Anies Baswedan Manfaatkan Tiktok untuk Kerja Kampanye, Alat Kerja Seperti Apa yang Diperkenalkan kepada Generasi X di Bangku Sekolah?
Ada yang bertanya, “Kacamatanya etalase berapa?” Karena pertanyaan itu diajukan pada saat Anies Baswedan melakukan siaran langsung yang pertama kali di Tiktok, ia pun menjawab, ”Nanti saya coba cari, apa nih maksudnya etalase.”
Sebelum sempat dilarang oleh pemerintah, Tiktok merupakan salah satu media sosial yang dijadikan alat kerja untuk berjualan. Maka, pertanyaan bergurau mengenai etalase yang diajukan kepada Anies itu tentu dikaitkan dengan aktivitas jualan di Tiktok yang belum dipahami oleh Anies.
Tiktok tentu hal baru bagi generasi X di Indonesia, sebab pada masa sekolah dulu alat kerja yang diperkenalkan kepada mereka tentu tidak ada media sosial semacam Tiktok ini. Apa alat kerja yang diperkenalkan kepada generasi X lewat pelajaran di sekolah?
Oohya! Baca juga ya: Amangkurat II Siapkan Pertunjukan 40 Harimau untuk Sambut Kapten Tack, Mengapa Wangsanata Melaporkan kepada Kompeni sebagai Persiapan Perang?
Generasi X adalah generasi yang lahir pada kurun 1965-1980. Anies Baswedan kelahiran 1969, yang menjalani pendidikan dasar pada 1970-an-1980-an.
Anies mengaku harus belajar untuk melakukan siaran langsung lewat Tiktok untuk kerja kampanyenya agar bisa berdialog dengan generasi Z, yaitu generasi yang lahir 1997-2012. Generasi Z ini pada 2024 akan menjadi pemilih pemula.
Generasi X sejak saat duduk di bangku kelas empat SD menerima pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Ada buku Manusia dan Alam Sekitarnja yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Buku pelajaran itu terdiri dari tiga jilid. Jilid pertama uneuk kelas empat, jilid kedua untuk kelas lima, dan jilid ketiga untuk kelas enam. Di jilid kedua, misalnya, ada judul bab: “Perkakas dan Mesin yang Dapat Memudahkan Pekerjaan Kita”.
Di bab ini dibahas juga pengertian tentang kerja. Kata ini kembali populer setelah Presiden Jokowi menggunakan kata ini pada kampanye Pilpres 2014: Kerja, Kerja, Kerja.
“Untuk kepentingan pelajaran kita, kita harus mempunyai satu arti tentang kerja atau usaha,” tulis buku itu.
Maka, di bab ini kerja dijelaskan lewat gambar-gambar orang yang sedang bekerja. Ada gambar petani sedang mencangkul, ada dua pekerja sedang mengangkat peti, ada gambar dua anak yang menyambut ayahnyayang baru pulang kerja, ada astronaut yang mendarat di bulan –yang disebut sebagai “hasil kerja ilmiah yang mengagungkan”.
Oohya! Baca juga ya: Meminta Bantuan Kompeni untuk Jadi Raja Mataram, Pakubuwono I pun Terjerat Utang dan Kehilangan Banyak Wilayah Jawa-Madura
“Telah kamu ketahui bahwa untuk melakukan kerja itu diperlukan tenaga. Ingatkah kamu dari mana tenaga kamu dapatkan untuk melakukan kerja itu? Kita telah membicarakannya dalam hal makanan kita. tenaga itu kita dapatkan dari makanan yang kita makan” lanjut buku itu.
Lalu ditanyakan kepada para siswa, sanggupkah mengangkat sekarus beras seberat 25 kilogram? “Lebih banyak usaha yang harus kamu lakukan untuk mengangkat beras yang 25 kilogram itu bukan?” tulis buku itu.
Kepada para siswa ditanyakan juga, bagaimana rasanya naik pohonyang tinggi? “Kalau kamu naik terus sampai setinggi tujuh meter, kamu telah terenga0engah kecapaian,” tulis buku itu.
Maka, untuk memperingan kerja itu, diperlukan bantuan alat yang memuadhkan seseorang melakukan kerjanya. Ada roda drong untuk meringankan kerja memindahkan barang, ada timba senggot dan timba kerekan untuk meringankan kerja menimba air dari sumur, dan sebagainya.
Untuk mesin, disebutkan ada mesin jahit, mesin tulis, mesin giling, mesin terbang, dan sebagainya. “Pada pokoknya mesin-mesin itu memudahkan kita melakukan kerja. Mesin itu memudahkan kerja yang sukar. Mesin juga menjadikan kerja yang berbahaya jadi aman.
Oohya! Baca juga ya: Kapten Tack Dibunuh Untung Suropati, Apa Isi Surat Kompeni yang Belum Sempat Diserahkan Kapten Tack kepada Amangkurat II?
Buku itu juga menjelaskan, penggunaan alat kerja atau mesin, bukan karena manusia malas, melainkan karena manusia itu berpikir. “Karena kemampuannya untuk berpikir itulah manusia selalu berusaha untuk meringankan segala pekerjaannya [...] Manusia ingin mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya dengan kerja sesedikit mungkin,” lanjut buku itu.
Dengan Tiktok, Anies Baswedan bisa berdialog dengan tarusan ribu anak muda di berbagai penjuru Indonesia dalam satu kesempatan. Ini berbeda dengan ketika dia harus datang ke berbagai kotauntuk melakukan dialog lewat program Desak Anies yang dihadiri oleh peserta yang terbatas.
Ma Roejan
Sumber rujukan:
Manusia dan Alam Sekitarnja Jilid 2 karya R Sadelie Soeriagandaatmadja (1970)
Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator
Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.
Redaksi
[email protected]