Lincak

Ini Cerita Diponegoro tentang Raffles Raih Pedang dan Hamengkubuwono II Pegang Keris

Pangeran Diponegoro bercerita tentang Raffles dan Hamengkubuwono II yang hampir saling bunuh. Raffles sudah meraih pedang, Hamengkubuwono II sudah memegang keris. Ada apa?

Di loji kerajaan, dua kursi kebesaran sudah disiapkan, tetapi Hamengkubuwono II tidak mau duduk. Raffles tersinggung.

Raffles lalu meraih pedang, sedangkan Hamengkubuwono II memegang keris. Para pangeran dan adipati pun bersiaga, para opsir juga masuk ke loji, mereka hampir berkelahi.

Raffles mengalah, ia bersedia duduk di kursi biasa. Hamengkubuwono II, kakek Diponegoro,  duduk di kursi kebesaran.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Oohya! Baca juga ya: Diponegoro Menyamar Sebagai Syekh Abdul Rahim pada Usia 20 Tahun, Menyukai Makrifat tetapi Masih Sering Tergoda Wanita

Hari itu, Sultan Hamengkubuwono II menjemput Thomas Raffles di Gowok. Mereka naik kereta kuda menuju loji keraton.

Para opsir Inggris berjaga di luar loji. Saat Raffles meraih pedang dan Hamengkubuwono II memegang keris, para opsir serempak masuk ke loji.

Untung opsir yang masuk begitu banyak sehingga berdesak-desakan di dalam loji. Hal itu tidak memungkinkan bagi mereka menggunakan pedang untuk berperang.

Raffles pun menanyakan yang akan menggantikan sultan ketika Hamengkuwunono II tidak ada. Dijawab, Pangeran Adipati, ayah Diponegoro, yang akan menggantikan tugasnya.

Raffles meminta pertukaran daerah Jipang dan Priangan dan meminta tanda tangan Hamengkubuwono II. Hamengkubuwono II menjanjikan sore, tetapi Raffles memerlukan segera.

Saat itu juga mereka memberikan tanda tangan surat untuk ayah Diponegoro sebagai Sultan Hamengkubuwono III. John Crawfurd, wakil Raffles, lalu meminta bantuan krpada Joyosentiko.

Ia ingin Joyosentiko mempertemukannya dengan Pangeran Diponegoro. John Crawfurd ingin bert3mu drngan anak dari Pangeran Adipati itu.

Oohya! Baca juga ya: Diponegoro Ingin Naik Haji, Mengapa Gubernur Jenderal Hindia-Belanda Malah Mengirimnya ke Manado?

Kepada Joyosentiko yang berkunjung ke Tegalrejo, Diponegoro berjanji akan datang di keraton. Mewakili Raffles, John Crawfurd meminta Hamengkubuwono III mengganti patih.

Danurejo dianggap sudah terlalu tua. Pada sebuah pesta John Crawfurd mengumumkan nama Tumenggung Joyosentiko yang akan diangkat menjadi patih.

Tapi Gondodiwiryo rupanya keberatan. Pada malam hari itu, Gondodiwiryo mencuri keris Joyosentiko.

Gondodiwiryo lalu menusuk Joyosentiko yang sedang tidur pulas dengan keris itu. Patih pilihan wakil Raffles itu pun meninggal.

Gondodiwiryo juga tewas dikeroyok pasukan Sepoy setelah ia membunuh Joyosentiko, entah dikeroyok dengan keris atau pedang.  John Crawfurd sedih dengan meninggalnya Joyosentiko, lalu mengusulkan nama Pringgodiningrat sebagai calon patih baru.

Pringgodiningrat memiliki banyak pengalaman sehingga Hamengkubuwono III menyetujuinya. Tetapi Diponegoro tidak menyetujui, lalu mengusulkan nama Somadipuro.

Oohya! Baca juga ya: Jengkel Ditipu De Kock, Diponegoro Marah akan Dinobatkan Jadi Sultan oleh Belanda

Somadipuro masih muda, berasal dari desa, masih bersaudara dengan Hamengkubuwono III. Tapi Hamengkubuwono III ragu pada kemampuan Somadipuro, sehingga ia menyebut kembali Pringgodiningrat yang sudah tua dan berpengalaman.

Diponegoro menghargai pandangan ayahnya yang akan memilih yang tua dan berpengalaman.Namun Diponegoro mengingatkan, jika Pringgodiningrat itu tidak sama antara perkataan dan perbuatan.

Menurut Diponegoro, Somadipuro akan menurut, cuma memang Somadipuro sering bingung menenai ha yang akan ditanyakan. Tapi, Somadipuro adalah orang yang mau menerima nasihat, saat itu menjadi tumenggung di Japan.

Hamengkubuwono III pun menerima usulan Diponegoro. “Kalau kau memaksa, anakku, aku menurut,” kata Hamengkubuwono III.

Ma Roejan

Sumber rujukan:
Babad Dipanegara karya Diponegoro, epnerjemah Gunawan dkk (2016)

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
[email protected]

Berita Terkait

Image

Satu Pesantren di Grobogan Jadi Kristen, Cucu Sang Kiai Kelak Jadi Pendeta

Image

Siapa Pakualam, Pangeran Yogyakarta yang Mendapat Hadiah Tanah di Grobogan dari Raffles?

Image

Di Grobogan Ada Tanah yang oleh Raffles Dihadiahkan kepada Pakualam