Lincak

Sebelum Ratu Kalinyamat, Ada Dipati Unus dari Jepara yang Menolak Beri Hormat Lalu Serbu Portugis di Malaka

Nama Dipati Unus atau Pati Unus, penguasa Jepara yang kemudian menjadi sultan Demak, diabadikan sebagai nama kapal milik TNI, KRI Pati Unus.

Demak biasa mengirim beras ke Malaka. Pelabuhan Jepara menjadi andalan Demak melakukan perdagangan dengan Malaka. Di Jepara ini ada Dipati Unus yang menjadi pengausa di bawah kekuasaan Demak.

Dipati Unus memiliki ayah yang lahir di Malaka. Kakek Dipati Unus berasal dari Lawai, Kalimantan bagian barat daya, yang merantau ke Malaka.

Melakukan perdagangan dengan Jawa membuat ayah Dipati Unus menjadi kaya. Ia lalu menetap di Jepara.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

“Orang-orang yang berlayar melewati Jepara akan bisa melihat keseluruhan kota. Pelabuhan ini merupakan pelabuhan terbaik,” tulis Tome Pires, penulis Portugis, yang mencatat Jawa pada 1512-1515.

Oohya! Baca juga ya: Ratu Kalinyamat Lakukan Tapa Telanjang, Benar atau Hanya Simbolik? Ini Catatan Penulis Portugis Soal Tapa

Semua orang yang hendak pergi Jawa dan Maluku, menurut Tome Pires, dipastikan akan singgah di Jepara. Tak heran jika penulis Portugis Manuel Pinto pada 1548 mampir ke Jepara sepulangnya dari Goa, Sulawesi.

Manuel Pinto bertemu dengan Sultan Demak Sunan Prawoto yang mengaku akan menyerang Goa. Manuel Pinto pun memberi saran kepada Sunan Prawoto agar tidak melakukannya karena hal itu akan merusak pengenalan Kristen di Goa.

Namun, itulah tujuan Demak. Mengislamkan berbagai wilayah di Jawa dan kepulauan lain sejak Raden Patah mendirikan Kerajaan Demak sebagai negeri Muslim pertama di Jawa.

Dipati Unus digambarkan oleh Tome Pires sebagai sosok yang gagah berani. Ia telah menyertakan Bangka dan Tanjungpura di bawah kekuasaan Jepara. Lawai, kampung halaman kakeknya di Kalimantan, juga sudah berada di bawah kekuasaannya.

“Dulu, Jepara memiliki banjak jung dan, meskipun Jepara berada di bawah kekuasaan Demak, ia merupakan penguasa yang hampir sama besarnya dengan penguasa Demak,” tulis Tome Pires.

Oohya! Baca juga ya: Membahas Usulan Nama Lokal untuk Nederlandsch Nieuw Guinea, Belanda Tolak Nama Irian

Sebagai menantu Raden Patah, Dipati Unus memiliki keinginan menyatukan segala yang tersisa dari kekayaan ayahnya dengan kekayaan Raden Patah. Maka, ia berkeinginan merebut Malaka, sehingga ia perlu menyiapkan armada.

Tapi, Malaka lebih dulu jatuh ke tangan Kapten-Mayor Alfonso d’ Albuquerque dari Portugis pada 1511. Maka, atas bantuan Palembang, Dipati Unus memiliki armada laut dengan 200 kapal.

Dipati Unus, kata Tome Pires, melakukan penyerangan terhadap Malaka setelah ia menolak memberi hormat kepada kapten kapal Portugis di Malaka. Saat itu Portugis meminta Dipati Unus untuk memberikan hormat setelah ia tiba di Malaka.

Armada Dipati Unus tiba di pelabuhan Malaka pada malam hari. Namun, mereka tidak lebih dari enam jam ada di Malaka, karena dibuat kocar-kacir oleh Portugis.

Kalah dalam persenjataan, kapal Dipati Unus banyak yang terbakar, karam, dan ditangkap Portugis. Prajurit Dipati Unus pun banyak yang ditangkap dan ada 1.000 yang gugur dalam peperangan itu.

Dengan 200 kapal itu, Dipati Unus membawa 30 ribu prajurit dari Jawa dan 10 ribu prajurit dari Palembang. Kapal Dipatu Unus bisa menyelamatkan diri lalu pulang ke Jepara dengan susah payah.

Hanya tiga kapal yang bisa ia bawa pulang. Dari negeri-negeri lain yang membantunya dalam penyerbuan ke Malaka, terhitung ada juga kapal yang bisa selamat. Berupa kapal jung dan kapal penjajap, yang ditulis pangajava dalam bahasa Portugis.

“Sehingga seluruh Jawa dan Palembang tidak memiliki lebih dari 10 jung dan 10 pangajava kargo, yakni kendaraan semacam kapal,” tulis Tome Pires.

Oohya! Baca juga ya: Kehebatan Armada Laut Jepara Dorong Belanda Cari Lokasi Istana Ratu Kalinyamat dan Bebaskan Pajak di Mantingan

Di luar kapal yang pulang selamat dari Malaka, Jepara hanya memiliki kapal-kapal kecil. “Hal ini karena Pegu tidak lagi mengirimi mereka –Pedir, Pasai, Pahang, Jawa, dan Palembang—dengan jung seperti dulu,” tulis Tome Pires.

Setelah penyerbuan ke Malaka itu, orang-orang Jawa pun tidak mampu lagi membuat 10 jung dalam waktu 10 tahun. Akibat perang itu, perdagangan Jepara dengan Malaka juga terganggu. Beras an barang dagangan lainnya tidak bisa lagi dikirim ke Malaka.

Kendati begitu, ketika Raden Patah menunggal pada 1518, Dipati Unus diangkat menjadi penggantinya. Nama Dipati Unus cukup harus setelah penyerbuan ke Malaka itu.

Ia menjadi sultan kedua di Demak dan meninggal pada 1521. Ayah Ratu Kalinyamat, Trenggono (yang merupakan adik ipar Dipati Unus), menggantikan posisi Dipati Unus sebagai sultan Demak.

Priyantono Oemar

Sumber rujukan:
- Suma Oriental karya Tome Pires, penerjemah Adrian Perkasa dan Anggita Pramesti (2014)

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
oohya.republika@gmail.com

Berita Terkait

Image

Oligarki Gagal Kuasai Jakarta Lewat Pilkada, Dulu Portugis Gagal Mendarat di Sunda Kelapa

Image

Serbu Blambangan, Sultan Demak Dibantu Prajurit Portugis