Pitan

Bung Karno Bercerita Soal Perselingkuhan Dia dengan Ibu Kos

Bung Karno mengadu kepada ibunya setelah memulangkan Utara kepada Tjokroaminoto. Bagaimana perselingkungan Bung Karno dengan ibu kos, Inggit?

Ketika Tjokroaminoto ditangkap Belanda, Bung Karno meninggalkan kuliahnya dan pulang ke Surabaya. Ia menjadi kepala rumah tangga menggantikan Tjokroaminoto.

Namun, hubungan pernikahannya dengan Siti Utari ternyata tidak baik-baik saja. “Utari dan aku tidak dapat lebih lama menempati satu tempat tidur, bahkan satu kamar pun tidak,” ujar Bung Karno di buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia karya Cindy Adams.

Pada Juli 1922, Bung Karno kembali ke Bandung, setelah Tjokroaminoto dibebaskan pada April 1922. “Aku kembali ke Sekolah Teknik Tinggi dan ... kembali kepada Nyonya Inggit,” kata Bung Karno menceritakan perselingkuhan dirinya dengan ibu kos kepada Cindy Adams.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Oohya! Baca juga ya:

Ditanya Trinitas, Penginjil di Ngoro Ini Gebrak Meja Menahan Marah

Setelah menikahi Utari, Bung Karno membawa anak Tjokroaminoto itu ke Bandung. Ia mengaku tidur satu tempat tidur dengan Utari.

“Tapi secara jasmaniah kami sebagai kakak beradik,” kata Bung Karno.

Tapi, ketika Utari jatuh sakitdi Bandung, Bung Karnolah yang merawatnya. Ketika Utari sudah pulih, Bung Karno pun tak pernah berhubungan layakanya suami istri.

Di antara keduanya tak slaing membenci, tetapi mereka tak dapat menumbuhkan cinta sebagai suami istri. Menjadi mahasiswa teknik, membuat Bung Karno tak memiliki waktu banyak untuk Utari.

Mereka juga tidak memiliki persamaman. Ketika Bung Karno belajar ilmu pasti, Utari bermain dibekalang rumah bersama teman-teman perempuannya.

Oohya! Baca juga ya:

Pancasila, PDIP Meringkas Jadi Gotong Rotong karena Bung Karno Bilang Ini

Ketika Bung Karno berpidato di depan anak-anak muda, Utari bermain dengan kemenakan Inggit yang masih anak-anak. “Kami menemnpuh jalan masing-masing. Dia masih hjau sekali,” kata Bung Karno.

Dua bulan di Bandung, muncul kabar Tjokroaminoto ditangkap Belanda. Bung Karno memutuskan pulang ke Surabaya, meninggalkan ibu kos yang perhatian.

Keluarga Tjokroaminoto memerlukan kepala rumah tanggal infal. Adik-adik Utari masih kecil.
Utari memiliki empat adik. Adik tertuanya, Anwar Tjokroaminoto, baru berusia 12 tahun dan Harsono Tjokroaminoto berusia sembilan tahun.

Bung Karno bekerja di perusahaan kereta api. “Aku menerima 165 rupiah sebulan. Setarus dua puluh empat kuserahkan kepada keluarga Pak Tjokro,” kata Bung Karno.

Bung Karno hanya memegang 40 rupiah per bulan. Kadang dari uang itu ia pakai untuk mengajak keluarga Tjokro untuk menonton bioskop. Kadang ia pakai juga untuk membeli barang-barang, seperti kartu pos bergambar untuk diberikan kepada adik-adik iparnya.

Tjokrominoto ditahan Belanda selama tujuh bulan. Pada April 1922 dibebaskan.
Juli adalah tahun ajaran baru, Bung Karno memulai kuliah lagi di Bandung dan tinggal lagi bersama ibu kos, Inggit, dan perselingkuhan pun berkembang.

Oohya! Baca juga ya:

Balon Tinja Korea Utara, Dulu Kompeni Kalahkan Sultan Agung Mataram dengan Peluru Tinja

Hubungan Bung Karno dengan Utari semakin tidak serasi sebagai suami istri. Bung Karno tidak bahagia sebagai suami Utari. Ia tidak mendapatkan layanan dari istrinya, seperti yang ia bayangkan.

“Aku ingin diibui oleh teman hidupku. Kalau aku pilek, aku ingin dipijitnya. Kalau aku lapar, aku ingin memakan makanan yang dimasaknya sendiri. Manakala bajuku koyak, aku ingin istriku menambalnya,” kata Bung Karno.

Ia tak mendapatkan semua itu dari Utari, tetapi mendapatkannya dari Inggit, istri Sanusi. Bung Karno memang tinggal di rumah Sanusi selama tinggal di Bandung.

Ia makan bersama dengan Inggris, makanan yang dimasak Inggit. Kamar tidur Bung Karno juga dirapikan oleh Inggit selaku ibu kos.

Inggit juga memperhatian pakaian Bung Karno. Inggit pun selalu mendengarkan buah pikiran Bung Karno.

Oohya! Baca juga ya:

Kenapa Sejarawan Ini Sebut Raja Demak Itu Orang Cina?

Tiap malam Bung Karno selalu bangun malam untuk membaca. Inggit belum tidur, karena masih harus menyiapkan masakan untuk esok hari.

“Kami berteduh di bawah atap yang sama. Aku melihatnya di pagi hari sebelum ia menggukung sanggulnya. Dia melihatku dalam pakaian piyama,” kata Bung Karno.

Umur Sanusi, suami Inggit, di atas Inggit. Kerjaannya berjudi dan sering keluar rumah untuk biliar. Ia sama sekali tidak peduli pada Inggit.

“Aku seorang yang sangat kuat dalam arti jasmaniah dan di hari-hari itu belum ada televisi ... hanya Inggit dan aku di rumah kosong. Dia kesepian. Aku kesepian,” ujar Bung Karno.

Ibu kos Bung Karno itu menyadari, pernikahannya dengan Sanusi tidak beres. Bung Karno juga menyadari, pernikahannya dengan Utari juga tidak beres.

Mereka berdua mengalami saat-saat yang menyenangkan bersama-sama. Bung Karno begitu antusias berbicara, dan Inggit tekun mendengarkannya. Perselingkuhan pun berkembang.

Oohya! Baca juga ya:

IKN, Apakah Jakarta akan Senasib dengan Pajang dan Majapahit?

“Dan adalah wajar bahwa hal-hal yang demikian itu tumbuh,” kata Bung Karno.

Utari dan Sanusi mengetahui yang sedang berkembang. Tapi Sanusi tidak berusaha merebut kembali istrinya, sedangkan Utari menyadari sudah tidak ada kebahagiaan antara dirinya dan Bung Karno.

“Setelah enam bulan berada di Bandung, aku sendiri membawa Utari pulang ke rumah bapaknya,” kata Bung Karno. Ruoanya perselingkungan dirinya dengan ibu kos sudah sampai pada tahap serius.

Ia memgembalikan Utari kepada Tjokroaminoto. “Keputusan siapa ini?” tanya Tjokroaminoto.

“Saya, Pak. Sayalah yang ingin bercerai,” jawab Bung Karno.

“Apakah dia menerima keputusanmu,” lanjut Tjokrominoto.

Priyantono Oemar