Sumur yang Dibuat untuk Eks Milisi Timtim pada 2010 Itu Masih Terisi Air
Andi Sahrandi memberi gambaran, jalan masuk ke kampung eks milisi Timor Timur (Timtim) pro-Indonesia di Tuapukan ada pepohonan rindang. Di Tuapukan, pada 2010 Andi bersama Posko Jenggala membuat dua sumur yang kemudian menjadi sumber air bagi mereka.
Kendaraan rombongan Andi harus berbalik. Marselino Lopes yang dihubungi memberi tahu jika rombongan Andi sudah jauh dari jalan yang seharusnya belok ke kampung eks milisi itu.
Marselino, eks komandan Milisi Makikit itu, menjemput dengan sepeda motor ke jalan raya. Mengikuti Marselino, rombongan Andi berbelok masuk ke jalan yang di sisinya memang ada pepohonan rindang seperti yang digambarkan Andi sebelumnya.
“Kami semua harus bangun rumah baru karena ada badai seroja tahun 2021,” ujar Marselino Lopes.
Setelah jajak pendapat di Timtim pada 1999, Marselino bersama 600 keluarga meninggalkan Timor Timur. Timor Timur menjadi Timor Leste setelah memisahkan diri dari Indonesia.
Puluhan ribu keluarga milisi pro-Indonesia pun menyeberang ke Nusa Tengara Tmur (NTT). Mereka memilih menjadi warga negara Indonesia.
Bersama 84 keluarga, Marselino membangun rumah di lahan yang disediakan untuk mereka di Tuapukan, Kabupaten Kupang, sekitar 23 kilometer dari Kupang, ibu kota NTT. Keluarga lainnya mendapat tempat di wilayah lain di Kabupaten Kupang.
Mereka membangun rumah menggunakan bebak (pelepah daun lontar) untuk dinding dan daun lontar untuk atap. Mereka tak lama menikmati statusnya sebagai pengungsi, karena pada 2002 status pengungsi dicabut oleh UNHCR.
Maka, sejak 2003 tidak ada lagi bantuan kepada mereka, karena mereka tidak dianggap lagi sebagai pengungsi. Mereka harus meneruskan kehidupan.
Menggarap lahan milik warga NTT menjadi salah satu yang mereka kerjakan. Mereka harus berbagi hasil panen dengan pemilik lahan dan pemilik traktor. Ada juga yang membuat garam.
Sejak itu pula, bantuan dari pemerintah juga berangsur-angsur hilang. Banyak pejabat sering berkunjung, tetapi tak pernah ada realisasi.
Ketika Andi Sahrandi bersama Posko Jenggala datang pada Mei 2010, mereka sempat diadang oleh para pemuda eks milisi itu. Mereka tidak percaya jika Andi benar-benar membawa bantuan.
Mereka baru percaya ketika truk-truk yang membawa jagung dan beras dilihat oleh mereka. Relawan Posko Jenggala kemudian diperbolehkan masuk ke kampung mereka.