Lincak

Siapa Pakualam, Pangeran Yogyakarta yang Mendapat Hadiah Tanah di Grobogan dari Raffles?

Pada Desember 1811 Raffles membuat perjanjian dengan Sultan Yogyakarta, isinya mengembalikan semua tanah Keraton yang sebelumnya dikuasasi Belanda. Hanya tanah di Grobogan yang tidak dikembalikan, karena Raffles akan menghadiahkan kepada Notokusumo. Foto ilustrasi merupakan kawasan pembuatan garam di Bledug Kuwu, Grobogan.

Pada 27 Februari 1811 pagi, ada upacara penurunan bendera Belanda digantikan dengan bendera Prancis di Keraton Yogyakarta. Pangeran Notokusumo dan anaknya, Notodiningrat tak hadir di upacara itu. Upacara penaikan bendera Prancis ini dilakukan setelah datang surat pengumuman mengenai aneksasi Prancis terhadap Belanda.

Oohya! Baca juga ya:

Di Grobogan Ada Tanah yang oleh Raffles Dihadiahkan kepada Pakualam

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Setelah Menginjak Biji Kopi di Batavia, Tentara Inggris Seret Sultan Yogyakarta di Depan Diponegoro

Saat itu, Notokusumo dan Notodiningrat sedang mendekam di penjara bawah tanah di Cirebon. Daendels pernah berpikiran akan melenyapkan keduanya, sebelum dimanfaatkan oleh Raflles. Seharusnya mereka sudah dieksekusi mati pada masa gubernur jenderal sebelum Daendels. Tapi Residen Cirebon menyatakan eksekusi akan dilakukan pada masa gubernur jenderal baru, JW Jansens yang akan menjabat pada Mei 1811. Tapi Jansens tak lama menjabat, karena Inggris menaklukkan Batavia, dan kemudian Jawa.

Notokusumo adalah adik kandung Sri Sultan Hamengkubuwono II. Pemenjaraan dirinya membuat ia dendam kepada Putra Mahkota --ayah Diponegoro yang kemudian diangkat Raffles sebagai Sri Sultan Hamengkubuwono III. Notokusumo membantu Inggris merancang penyerbuan Keraton Yogyakarta. Notokusumo pula yang membantu penjarahan besar-besaran selama empat hari di Keraton Yogyakarta. Barang-barang diangkut tiada henti dengan pedati dan kuli panggul menuju ke rumah Residen Yogyakarta, John Crawfurd. Ada wayang, gamelab, arsip –termasuk akta tanah dan naskah-naskah berbahasa Jawa. Alquran yang bukan bagian dari budaya Buddha-Hindun tidak ikut dijarah.

Notokusumo --yang kemudian dinobatkan sebagai Pakualam dan berkuasa di Pakualaman, sehingga Keraton Yogyakarta pecah lagi menjadi Kesultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman-- membantu melakukan identifikasi naskah-naskah. “Pakualam adalah seorang Jawa yang sangat unggul. Ia punya pemahaman komprehensif yang tidak ada bandingannya di kalangan pribumi,” ujar Crawfurd.

Priyantono Oemar

Sumber rujukan:

Takdir, Riwayat Pangeran Diponegoro karya Peter Carey

Berita Terkait

Image

Di Grobogan Ada Tanah yang oleh Raffles Dihadiahkan kepada Pakualam