Lincak

100 Tahun Wafatnya Diponegoro, tidak Omon-Omon Saja seperti Kata Prabowo Subianto

Suasana pembukaan Gua Selarong, markas perjuangan Diponegoro, setelah direstorasi pada 1955. Pada tahun itu pemerintah merayakan 100 Tahun Wafatnya Pahlawan Diponegoro, tidak dengan omon-omon saja.

Pada masa perjuangan kemerdekaan, nama Diponegoro selalu dikenang sebagai sosok yang menginspirasi perjuangan kalangan nasionalis Indonesia. Tanggal 8 Januari diperingati oleh kaum nasionalis Indonesia sebagai hari besar, untuk mengenang Diponegoro.

Tanggal 8 Januari bukanlah hari lahir Diponegoro, melainkan hari kematian Diponegoro, yaitu 8 Januari 1855. Pada 1930, Hari Diponegoro diperingati sebagai 100 Tahun Penangkapan Diponegoro. Diponegoro ditangkap pada 28 Maret 1830.

Merayakan 100 Tahun Wafatnya Pahlawan Diponegoro, pemerintah juga membuat peringatan dan melakukan kerja nyata, jadi tidak omon-omon saja seperti kata Prabowo Subianto. Apa yang dikerjakan pemerintah?

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Oohya! Baca juga ya: Mengapa Banyak Mahasiswa Berminat Mengikuti E-Learning BSN untuk Materi Pengantar Standardisasi?

Sekolah Indonesia diliburkan pada Hari Diponegoro 1930 yang diadakan oleh kaum nasionalis Indonesia. Lalu, pada 1955 Hari Diponegoro diperingati sebagai 100 Tahun Wafatnya Pahlawan Diponegoro.

Menteri Penerangan FL Tobing, Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Muh Yamin, dan Presiden Sukarno memberikan pidato sambutan pada perayaan 100 Tahun Wafatnya Pahlawan Diponegoro. Upcara peringatan diadakan di Istana Negara pada 8 januari 1955.

“Adakah Diponegoro mencapai kemerdekaan bagi kita? Tidak. Oleh karena itulah perjuangan mereka dinamakan gagal. Tetapi tidka sia-sia perjuangan mereka itu. Tidak sia-sia, kalau sia-sia perjuangan Diponegoro, kita tidak ada duduk di Istana Negara ini,” ujar Sukarno dalam pidatonya.

Demikian pula perjuangan Sultan Agung, Trunojoyo, Suropati, Imam Bonjol, Teuku Umar, Hasanuddin, Ktut Jelantik, juga mengalami kegagalan, tetapi tidak sia-sia. “Gagal, tetapi tidak sia-sia, sebagaimanapun korbanan pemimpin-pemimpin kita, yang telah mangkat, tidak sia-sia,” kata Sukarno menegaskan ulang.

Setelah para pejuang terdahulu meninggal, kata Bung karno, “Lautan Indonesia tetap bergelora, tetap bergelombang.” “Mereka tetap menduduki puncak-puncak daripada gelombang-gelombang ini,” lanjut Bung Karno.

Pada kesempatan itu, Bung Karno memberikan anjuran kepada pemimpin bangsa. Karena Indonesia masih harus melanjutkan perjuangan bangsa Indonesia yang belum selesai.

“Bersatulah. Ambillah pengajaran yang setepat-tepatnya daripada gagalnya Diponegoro, Suropati, Imam Bonjol, Teuku Umar, dan gagalnya pemimpin-pemimpin kita yang lain. Mereka tidak sia-sia berjuang, perjuangan mereka akan memberi inspirasi kepada kita,” kata Presiden Sukarno.

Oohya! Baca juga ya: Diponegoro Sebagai Pujangga, Kata Muh Yamin Babad Diponegoro Merupakan Karangan Jiwa yang Bernyanyi

Menyambut perayaan 100 tahun Wafatnya Pahlawan Diponegoro ini, pemerintah mengeluarkan empat keputusan. Menurut Muh Yamin, empat keputusan itu adalah:

Pertama: Seperti telah dilihat pada hari ini dikibarkan oleh rakyat dan oleh kantor-kantor jawatan pemerintah, Sang Merah Putih.

Tidak satu peringatan begitu besarnya daripada rakyat, daripada pemerintah sipil, polisi dan militer yang memberi kehormatan kepada penganjur dan pahlawan kemerdekaan yang pada tahun 1825 dismabut oleh rakyat dengan mengibarkan bendera Merah Putih (gula-kelapa) pada waktu itu.

Dan ini telah dikibarkan, sehingga seluruh tanah air kita, selain daripada Irian Barat, telah diliputi dan mengalami kibaran Merah Putih sebagai tanda kedaulatan Negara Republik Indonesia.

Kedua: Putusan daripada kementerian yang saya pimpin, yaitu dengan segera Tegalrejo bersama-sama dengan Selarong (Gua Selarong) akan direstorasi sebaik-baiknya.

Saya telah berbicara dengan Kepala Pemerintah daerah Istimewa Yogyakarta, Hamengkubuwono, yangmenyerahkan seluruhnya tanah Tegalrejo dan kiranya di sana akan ddiganti kehilangan puri dan kehilangan masjid yang terbakar. Dalam tahun 1955 akan ditempatkan memorial yang sederhana, di tempat sembahyang dan kiri dan kanan tempat penyimpanan jubah Diponegoro yang tertolong masih masih ada pada waktu ini.

Selain daripada kursi Diponegoro yang disimpan di Metasih di kota Magelang, akan dibuat perpustakaan yang berhubungan dengan riwayat peperangan dan riwayat Diponegoro. Di depan itu barangkali juga akan ditegakkan, jikalau rakyat menyukainya, satu patung Pahlawan Diponegoro yang sekarang telah tertolong.

Dan selain daripada itu juga Gua Selarong akan lebih disempurnakan sebagai tanda-tanda perjuangan yang mempelopori kemerdekaan kitaa dalam abad ke-19.

Oohya! Baca juga ya: BSN Bicara Soal UMKM dan Carbon Capture Storage yang Disinggung Gibran di Debat Cawapres

Ketiga: Kita mengetahui bahwa keluarga Diponegoro itu tersebar di seluruh Indonesia dan yang banyak tidak mengalami menuntut pelajaran yanag sempurna.

Saya mengetahui bahwa tradisi dari Pahlawan Diponegoro dilanjutkan oleh Dr Achmad Diponegoro yang mati dipancung oleh tentara fasis Jepang di Pontianak, yang mati tidak terkubur, adalah turunan langsung dari pahlawan yang kita hormati pada malam ini. Juga saya pernah mengunjungi makam daripada turunan beliau di Merauke.

Jadi, mayat dan nama beliau itu telah mendengung dan menderu di seluruh kepulauan Nusantara, tidak saja di dalam riwayat dan babad, melainkan dari Sabang sampai Merauke namanya tersebar dan tertanam dalam hati kita.

Atas permintaan kekeluargaan daripada beliau, yang akan dipusatkan di Yogyakarta atau di Kaliurang, saya akan menunjukkan kebaktian pemerintah kepada pahlawan ini, memberi kesempatan kepada turunan beliau untuk menuntut pelajaran secara modern dalam suasana kemerdekaan pada waktu ini.

Oohya! Baca juga ya: Anies Baswedan Manfaatkan Tiktok untuk Kerja Kampanye, Alat Kerja Seperti Apa yang Diperkenalkan kepada Generasi X di Bangku Sekolah?

Keempat: Yaitu dalam penderitaan waktu pembuangan di Manado dan di Makassar, Pahlawan Diponegoro kerjanya ialah menulis riwayat hidupnyaa sendiri, yang dinamai Babad Diponegoro asli, satu babad Diponegoro yang ditulis oleh pahlawan itu sendiri, yang menulis dengan kalam pengalaman dan tinta penderitaan di atas kertas hidup hidayah orang yang berjuang.

Babad itu tertolong dan saya membaca dokumennya, bahwa pemerintah kolonial Hindia-Belanda melarang menerbitkan babad itu. Melarang menyalinkan dalam bahasa apa juga.

Tetapi sekarang baiklah kita dalam suasana kemerdekaan ini memberi isi kepada penghormatan kita, dengan segera akan menerbitkan buku itu dalam bahasa Jawa dan Indonesia dan menurut pendapat daripada orang yang sudah membacanya, ini adalah suatu pualam yang berseri-seri dalam kesusasteraan Indonesia.

Buku ini dengan segera akan dikeluarkan oleh pemerintah. Panitianya telah saya angkat, yaitu di bawah Sultan Hamengkubuwono sendiri yang telah siap menerimanya.

Inilah keempat putusan yang saya sebarkan di sini sekadar untuk memberi isi bahwa kita merayakan sentenar wafatnya Pahlawan Diponegoro ini tidaklah hanya dengan ucapan-ucapan perkataan yanag bersih, tetapi juga dengana pekerjaan yang nyata-nyata.

Dalam kalimat Prabowo Subianto berarti “tidak omon-omon saja”. Hehe...

Priyantono Oemar

Sumber rujukan:
- Algemeen Handelsblad voor Nederlandsch-Indie, 15 Februari 1930
- Pahlawan Diponegoro karya Panitia Peringatan 100 Tahun Wafatnya Pahlawan Diponegoro Kementerian Penerangan (1955)

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
[email protected]

Berita Terkait

Image

Siapa Pakualam, Pangeran Yogyakarta yang Mendapat Hadiah Tanah di Grobogan dari Raffles?

Image

Di Grobogan Ada Tanah yang oleh Raffles Dihadiahkan kepada Pakualam