Menjadi Pahlawan Nasional, Tabrani Telah Menyuburkan Benih Persatuan Indonesia
Ketika masih aktif di Jong Java, Tabrani meramaikan polemik soal persatuan Indonesia di majalah Jong Java. Di pihak lain ada Soegandhi, anggota Jong Java yang --menurut Soemarto ketika berbicara di Kongres Pemuda Indonesia Pertama pada tahun 1926-- “menganjurkan lebih dahulu bekerja untuk golongan bangsanya sendiri”.
Sedangkan Tabrani merupakan “pengikut persatuan Indonesia”. Kata Soemarto:
Kolom berkolom organ Jong Java menyajikan pokok persoalan itu. Jumlah mereka yang menganut gagasan Indonesia berangsur-angsur naik, sampai akhirnya mereka pada Kongres Jong Java ke-8 diputuskan: supaya pasal 3 lama dalam Anggaran Dasar diubah sedemikian rupa sehingga menyatakan juga tentang cita-cita Jong Java yang menuju ke Persatuan Indonesia.
Ketika membuka Kongres Pemuda Indonesia Pertama Tabrani menyatakan, kongres diadakan untuk tujuan meletakkan dasar bagi persatuan Indonesia. Yaitu Indonesia yang dipandang dalam hubungan dunia yang besar.
Oohya! Baca juga ya: Jadi Pahlawan Nasional, Tabrani Diteriaki Negro oleh Anak Kecil di Belanda
Tabrani sudah menyebut Indonesia Raya sejak di alinea pertama pidatonya. Lalu di bagian tengah pidatonya, ia menegaskan kembali ide Indonesia Raya.
Menurut Tabrani, semboyan “bangun menuju persatuan Indonesia” makin nyaring berkumandang:
Dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar Gerakan Pemuda, sejak lahirnya organisasi-organiasi pemuda sebagai Jong Java, Jong Sumatranen Bond dan lain-lain, dapat dilihat timbulnya satu aspirasi, yang secara singkat dapat kita sebut cita-cita “menuju Persatuan” atau “Indonesia Raya”.
...
Di bawah pimpinan saudara Tabrani yang dipilih sebagai ketua panitia kongres, kita memulai pekerjaan dengan didjiwai pikiran bahwa kita sedang giat menyumbangkan kekuatan kepada sesuatu yang bertujuan pertumbuhan dan perkembangan tanah air, yaitu Indonesia Raya.
Oohya! Baca juga ya: Ke Belanda Tempati Kabin Kapal Kelas Empat yang Sumpek, Tabrani Bisa Menyantap Makanan Penumpang Kelas Satu
Sedangkan Soemarto, ketika menutup pidatonya, berteriak lantang:
Pemuda-pemuda Indonesia, bangunlah menuju persatuan, bangkitlah menuju Indonesia Merdeka.
Sebelumnya, Soemarto menegaskan:
...sebagai putera Indonesia cita-cita kita haruslah Indonesia Raya.
Pidato Tabrani dan Soemarto inilah yang kemudian menginspirasi WR Supratman untuk mencipta lagu “Indonesia Raya”. Supratman sangat terkesan oleh slogan “bangun menuju persatuan Indonesia”, tanah air, nusa, bangsa, dan Indonesia Raya yang bermunculan di pidato Tabrani dan Soemarto.
Lalu, benarkah anggapan bahwa lirik lagu “Indonesia Raya” dibuat oleh Muh Yamin seperti dipercayai oleh sebagian orang selama ini? Alasannya karena di dalam liriknya ada kata “tanah air” dan “tanah tumpah darah”, kata yang dipakai Yamin dalam puisinya tahun 1920.
Dalam laporannya mengenai Kongres Pemuda Indonesia Pertama, Supratman mengutip kata yang diucapkan Tabrani, yaitu moederland. Kata itu bisa diartikan sebagai “ibu pertiwi”, “tanah air” atau “tanah tumpah darah”.
Pada tahun 1916, Tjokroaminoto juga sudah menyebut onzen gerboortegrond. Kata itu bisa diartikan sebagai “tanah kelahiran kita” atau “tanah tumpah darah kita”.
Saat itu, Tjokroaminoto masih menyebut onzen geboortegrond, Nederlandsch Indie, “Tanah tumpah darah kita, Hindia Belanda”. Sedangkan Tabrani menyebut ons dierbaar moederland, Indonesie, “Tanah tumpah darah kita tercinta, Indonesia”.
Di Kongres Pemuda Indonesia Pertama ini Yamin kebagian soal bahasa dan sastra. Karenanya, ia lebih fokus bercerita mengenai sastra, kebudayaan, dan bahasa. Terutama bahasa-bahasa “yang dapat dianggap patut sebagai bahasa persatuan sebagai persiapan lahirnya negara Indonesia”.
Oohya! Baca juga ya: Etnolog Belanda PJ Veth Heran Ratu Kalinyamat Bisa Menjadi Pemimpin di Negeri Islam dan Bertapa Telanjang
Sedangkan pembahasan mengenai persatuan Indonesia secara politik baru ia ungkapkan pada Kongres Pemuda Indonesia Kedua. Di kongres kedua ia diberi tugas membahas “Persatuan dan Kebangsaan Indonesia”.
Berbicara di kongres itu ia menyebutnya sebagai sedang berada di “permulaan zaman Indonesia Raya” yang “terikat dalam perkataan persatuan dan kebangsaan Indonesia”.
Itulah, yang menurut Yamin, “cocok dengan otak yang waras dan perasaan yang terang”:
Kalau tiada pertjaja tjobalah tjotjok-tjotjokan selama toean menamai anak Indonesia dan mengakoe bertoempah darah disini.
Priyantono Oemar
Sumber rujukan:
- Darmo Kondo, 9 Mei 1926
- Laporan Kongres Pemuda Indonesia Pertama di Weltevreden 1926 (1981)
- Persatoean Indonesia, 1 November 1928
- Verslag van het Eerste Indonesisch Jeugdcongres Gehouden te Weltevreden van 30 April tot 2 Mei 1926 (1926)
- Wage Rudolf Supratman karya B Sularto (1980/1981)
- “Zelfbestuur, Pidato pada Kongres Nationaal Sarekat Islam I, di Bandoeng, 17-14 Juni 1916” karya OS Tjokroaminoto dalam Aku Pemuda Kemarin di Hari Esok (1981)
Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator
Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.
Redaksi
[email protected]