Lincak

Jepara yang Pernah Dipimpin Ratu Kalinyamat Dapat Kapal dari Mana untuk Bisa Serang Portugis di Malaka? Penulis Portugis Tome Pires Tahu

Kirab Buka Luwur Ratu Kalinyamat diadakan setiap tahun di Jepara. Ratu Kalinyamat dimakamkan di Mantingan, Jepara, berdampingan dengan makam suaminya, Pangeran Kalinyamat.

Dari negeri-negeri lain, Jepara bisa menggalang kekuatan armada laut untuk menyerang Portugis di Malaka. Pada penyerangan akhir 1512 – awal 1513, penguasa Jepara Dipati Unus membawa 200 kapal.

Dipati Unus memyiapkannya selama lima tahun. Saat melakukan penyerangan, ia baru berusia 17 tahun.

Selama menjadi penguasa Jepara di bawah kekuasaan Kerajaan Demak, Dipati Unus mendukung langkah Sultan Demak Raden Patah untuk memperluas wilayah kekuasaan. Ia bisa bisa menalukkan Tanjungpura, Lawai (kampung halaman kakeknya di Kalimantan bagian barat daya).

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Oohya! Baca juga ya: Pembuatan Kapal di Rembang Diwarnai Korupsi, Kayu Jati pun Dicari Hingga Grobogan Saat Hutan Jatinya Habis

Palembang, kampung halaman Raden Patah, tentu saja juga membantu Dipatu Unus dalam menyiapkan armada laut. Ayah Dipati Unus yang lahir di Malaka kemudian memilih tinggal di Jepara, mendapatkan kekayaan dengan menjadi pedagang dan perompak.

Sebagai kota pelabuhan, Jepara yang dipimpin ayah Dipati Unus juga mendapatkan penghasilan dari pajak pelabuhan. “Para pedagang diharuskan membayar pajak 400 cash untuk setiap 10 ribu barang yang mereka jual di negeri itu,” tulis Tome Pires.

Cash merupakan koin Cina yang digunakan di Jawa. Koin ini berlubang di bagian tengah.
Setiap 1.000 cash akan dikenai pajak pelabuhan sebesar 30 cash. Jawa, kata Tome Pires, belum memiliki koin sendiri.

Oohya! Baca juga ya: Sebelum Ratu Kalinyamat, Ada Dipati Unus dari Jepara yang Menolak Beri Hormat Lalu Serbu Portugis di Malaka

Berbagai kain yang didatangkan ke Jawa berasal dari Malaka dalam jumlah yang sangat banyak. Sapi-sapi jantan putih yang didatangkan dari Bengal dan Gujarat juga diminati orang Jawa.

Penguasa-penguasa di wilayah pesisir Jawa, menurut Tome Pires, bukan penduduk asli Jawa. Mereka memiliki darah Cina, Persia, Keling, Arab, Gujarat, dan sebagainya.

Dipati Unus yang kemudian menggantikan ayahnya sebagai penguasa Jepara juga tidka berdarah Jawa. Ia kemudian menjadi menantu Raden Patah, yang menurut Babad Tanah Jawi merupakan anak dari Raja Majapahit Brawijaya V dari istri Campa.

Oohya! Baca juga ya: Bikin Bangga, Briptu Renita Rismayanti Dapat Penghargaan Sebagai Petugas Polisi Wanita Terbaik PBB 2023

Nama Campa masih menjadi perdebatan. Wilayah di Cina atau di Aceh: Jeumpa.

Ketika melakukan penyerbuan Portugis di Malaka, Dipati Unus menghabiskan 100 ribu cruzado Portugis. Koin 4.000 cash hanya setara dengan tiga cruzado.

Kekalahan Dipati Unus di Malaka membuatnya bangkrut. Sebelum penyerbuan, ia biasa mengirim beras ke Malaka dalam jumlah yang besar menggunakan kapal jung dan kapal penjajap. Pedagang dari Malaka juga membawa barang ke Jepara.

Keuntungan besar dari perdagangan ini tidak ia dapatkan lagi setelah kalah perang di Malaka. Kapal jung dan penjajap pun tinggal sedikit. Untuk membuat 10 jung dalam 10 tahun Jepara tidak sanggup.

Produksi kapal di Jepara lebih sedikit jumlahnya daripada kapal yang diimpor dari Pegu (Bago), Birma. Pegu yang membuat kapal menggunakan kayu jati Birma, biasa mengirim jung ke Pedir, Pasai, Pahang, Palembang, Jawa –termasuk Jepara.

Namun, setelah penyerangan Portugis di Malaka itu, Pegu juga tidak mengirimkan kapal jungnya ke Sumatra dan Jawa.

Ketika Ratu Kalinyamat menjadi penguasa Jepara, Jepara sudah memiliki armada laut lagi. Suami Ratu Kalinyamat merupakan juragan kapal.

Oohya! Baca juga ya: Ratu Kalinyamat Lakukan Tapa Telanjang, Benar atau Hanya Simbolik? Ini Catatan Penulis Portugis Soal Tapa

Ia juga menggalang bantuan dari negeri-negeri lain. “Bersama dengan raja-raja dari Pera, Pao, Marruas, dan tetangga-tetangganya yang lain, serta mengundang Ratu dari Jepara (Rainha da Japora) yang terletak di pesisir pantai Jawa, yang merupakan sekutunya sejak lama, sembari memanfaatkan situasi armada Portugis yang sedang lemah-lemahnya dan banyak kekurangan pasukan. Berkat persekutuan itu, mereka menjadi armada laut siap tempur dengan artileri, amunisi, dan perbekalan yang lengkap,” tulis Diogo da Couto pada 1626, seperti yang dikutip oleh Tim Pakar Ratu Kalinyamat.

Tim Pakar Ratu Kalinyamat diketuai oleh Prof Dr Ratno Lukito. Anggotanya terdiri dari Dr Alamsyah, Dr Chusnul Hayati, Dr Connie Rahakundini Bakrie, dan Dr Irwansyah.

Priyantono Oemar

Sumber rujukan:
- Pernyataan Akademik Tim Pakar Ratu Kalinyamat, 17 Agustus 2022
- Suma Oriental karya Tome Pires, penerjemah Adrian Perkasa dan Anggita Pramesti (2014)

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
[email protected]