Kisah Kader Golkar Sakit dan Petunjuk Bapak Presiden
Golkar serius menangani pengkaderan. Kader-kader muda potensial yang belum bisa masuk kepengurusan diberi kesempatan di Fraksi Karya Pembangunan (FKP) DPR.
Maka, Sarwono Kusumaatmadja dan beberapa teman menjadi ujung tombak di FKP. Sarwono diberi posisi sekretaris FKP pada 1977-1982 dan setelah lulus "uji integritas", ia ditunjuk sebagai sekjen DPP Golkar pada Munas 1983.
Ketika kader Golkar yang merupakan istri Sarwono sakit, Presiden Soeharto kecewa karena Sarwono tidak lapor kepada Presiden. Ketua Umum DPP Golkar Sudharmono meminta Sarwono menulis surat yang diakhiri dengan "Demikian, mohon petunjuk Bapak Presiden".
Oohya! Baca juga ya:
Dijodohkan, Presiden Ini Dulu Minder pada Ibu Tien Soeharto
Sarwono sudah cukup lama diperhatikan Presiden Soeharto. Sejak 1979. Soeharto pun meminta Benny Moerdani menurunkan intel untuk membuntuti Sarwono dan teman-temannya.
Catatan intel tentang Sarwono dan teman-temannya dibawa Benny ke Soeharto. Nadanya positif, sehingga Benny mendapat tugas baru menyiapkan Sarwono menjadi sekjen Golkar.
Maka, Sarwono pun dikenal sebagai "orangnya Benny Moerdani". Tapi penyebutan ini salah, karena Sarwono ternyata adalah "orangnya Soeharto".
Benny menceritakan kepada Sarwono, sebagai prajurit ia hanya menjalankan perintah panglima tertinggi, yaitu Presiden Soeharto. Sarwono pun baru mengetahuinya setelah ia menemui Benny untuk meminta petunjuk mengenai hal-hal yang harus dikerjakan sebagai sekjen.
Oohya! Baca juga ya:
Naik Haji, Ibu Tien Soeharto Dikhawatirkan Kena Lemparan Batu dari Belakang
Jenderal Benny Moerdani meminta Sarwono bertanya langsung kepada Presiden. Sebab Presiden Soehartolah yang menunjuknya sebagai sekjen Golkar.
Bahwa Sarwono dipersiapkan oleh Soeharto untuk menjadi sekjen pun, Sudharmono pun tidak tahu. Yang tahu hanya Benny Moerdani dan Moerdiono.
"Sarwono itu kader. Dia mengerti strategi. Jalan pikirannya seoerti tentara. Dan dia bagus menangani krisis," kata Soeharto kepada Moerdiono.
Ketika Sarwono menanyakan kepada Moerdiono, Moerdiono pun menyampaikan pernyataan Presiden Soeharto itu kepada Sarwono. Sarwono tercatat sebagai orang sipil pertama --dan muda-- yang menjadi sekjen Golkar.
Dua tahun setelah menjadi sekjen Golkar, Sarwono membawa istrinya, pegawai negeri yang juga kader Golkar, pergi ke Amerika Serikat. Perjalanan itu dimanfaatkan Sarwono untuk memeriksakan keluhan istrinya mengenai benjolan di dada, tanpa petunjuk Bapak Presiden
Nini, istri Sarwono, disarankan oleh dokter harus segera menjalani pembedahan. Dokter Sie menyebut Nini telah terkena kanker stadium empat.
Oohya! Baca juga ya:
Orang Melayu Bukan Penduduk Asli Malaysia, dari Sumatra Ternyata
"Pak Sarwono, percaya sama saya, bahwa ongkos perawatan di sini lebih murah daripada Jakarta atau Singapura," kata dokter Sie.
Sarwono pun kemudian memberi tahu Sudharmono selaku ketua umum Golkar. Sudharnono berpesan agar Sarwono tidak perlu memikirkan pekerjaan di Jakarta.
Perhatian terhadap Nini pun mengalir dari Indonesia. Beberapa kolega menjenguk ke Amerika.
Bantuan keuangan pun mengalor, termasuk dari Sudharmono. Ketika pulang ke Jakarta, Sarwono mendapat informasi dari Sudharnono mengenai perhatian Presiden Soeharto.
"Pak Harto menanyakan dan kelohatan ingin membantu. Dia agak kecewa karena situ enggak pernah memberitahunya," kata Sudharmono.
Oohya! Baca juga ya:
Wartawan Indonesia Dibopong Malaikat di Depan Ka’bah, Percaya?
Sarwono memahami ucapan Sudharnono. Ia tahu bahwa Presiden memiliki diskresi untuk mrmberikan bantuan medis lewat bantuan presiden (banpres).
Sarwono pun lantas menyampaikan rasa terima kasihnya telah mendapat bantuan dari Sudharmono dan para kolega. Tapi, ia tidak sampai hati harus menarik keuntungan dengan meminta banpres untuk perawatan istrinya.
"Saya paham cara berpikirmu. Yang penting situ lapor ke Pak Harto karena dia memperhatikanmu. Enggak usah minta apa-apa, akhiri saja suratmu dengan menyatakan, 'Demikian, mohon petunjuk Bapak'," kata Sudharmono.
Sarwono pun mematuhi saran Ketua Umum Golkar Sudharmono itu. Dua hari kemudian datang pejabat setneg urusan banpres.
"Mas Sarwono, saya sedang bersiap menuju Slipi membawa petunjuk Bapak Presiden," kata Ali Affandi, pejabat setneg itu.
Ali datang membawa setumpuk berkas dan uang 5.000 dolar Amerika. Ali juga menyertakan prosedur penggunaan uang itu, yang jika masih ada sisa harus dikembalikan ke kas negara.
Oohya! Baca juga ya:
Kerugian Kompeni dan Perang Jawa Ditutup Berlipat Lewat Tanam Paksa
"Saya tersentuh dengan perhatian Presiden dan bingung mempjnyai uang sebanyak itu. Uang tersebut saya pakai untuk keperluan pengobatan dan sesuai ketentuan yang berlaku, sisa uang yang tidak digunakan saya kembalikan ke Sekretariat Negara," kata Sarwono di buku Menapak Koridor Tengah.
Ma Roejan