Heboh! Jamaah Haji Berebut Cium Tangan dan Baju Bupati Bandung Usai Cuci Baitullah
Jamaah haji berdesak-desakan di depan Baitullah. Di dalam Baitullah ada Bupati Bandung.
Begitu Bupati Bandung keluar dari dalam Ka’bah, mereka langsung menyerbunya. Mereka berdesak-desakan, heboh berebut untuk bisa cium tangan dan baju Bupati Bandung.
Pagi itu, 1 Zulhijah, Bupati Bandung RAA Wiranatakusuma masuk ke dalam Ka’bah. Di dalam Baitullah, dia menyapu lantai dan mencuci dinding Ka’bah dengan air mawar.
Bupati Bandung juga melakukan shalat di dalam Baitullah. “Sangat rawanlah hati saya, bercucuran air mata saya,” kata Bupati Bandung mengenai pengalamannya shalat di dalam Ka’bah di tulisan “Perjalanan Saya ke Mekah”.
Tulisan itu dimuat ulang di buku Naik Haji di Masa Silam. Tulisan itu menceritakan pengalaman Bupati Bandung selama naik haji pada 1924.
“Hormat saya kepada Baitullah itu tiadalah berkurang, karena telah melihat di dalamnya itu, melainkan menjadi bertambah," lanjut Bupati Bandung mengenai kesempatannya masuk Ka’bah.
Ia menggambarkan, Ka’bah merupakan bangunan segi empat bertinggi 15 meter. Pintu Ka’bah ada di sebelah timur, dibuat dari logam --yang menurut Bupati Bandung-- sangat bagus.
“Untuk masuk ke dalamnya ada sebuah tangga,” kata Bupati Bandung.
RAA Wiranatakusuma juga bercerita bahwa pintu Ka’bah itu tiap tahun dibuka. Tiap jamaah boleh masuk ke dalamnya asal membayar 2,5 gulden.
“Apabila saya teringat akan hal itu, maka amat sedih dan pilu hati saya. Sebuah tempat suci dijadikan suatu mata pencaharian! Itukah maksudnya Ka’bah itu diadakan Tuhan?” kata Sang Bupati.
Ketika syekh Ka’bah menawarkan kepada jamaah agar sudi masuk Ka’bah, kata Bupati Bandung, syekh Ka’bah berseru seperti sedang memanggil orang masuk komidi. “Ayoh, Tuan, boleh masuk, mesti bayar seringgit!” kata Wiranatakusuma menirukan syekh Ka’bah.
Jadi, Bupati Bandung bisa masuk Ka’bah karena membayar 2,5 gulden? Tentu saja tidak.
Ia menolak tawaran syekh Ka’bah. Ia tak mau memberikan uang kepada orang yang mencari keuntungan dari menjual jasa masuk Ka’bah kepada jamaah haji.
Saat itu, ia sudah mendapat cerita dari jamaah yang telah membayar masuk Ka’bah. Di dalamnya ada kamar kecil dan di sudut kamar itu ada perkakas zaman purba.
“Yakni perkakas yang dipergunakan oleh Ibrahim dahulu kala tatkala mendirikan masjid itu,” kata Wiranatakusuma.