Lincak

Generasi Muda Perlu Menyeru kepada Calon Pemimpin Bangsa Mengenai Agenda Penanganan Perubahan Iklim

Seminar Nasional Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim Melalui Kebijakan Publik di FISIP Universitas Sumatra Utara, Rabu (4/10/2023).

Generasi muda, seperti mahasiswa, perlu mengambil bagian aktif dalam menyuarakan penanganan perubahan iklim kepada calon pemimpin Indonesia, baik di pusat maupun daerah. Karena itu, mereka harus didorong berperan aktif dalam berbagai upaya penanganan perubahan iklim, termasuk melalui pendekatan kebijakan publik.

Di Sumatra Utara, misalnya, berdasarkan data dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sumatra Utara, jumlah pemilih di Sumut mencapai 10.853.940 pemilih di Daftar Pemilih Tetap (DPT). Sekitar 50 persen pemilih di Sumut adalah generasi muda dari kalangan generasi Z.

Oohya! Baca juga ya: Logo KAN Dipalsukan, Segera Diberlakukan Aturan Baru Lisensi Logo KAN

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

“Generasi muda yang cerdas iklim dapat menjadi aktor utama dalam penanganan perubahan iklim,“ kata Ketua Yayasan Perspektif Baru Hayat Mansur, Rabu (4/10/2023). Mereka memiliki peran sangat besar untuk mendorong penanganan perubahan iklim menjadi agenda penting dalam pemerintahan mendatang.

Hayat Mansur berbicara di seminar nasional “Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim Melalui Kebijakan Publik”. Seminar hibrida itu diadakan oleh Yayasan Perspektif Baru didukung oleh Konrad Adenauer Stiftung (KAS), bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatra Utara (FISIP USU).

Oohya! Baca juga ya: Pemimpin Koreri Ini Orang Asli Papua tetapi Bernama Bin Damai, Mengapa Belanda Tangkap Dia?

Perubahan iklim, kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, yang juga berbicara di seminar itu, merupakan tantangan terbesar yang dihadapi oleh umat manusia. Menurut dia, kini laju pemanasan global sudah sekitar 1,2 derajat Celsius di atas periode pra-industri.

Umat manusia, kata dia, akan menghadapi dua tantangan utama pada pertengahan abad ke-21. Yaitu tantangan berupa tekanan pada sumber daya air pada banyak wilayah dunia yang dikenal sebagai global water hotspot.

Oohya! Baca juga ya: Keturunan Raja Majapahit Ini Mengaku Seperti Orang Idiot Setelah Berhasil Membangun Taman Mini Indonesia Indah

Dampak lebih lanjut dari kelangkaan air ini adalah pada ketahanan pangan global. Langkah antisipasi terbaik bagi Indonesia memastikan ketahanan air dan ketahanan pangan, agar Indonesia dapat berketahanan dan pembangunan dapat berlanjut.

Kepala Pusat Layanan Informasi Iklim Terapan BMKG Ardhasena Sopaheluwakan, yang juga menajdi pembicara, mengatakan, dalam laju perubahan iklim yang terus terjadi, selain upaya mitigasi untuk mereduksi emisi Gas Rumah Kaca, upaya adaptasi yang berbasis data, sains, dan layanan informasi iklim harus diperkuat.

Tidak ada sektor kehidupan dan aktivitas manusia yang tidak terdampak oleh perubahan iklim. Oleh karena itu, kata dia, upaya sistematis untuk adaptasi yang dilakukan oleh sektor-sektor, perlu dituangkan dalam kebijakan yang didukung oleh data, sains, dan layanan informasi iklim.

Oohya! Baca juga ya: Membahas Usulan Nama Lokal untuk Nederlandsch Nieuw Guinea, Belanda Tolak Nama Irian

Menurut Ketua Institut Hijau Indonesia Chalid Muhammad, pemanasan global dan perubahan iklim itu nyata dan dampaknya telah terlihat. “Kita tidak punya banyak waktu untuk bertindak nyata menurunkan emisi penyebab pemanasan global,” kata dia.

Maka, inilah saatnya bagi anak muda di seluruh belahan dunia berteriak lebih keras dan nyaring agar para pembuat kebijakan di semua negara melalukan langkah radikal menurunkan emisi penyebab gas rumah kaca. Saatnya gaya hidup hijau menjadi bagian dari kehidupan kita dan dapat dimulai dari generasi muda.

Pentingnya keterlibatan generasi muda, menurut dosen FISIP USU Hamdani Harahap, karena posisi mereka sangat strategis. Menurut dia, pemahaman tentang perubahan iklim akan membantu mereka mengambil tindakan yang tepat untuk melindungi masa depan mereka.

Hayat Mansur mengatakan, keterlibatan generasi muda menjadi keharusan. Mereka yang akan paling merasakan dampak perubahan iklim di masa depan.

Oohya! Baca juga ya: Alumni ITB tidak Ada yang Jadi Bacapres, Anies Baswedan Salahkan Bunyi Spanduk Saat Sambut Mahasiswa Baru

Salah satu bentuk kontribusi generasi muda adalah dengan ikut mengampanyekan pentingnya penanganan perubahan iklim. Karena itu generasi muda seperti mahasiswa perlu memiliki kesadaran dan pemahaman mengenai perubahan iklim.

Priyantono Oemar