Lincak

Naik Haji dengan Kapal untuk Apa Bawa Serta 8 Ekor Sapi?

Kementerian Agama saat ini sedang merekrut anggota Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) 2025. Dulu, naik haji dilakukan dengan naik kapal untuk mencapai Tanah Suci, perlu ransum selama perjalanan. Kapten kapal pun membawa serta delapan ekor sapi. Sumber: reuters/republika

Kapal Kambangan berangkat dari Tanjung Priok pada 7 Maret 1922, pukul 12.00. Tujuannya ke Jeddah, mengangkut calon jamaah haji.

Tiba di Padang, kapal beristirahat dua malam untuk belanja keperluan dan mengangkut calon jamaah haji dari Padang. Dengan yang diangkut dari Tanjung Priok, total calon jamaah haji ada 1.200 orang.

Dari Padang, dinaikkan pula ke kapal delapan ekor sapi. Sapi-sapi itu dinaikkan setelah selesai pemeriksaan tiket para calon jamaah haji.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Perlu waktu 2,5 jam untuk mengumpulkan 1.200 orang guna pemeriksaan tiket pada hari kapal hendak meninggalkan Padang. Dari pukul 07.00 hingga 09.30 baru semua terkumpul, dilanjutkan dengan pemeriksaan tiket mulai 09.30 hingga pukul 12.00.

“Jadi, orang yang terakhir sendiri merasa dapat hukuman berdiri lima jam,” tulis petugas Bagian Penolong Haji Muhammadiyah di majalah Soeara Moehammadijah edisi Oktober 1922.

Selesai pemeriksaan tiket, delapan ekor sapi dari Padang juga dinaikkan ke kapal. Kapal meninggalkan Padang pukul 02.00 siang, melanjutkan perjalanan ke Jeddah.

Di kapal itu ada pula dua dokter dan satu perawat, berkebangsaan Eropa. Merekalah yang bertugas menjaga kesehatan calon jamaah haji.

Selama perjalanan dari Priok hingga ke Jeddah, hanya enam orang yang meninggal. Itu pun karena sudah tua.

Kapal menyediakan ransum. Pada saat berlayar dari Priok ke Padang, seorang koki berkeliling kapal sambil membunyikan lonceng pada pukul 04.00 sore.

Berkali-kali ia memberi tahu bahwa ransum sudah bisa diambil di tempat yang telah disediakan. Setiap orang mengambil ransum untuk keperluan dua hari, yaitu nasi, ikan kering, telur bebek, dan sayur.

“Maka orang-orang haji selain dapat ransum dari kapal, orang haji boleh masak sendiri dengan sesukanya mulai jam enam pagi-pagi sampai jam enam sore,” tulis petugas Bagian Penolong Haji Muhammadiyah itu.

Kapten kapal keliling menyapa para calon jamaah haji. Ia tanya soal ransum yang sudah dibagikan.

Ketika diinformasikan bahwa ransum yang dibagikan belum mencukupi kebutuhan, kapten kapal memberi tahu bahwa kapal juga menyediakan ubi, ketan, gula, dan lainnya.

Berita Terkait

Image

Heboh Tukang Becak Naik Haji, Cuma 6 Menit Makkah-Rembang Pergi-Pulang?

Image

Berapa Sekedup Unta yang Bawa Jamaah Haji Indonesia ke Makkah?

Image

Kenapa Baju Calhaj Indonesia Kudu Diasapi di Pulau Kamaran, Yaman?

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image