Ke Belanda Tempati Kabin Kapal Kelas Empat yang Sumpek, Tabrani Bisa Menyantap Makanan Penumpang Kelas Satu
Kapal JP Coen ini berangkat dari Tanjung Priok pada 13 Juli 1927 membawa penumpang tujuan Genoa, Italia; Southampton, Inggris, dan Amsterdam, Belanda. Tabrani mengantongi tiket kelas empat kapal JP Coen ini, tetapi bisa mendapat makanan penumpang kelas satu.
Menempati kabin nomor tiga di kelas empat, membuat Tabrani tak pernah bertemu dengan De Groot, pendiri pemancar radio di Malabar. Tabrani baru tahu ada juga De Groot di kapal yang ia tumpangi setelah De Groot meninggal dunia di kapal.
De Groot meninggal pada 1 Agustus 1927. Saat itu kapal sedang menjelang masuk terusan Suez.
Kabin kelas empat yang Tabrani tempati terletak di bagian depan kapal, di bawah dapur dekat jangkar. Di kelas ini ada 10 penumpang, hanya Tabrani yang bukan serdadu.
Oohya! Baca juga ya: Jadi Pahlawan Nasional, Tabrani Pernah Jengkel dengan Penggunaan Bahasa Belanda di Negara Indonesia Timur
Sembilan penumpang lainnya merupakan serdadu Belanda yang ditugaskan di Hindia Belanda. Mereka adalah orang-orang kasar tak berpendidikan.
Sebenarnya mereka bukan kelas sosial Tabrani. Namun, sebagai seorang jurnalis Tabrani mengaku harus bisa bergaul dengan siapa saja, termasuk mereka.
Badan Tabrani kecil. Jika tidak bisa memabwa diri selama di kabin kelas empat, Tabrani bis amenjadi sasaran empuk par erdadu itu. Tabrani pun mencari akal dengan mempraktikkan pepatah Belanda: Siapa tak kuat, harus pandai (Wie niet sterk is, moet slim zijn).
Maka, Tabrani memperkenalkan diri sebagai pelajar yang akan melanjutkan studi di Belanda. Cara ini manjur. Tabrani dilindungi oleh serdadu yang paling kuat.
Tabrani dianggap sebagai anak olehs erdadu itu. Ternyata, selama di Belanda pun serdadu itu tetap menganggap Tabranis sebagai anak.
Oohya! Baca juga ya: Tabrani Jadi Pahlawan Nasional, Ini Alasan Tabrani Menolak Bahasa Melayu Sebagai Bahasa Persatuan
Tabrani ke Belanda memang untuk melanjutkan studi di bidang jurnalistik. Tentu saja dengan mencari beasiswa sendiri, karena pemerintah kolonial hanya memberi beasiswa untuk pendidikan hukum, kedokteran, dan teknik.
Selama perjalanan dari Priok ke Sabang tak ada masalah bagi Tabrani. Tapi setelah meninggalkan Sabang, Tabrani didera masalah.
Tabrani sempat muntah-muntah karena mabuk laut. Tinggal di kabin kelas empat tentu sengsara diayun-ayun ombak, karena tak ada dek untuk jalan-jalan di sini.
Setiap kapal melabuh, Tabrani girang bukan kepalang. Dia bisa jalan-jalan di darat untuk menghirup udara segar., melepas kesuntukan di ruang kabin yang disebut Tabrani sempit dan sumpek.
Derita lain yang dialami Tabrani di kabin kelas empat adalah ketika air masuk ke kapal. Mesin tik yang ia gunakan untuk mengetik tulisan terendam air.
Selanjutnya, mesin tik itu tidak bisa dimanfaatkan. Sebelum mesin tik kena banjir, ia sempat membuat tulisan yang kemudian ia kirim ke Bintang Timoer setibanya di Belanda.
Sebelum berangkat ke Belanda ia meminta surat pers dari Bintang Timoer. Ia tidak menggunakan kartu pers dari Hindia Baroe yang pernah ia pimpin, karena koran itu sudah tutup akibat kekurangan modal.
Ada empat tulisan seri perjalanan yang dimuat di Bintang Timoer. Ada yang membahas cerita perjalanan.
Oohya! Baca juga ya: Ratu Kalinyamat Jadi Pahlawan Nasional, Ternyata Penguasa Maritim yang Bantu Aceh dan Malaka Melawan Portugis
Ada pula yang berbicara tentang nasib buruh kontrak. Ada juga tentang emigrasi.
Menurut Tabrani, untuk memperluas gerakan kemerdekaan ke semua wilayah Indonesia, orang-orang pergerakan di Pulau Jawa perlu beremigrasi ke daerah lain. Di daerah yang masih lemah pergerakan kemerdekannya, orang-orang pergerakan dari Pulau Jawa itu bisa mendorong munculnya pergerakan di daerah yang baru ia tempati itu.
Ia mengambil contoh di Sumatra Timur, ada banya orang Jawa anggota Budi Utomo yang menggelorakan pergerakan kemerdekaan. Dari Priok, kapal JP Coen memang sempat berlabuh di Belawan, Sumatra Timur.
Oohya! Baca juga ya: Etnolog Belanda PJ Veth Heran Ratu Kalinyamat Bisa Menjadi Pemimpin di Negeri Islam dan Bertapa Telanjang
Di sini ia sempat mengunjungi doker Pirngadi di Medan. Oleh Pirnadi ia sempat diajak datang di pertemuan kepanduan dan Budi Utomo. Ia juga sempat bertemu dengan pemimpin redaksi Benih Timoer.
Beruntung Tabrani menjadi orang Madura. Meski bermodal tiket kelas empat, ia bisa menikmati makanan untukpenumpang kelas satu. Koki di kapal banyak orang Madura, sehingga ketiak ia main ke dapur kapal, ia cepat akrab dengan para koki itu.
Hari ini, 10 November 2023, Tabrani mendapat anugerah gelar pahlawan nasional. Ia menjadi pencetus bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.
Priyantono Oemar
Sumber rujukan:
- Anak Nakal Banyak Akal karya M Tabrani (1979)
- Bintang Timoer, 1927
- De Maasbode, 12 Agustus 1927
Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator
Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.
Redaksi
[email protected]