Karno adalah, bukan yang Kristen buat Indonesia, bukan yang Islam buat Indonesia, bukan yang kaya buat Indonesia. Melainkan, Indonesia buat Indonesia.
“Jikalau saya peras yang liam menjadi tiga, yang tiga menjadi satu, maka dapatlahsaya satu perkataan Indonesia yang tulen, yaitu perkataan ‘gotong royong’. Negara Indonesia yang kita dirikan haruslah negara gotong royong!” kata Bung Karno.
Apa lima prinsip yang diajukan Bung Karno? Pertama, Kebangsaan Indonesia; kedua, Internasionalisme atau Perikemanusiaan; ketiga, Mufakat atau Demokrasi; dan keempat, Kesejahteraan Sosial.
“Saudara-saudara, apakah prinsip kelima? Saya telah mengemukakan empat prinsip,” tanya Bung Karno.
Oohya! Baca juga ya:
Kenapa Sejarawan Ini Sebut Raja Demak Itu Orang Cina?
Prinsip yang kelima, menurut Bung Karno adalah prinsip Indonesia merdeka dengan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa. “Prinsip Ketuhanan. Bukan saja bangsa Indonesia yang bertuhan, tetapi masing-masing orang Indonesai hendaknya bertuhan,” lanjut Bung Karno.
Bung Karno berharap Indonesi amenjadi negar ayang menjamin warga negaranya menyembah Tuhannya dengan leluasa. Ia berharap tak ada egoism agama di Indonesia.
“Marilah kita amalkan, jalankan agama, baik Islam maupun Kristen, dengan cara yang berkeadaban. Apakah cara yang berkeadaban itu? Ialah hormat-menghormati satu sama lain,” kata Bung Karno.
Bung Karno lalu menyebut Nabi Muhammad yang telah memberi bukti berupa tindakan menghormati agama-agama lain. Ia juga menyebut Nabi Isa yang juag telah memberi bukti mengormati agama-agama lain.
“Marilah kita di dalam Indonesia Merdeka yang kita susun ini, sesuai dengan itu, menyatakan: Bahwa prinsip kelima daripada negara kita ialah Ketuhanan yang berkebudayaan, Ketuhanan yang berbudi pekerti yang luhur, Ketuhanan yang hormat-menghormati satu sama lain,” lanjut Bung Karno.
Oleh Bung Karno, lima sila dalam Pancasila itu kemudian bisa diperas menjadi satu sila, yaitu Gotong Royong. PDIP saat ini juga suka melontarkan gagasan pemerasan lima sila menjadi satu sila: Gotong Royong.
Oohya! Baca juga ya:
IKN, Apakah Jakarta akan Senasib dengan Pajang dan Majapahit?
“Hatiku akan berpesta raya, jikalau Saudara-saudara menyetujui bahwa negara Indonesia merdeka berasaskan Ketuhanan yang Maha Esa,” lanjut Bung Karno.
Dengan prinsip kelima ini, menurut Bung Karno, setiap agama akan mendapat tempat yang sebaik-baiknya di Indonesia. Maka, denganmenerapkan prinsip ketiga, yaitu permufakatan, perwakilan, setiap ide bisa dipropagandakan dengan cara yang berkebudayaan.
Dalam menjalankan demokrasi, menurut Bung Karno, yang dijalankan bukan demokrasi Barat.tetapi demokrasi Timur, yaitu permusrayawatan. Itulah yang memberi hidup demokrasi Indonesia menurut Bung Karno.
Bung Karno mengingatkan, pendirian negara Indonesia tidak dilakukan di bawah sinar bulan purnama. Tapi di dalam api peperangan dan di bawah godam palu peperangan.
Itulah yang membuat bangsa Indonesia menjadi kuat. Semua saling bahu-membahu hingga tercapai Indonesia merdeka.
Oohya! Baca juga ya:
Pendiri Majapahit Manfaatkan Pasukan Kubilai Khan, Kenapa Kubilai Khan Marah kepada Kertanegara?
Bahu-membahu itulah gotong royong. “Gotong royong adalam paham yang dinamis, lebih dinamis dari kekeluargaan, Saudara-saudara,” kata Bung Karno.
Jika kekeluargaan disebut Bung Karno sebagai paham yang status, gotong royong menggambarkan adanya satu usaha, satu amal, satu pekerjaan. Bung Karo lalu menyitir ucapan anggota BPUPKI lainnya, Soekardjo: satu karyo, satu gawe.
“Marilah kita menyelesaikan karyo,gawe, pekerjaan, amal, ini, bersama-sama! Gotong royong adalah pembanting tulangbersama, pemerasan keri ngat bersama, perjuangan bantu-binantu bersama,” kata Bung Karno.
Pada Juni 2021, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnopuri pernah melontarkan pernyataan masih ada otang yang tidak suka Pancasila. Padahal, Pancasila jelas-jelas sesuai budaya Indonesia.
"Bung Karno bilang, kalau kamu tidak mau sebut lima, peras dia menjadi tiga, nanti cari tiganya apa. Kalau kamu tidak mau mau membacanya tiga, peras jadi satu, ekasila yang disebut gotong royong," ujar Megawati seperti dikutip Republika.co.id (30/6/2021).
Ma Roejan