Jadi Pahlawan Nasional, Tabrani Pernah Jengkel dengan Penggunaan Bahasa Belanda di Negara Indonesia Timur
Pada 1947, Tabrani menghadiri acara peresmian parlemen Negara Indonesia Timur yang menggunakan bahasa Belanda di Makassar. Ia hadir sebagai anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) wakil dari PNI.
Setelah Indonesia merdeka, Tabrani bergabung dengan PNI pimpinan Soewirjo. Pada masa pendudukan Jepang, ia ikut mengelola koran Tjahaja yang terbit di Bandung, setelah sempat dimasukkan penjara oleh Jepang.
Pada 1926 ia menjadi pelopor pemuda yang menggelorakan persatuan Indonesia Raya. Ketika menjadi ketua Kongres Pemuda Indonesia Pertama, ia juga menggelorakan persatuan Indonesia Raya.
Oohya! Baca juga ya:
Tabrani Jadi Pahlawan Nasional, Ini Alasan Tabrani Menolak Bahasa Melayu Sebagai Bahasa Persatuan
Pidatonya itu telah menginspirasi WR Supratman untuk mencipta lagu "Indonesia Raya". Lagu ini kemudian dibawakan oleh WR Supratman di Kongres Pemuda Indonesia Kedua.
Ia menjadi pencetus bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Ia bersama MH Thamrin memulai penggunaan bahasa Indonesia di Gemeenteraad van Batavia pada 1938.
Pada Kongres Bahasa Indonesia Pertama pada 1938, ia menjadi salah satu pembicara. Oleh Koran Belanda, ia dicap sebagai salah satu pembicara yang berbahaya.
Dalam prasarannya, ia mengusulkan kepada pemerintah Hindia-Belanda agar penguasaan bahasa Indonesia dijadikan syarat untuk pengangkatan pegawai pemerintah dan pejabat. Cara ini, menurut dia, akan membantu percepatan pengembangan bahasa Indonesia.
Menjadi pegawai dan pejabat pemerintah akan berhubungan dengan bangsa Indonesia dalam pengurusan administrasi. Itulah sebabnya mereka yang diwajibkan menguasai bahasa Indonesia, bukan bangsa Indonesia yang dipaksa menguasai bahasa Belanda.
Oohya! Baca juga ya:
Bupati Grobogan Gunakan Senjata Bantuan Belanda untuk Serang Loji Belanda di Semarang
Bahasa Belanda memang diperlukan untuk penguasaan pengetahuan karena masih banyak buku-buku pendidikan yang diterbitkan dalam bahasa Belanda. Tapi, ada banyak penduduk yang tidak bisa bersekolah tinggi sehingga tidak perlu berbahasa Belanda.
Saat itu, penguasaan bahasa Belanda dijadikan syarat pengangkatan pegawai pemerintah. Maka ada banyak anak Indonesia yang belajar bahasa Belanda untuk bisa diterima sebagai pegawai pemerintah.
Pada masa awal Indonesia merdeka, untuk pergaulan sehari-hari masih banyak orang Indonesia menggunakan bahasa Belanda. Namun, Tabrani cukup jengkel ketika di forum resmi atau di ruang publik yang digunakan adalah bahasa Belanda.
Pada kunjungannya ke Makassar untuk menghadiri acara peresmian parlemen Negara Indonesia Timur, Tabrani melontarkan pandangan pribadinya mengenai bahasa. Negara Indonesia Timur akan menjadi bagian dari Republik Indonesia Serikat.
Kehadirannya di acara itu atas undangan Belanda. Maka, peraturan kunjungan dan penerimaan dibuat oleh Belanda. Maka, Tabrani pun dan juga tamu lainnya dari Republik Indonesia, seperti berada di negeri asing.
Menurut Tabrani, gedung parlemennya semula adalah gedung teater yang dialihfungsikan. Papan-papan nama/petunjuk di dinding gedung parlemen itu ditulis dalam bahasa Belanda. Tanpa ada terjemahannya dalam bahasa Indonesia.
Oohya! Baca juga ya:
Pidato Presiden Negara Indonesia Timur Soekawati juga disampaikan dalam bahasa Belanda. Naskah pidatonya sudah diedarkan terlebih dulu, sebelum Soekawati menyampaikannya, sehingga dinilai Tabrani sebagai pidato penyampaian “suara tuannya”.
Melihat situasi ini, Tabrani menilai situasi di Negara Indonesia Timur sebagai “tidak ada hubungannya dengan kemerdekaan Indonesia”.
Priyantono Oemar
Sumber rujukan:
- Helmondsche Courant, 9 Mei 1947
- Wage Rudolf Supratman karya B Sularto (1980/1981
Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator
Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.
Redaksi
oohya.republika@gmail.com