Bidan Bule Sebut Menantu Sultan Keguguran, Dukun Bayi Bersumpah Bayi Masih Sehat
Ketika kehamilannya baru berusia tiga bulan, menantu Sri Sultan Hamengkubuwono VII itu mengalami pendarahan hebat. Bidan bule di Keraton Yogyakarta, Maria istri Tuan Gustaf, menyatakan sang menantu mengalami keguguran.
Untuk pemulihan agar perut kencang kembali, sang menantu yang bernama Raden Ayu Mangkorowati itu mengenakan bengkung yang dililitkan di pinggangnya. Istri Sultan, permaisuri Gusti Kangjeng Ratu Kencono belum yakin jika menantunya mengalami keguguran, lalu memanggil dukun bayi Niniek Fatakanthi.
Di hadapan Sultan Hamengkubuwono VII, sang dukun bayi bersumpah bahwa sang janin sehat walafiat di dalam kandungan. Ia bersedia dihukum mati jika kesaksiannya salah. Kelak, sang bayi menjadi jagoan pencak silat yang bisa berubah rupa menjadi macan.
Oohya! Baca juga ya:
Cucu Sultan Hamengkubuwono VII Ini Pernah Dikeroyok 8 Perompak
Dari hari ke hari, kandungan sang menantu memang membesar. Tiga bulan sebelum melahirkan, istri GPH Tejokusumo itu bermimpi.
Dalam mimpinya ia ditemui seorang tua yang menyerahkan ayam jago ules wiring kuning. “Saya ini Tuwan, peliharalah ayam jago ini baik-baik. Jago ini benar-benar bagus,” kata si orang tua yang hadir dalam mimpi itu.
Kakak Raden Ayu Mangkorowati, Raden Ayu Sasmitaningrum, yang menerima cerita mimpi itu menyarankan agar tidak diceriatakan kepada orang lain. Sebab mimpi itu bisa menjadi bahan tertawaan.
Ketika kandungan baru berusia delapan bulan, Raden Ayu Mangkorowati sudah merasakan akan melahirkan. GPH Tejokusumo saat itu sedang mengenakan busana pranakan.
Ia lalu mengganti busananya dengan baju surjan. “Biar anak saya lahir laki-laki,” kata GPH Tejokusumo.
Oohya! Baca juga ya:
Cucu Sultan Hamengkubuwono VII Ini Dikenal Bisa Jadi Macan, Ia Pendekar Silat
Pada 6 Agustus 1907, pukul 09.00, sang menantu Sultan Hamengkubuwono VII melahirkan. Oleh GPH Tejokusumo, anaknya diberi nama Harimurti.
Harimurti adalah nama lain dari Kresna, titisan Dewa Wisnu. Harimurti merupakan putra keempat dari Raden Ayu Mangkorowati dan GPH Tejokusumo.
Ia kemudian memiliki dua adik. Empat kakaknya: RM Ongkowijoyo, RAy Rustamaji, RAy Sri Rakhmani; dan dua adiknya: RAy Sudiyapti dan RM Widoyoko.
Dukun bayi yang bersumpah pun selamat dari hukuman mati, karena RM Harimurti lahir sehat walafiat. Sampai usia dua tahun, cucu Sultan Hamengkubuwono VII itu belum bisa berbicara.
Pengasuhnya yang risau membawanya ke Pasar Godean untuk dimintakan doa dari Kiai Jembrak yang sedang bertapa ngere di pasar. Tradisi di keraton, anak-anak pangeran diserahkan pengasuhannya kepada seorang pengasuh.
Karakter sang anak, yang saat di kandungan disebut oleh bidan bule sudah keguguran itu, dibentuk oleh pengasuh ini. Kiai Jembrak menyusuh pengasuh cucu Sultan Hamengkubuwono VII itu membeli kapur sirih.
Oohya! Baca juga ya:
Panglima Perang Diponegoro, Kiai Mojo, Disebut Kejam, Bawa Orang untuk Melawan Orang Kristen
Kapur sirih itu dikunyah sehingga menghasilkan dubang wurung. Yang disebut dubang wurung adalah air ludah berwarna merah yang tak jadi dibuang dari mulut.
Dubang wurung itu yang kemudian dioleskan ke lidah RM Harimurti. Tak lama kemudian, RM Harimurti bisa berbicara.
“Dari restu Kiai Kere, ya Kiai Jembrak, suara orang sepasar saya minta supaya anak asuhku bisa lancar bicara,” ujar pengasuh RM Harimurti, Raden Ayu Bahureso.
Saat berusia tiga tahun, RM Harimurti biasa bermain di Regol Pemagangan dekat Tejokusuman. Dari situlah ia melihat prajurit pengawal Sultan Hamengkubuwono VII memukul general pertanda regol (pintu gerbang keraton) akan ditutup.
Suatu hari, kakak kandung Raden Ayu Mangkorowati, KRT Pringgokusumo III sedang menghadap Sultan Hamengkubuwono VII. Ia meramalkan nasib keponakannya itu.
Oohya! Baca juga ya:
Bung Karno Ngaku Pelagak, Kok Maunya Naik Kuda Tua dan Jinak Saat Pawai Hari Angkatan Perang?
"Itulah anak jeng Mangkoro. Kelak setelah dewasa ia akan menjadi jago dan menjadi tempat bertanya orang banyak,” kata KRT Pringgokusumo III.
Semasa remaja, ia rajin bertapa, termasuk pula bertapa ngere. Ia mempelajari berbagai ilmu kanuragan. Ia belajar ilmu berubah rupa menjadi macan dari Kiai Ngawi Lor.
Pada 1920-an, ia menjadi sahabat dokter Soetomo pendiri Budi Utomo, dan Ki Hajar Dewantoro pendiri Taman Siswa. Dokter Soetomo mengetahui kemampuan RM Harimurti berubah menjadi macan.
Menurut dokter Soetomo, RM Harimurti selalu mendukung pergerakan kemerdekaan. Cucu Sultan Hamengkubuwono VII itu saat itu sudah dikenal sebagai pendekar silat.
Cucu Sultan Hamengkubuwono VII, yang semasa masih dalam kandungan diselamtkan oleh dukun bayi itu, telah sembilan kali bertanding tanpa pernah kalah. Bahkan ia pernah dikeroyok oleh delapan perompak.
Sosok yang sewaktumasoh dalam kandungan disebut sudah keguguran oleh bidan bule itu kemudian menjadi guru silat di keraton. Setelah dewasa, ia mendapat jabatan sebagai Komandan Peleton Prajurit Pengawal Sultan.
Ma Roejan
Sumber rujukan:
RM Harimurti, Pendekar Pencak Silat Mataram, karya Lumintu (1981)
Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator
Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.
Redaksi
[email protected]