Lincak

Kantor Berita Dicetuskan Tabrani pada 1929, LKBN Antara Baru Berdiri pada 1937, Hari Ini 13 Desember 2023 Berulang Tahun

LKBN Antara pernah berkantor di gedung ini. Kantor berita Antara didirikan pada 13 Desember 1937, Tabrani mencetuskaan perlunya kantor berita pada 1929.

Hari ini, 13 Desember 2023, Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara merayakan ulang tahunnya. LKBN Antara didirikan oleh beberapa anggota Persatoean Djoernalis Indonesia (Perdi) pada 13 Desember 1937.

Pada 1937 ini, Perdi sedang memboikot koran Cina-Melayu, Sin Po, dan Tabrani dari Pemandangan dengan cara tidak mengirimkan nomor perkenalan. Maka, koran-koran yang pemimpin redaksinya menjadi anggota Perdi wajib menghentikan pengiriman korannya ke Sin Po dan Pemandangan, demikian pula sebaliknya.

Pada masa belum ada kantor berita, nomor koran-koran biasa melakukan tukar nomor perkenalan yang isinya bisa dikutip oleh masing-masing koran yang menerimanya. Cara ini dapat mengurangi biaya operasional masing-masing pengelola koran.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Oohya! Baca juga ya: Sultan Agung, Negara Api Itu Bernama Mataram

Hanya M Tabrani, pemimpin redaksi Pemandangan, yang tidak bersedia memboikot Sin Po, karena ia tidak punya masalah dengan Sin Po. Menurut Tabrani, masalah muncul karena urusan personal Sin Po dengan Parada Harahap, pemimpin redaksi Tjaja Timoer, yang kemudian diangkat menjadi masalah Perdi.

Tabrani kemudian juga diboikot oleh Perdi. Maka, selama masa boikot itu, Tabrani mengembangkan Pemandangan. Ia keliling Jawa untuk mencari pembantu-pembantu di berbagai kota, sehingga Pemandangan mendapatkan banyak pasokan berita dari berbagai kota.

Maka, ketika kantor berita Antara didirikan pada 1937, Tabrani yang masih disanksi oleh Perdi merasa tidak perlu melanggan berita-berita Antara, sebab kebutuhan berita untuk Pemandangan dari berbagai daerah sudah mencukupi. Tapi, Tabrani mengaku mendukung pendirian kantor berita ini.

Tabrani mengaku, pendirian kantor berita sesuai dengan cita-cita Tabrani yang pernah ia cetuskan pada 1929. Tetapi saat itu idenya ditolak mentah-mentah oleh kalangan pers Indonesia.

Pembentukan kantor berita saat itu dianggap sebagai hal yang tidak mungkin dilakukan. Siapa yang harus membuatnya?

Dalam tugas akhir studi jurnalistik di Eropa, Tabrani menyusun buku berjudul Ons Wapen. Di buku ini, ia memandang perlu adanya serikat pers Indonesia.

Serikat ini bisa mengerahkan redaksinya untuk membuat liputan khusus yang bisa dipakai oleh koran-koran anggotanya sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya operasional banyak. Inilah konsep kantor berita yang ditawarkan oleh Tabrani.

Oohya! Baca juga ya: Inilah 40 Nama Spesies Cendrawasih Papua yang Didata oleh Alfred Russel Wallacea, Ada Beberapa Ditemukan di Australia

Jika serikat pers sudah dilakukan oleh para pengelola pers Indonesia, Tabrani mengusulkan agar Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI) memelopori pembentukannya dengan mengundang para pengelola pers Indonesia. Tetapi PPPKI hanya menjadi fasilitator, bukan sebagai atasan dari pers nasional.

Mengapa PPPKI? Lembaga ini sudah jelas bentuknya sebagai wadah berbagai perkumpulan pergerakan kemerdekaan. Maka serikat pers Indonesia dengan kantor beritanya dibentuk untuk tujuan mengoptimalkan perjuangan kemerdekaan melalui pers. Operasionalnya, kata Tabrani, bisa dilakukan dengan cara iuran.

“Dengan cara ini, surat kabar nasional mendapatkan pasokan berita yang berkualitas dan murah, karena tidak perlu mengirimkan sendiri wartawannya. Dengan cara ini pula surat kabar anggota memiliki laporan yang berkualitas, andal dan rinci. Dengan cara ini pula, penyebaran informasinya bisa lebih luas,” tutur Tabrani.

Lembaga ini, kata Tabrani, selain mengelola "kantor berita", seperti LKBN Antara saat ini, di kemudian hari juga bisa mengadakan pameran surat kabar, konferensi, meningkatkan pendidikan wartawan atau staf di percetakan dan pemasaran dari masing-masing surat kabar yang menjadi anggota.

Perlu juga melakukan pencatatan ilmiah bahasa Indonesia. Tabrani melihat saat itu bahasa Indonesia belum menjadi bahasa yang maju. Tabrani memahami, belum semua bangsa Indonesia menguasai bahasa Indonesia.

Oleh karena itu, keberadaan surat-surat kabar nasional yang diperlukan untuk mendukung pergerakan nasional, tidak harus semuanya berbahasa Indonesia. Semua bahasa yang ada di Indonesia bisa digunakan, karena prinsip dari surat kabar adalah harus mudah dipahami oleh pembacanya.

Oohya! Baca juga ya: Tsunami Aceh, Kontak Senjata TNI-GAM Membuat Anak-Anak Pengungsi di Kamp Pengungsi Posko Jenggala di Lhok Nga Ketakutan

AM Sipahoetar termasuk salah satu pendiri Lembaga Kantor Berita Nasional Antara (LKBN Antara) bersama Sumanang. Sipahoetar memuji sikap Tabrani.

Kata Sipahoetar:

Waktoe saja menoelis karangan ini didepan saja terletak s.s.k. “Tjaja Timoer” dan “Pemandangan”, jg terbit dalam satoe hari dan membitjarakan soal jang sama dalam hoofdartikel, jaitoe soal persbureu nasional. Meskipoen soal jang dibitjarakan sama sadja, tapi dasar dan toedjoean pikiran, toean Tabrani djaoeh berlainan sekali dari penoelis dalam “Tjaja Timoer”.

Kalau dalam oeraian toean Tabrani terasa ada saja soeara darah nasionalist Indonesier jang mempoenjai karakter, maka pada oeraian jang seorang lagi, sajang saja soekar mendapatnja. Bagi publiek jg soeka pada “karakterstudie” dapatlah mendapat peladjaran dari toelisan kedoea koran itoe. Boekankah dari toelisan seseorang itoe dapat dikenal karakternja?

Kalau saja disoeroeh pilih antara jg doea itoe, soedah tentoe saja pakai soeara darah nasionalist Indonesier, soeara jang tidak bisa dibeli sebab ketika ada orang jg mengatakan kepada saja: “Men kan toch niet alleen van idealen leven, meneer Sipahoetar” (“Seseorang tidak dapat hidup hanya dengan cita-cita, Pak Sipahoetar”, pen) saja telah djawab dengan: “Mijn karakter is niet te koop, meneer”! ("Karakter saya tidak untuk dijual, Pak"!, pen). Pendirian ini saja harap dapat saja pegang tegoeh sampai kepada adjal saja...

Priyanono Oemar

Sumber rujukan:
- Ons Wapen karya M Tabrani (1929)
- Pemandangan, 27 November 1937

Oohya! Baca juga ya: Kisah Ten Dudas, 10 Duda Penyintas Tsunami Aceh Membangun 200 Rumah Darurat Dibantu Posko Jenggala

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
[email protected]

Berita Terkait

Image

Tae Bikin Farhat Abbas dan Denny Sumargo Berseteru, Parada Harahap dan Tabrani Dulu Berseteru karena Kongkalikong

Image

Ini Alasan Kongres Pemuda Diadakan, Ada Orang Tua, dan Bikin Sumpah Pemuda