Pitan

Cucu Sultan Hamengkubuwono VII Ini Pernah Dikeroyok 8 Perompak

Cucu Sultan Hemengkubuwono VII ini (kanan) sembilan kali bertanding, sembilan kali menang. Sebagai pendekar silat, ia pernah dikeroyok delapan perompak anak buah pendekar yang pernah ia kalahkan.

Seorang pendekar silat tua kalah dari RM Harimurti dalam pertandingan silat di Surabaya. Pendekar itu yang menantang RM Harimurti, dengan janji jika bisa mengalahkannya akan diberi hadiah 60 gulden.

Saat bertarung, kedua tangan pendekar tua yang hendak menyerang itu mengeluarkan api. RH Harimurti yang merupakan cucu Sultan Hamengkubuwono VII itu tertegun, tetapi harus mencari celah untuk mengalahkannya.

Cucu Sultan Hamengkubuwono VII itu bisa berubah wujud menjadi macan itu berhasil mengalahkannya, tetapi pendekar tua itu tidak puas. Pada malam harinya, RM Harimurti tengah menyantap sate kambing di salah satu warung dikeroyok delapan perompak (bajak laut). 

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Oohya! Baca juga ya:

Cucu Sultan Hamengkubuwono VII Ini Dikenal Bisa Jadi Macan, Ia Pendekar Silat

RM Harimurti lalu mengeluarkan ajian gelap ngampar untuk menghadapi delapan orang yang membawa pisau belati itu. “Dalam waktu singkat, kedelapan orangitu sudah bergeletakan dan pisaunya terpental. Mereka lari teririt-birit,” kata RM Harimurti.

Pisau belati yang mereka tinggal dipunguti ole penjual sate. “Ia mendapat delapan pisau belati sekaligus,” lanjut cucu Sultan Hamengmubuwono VII itu.

Saat bertarung dengan pendekar tua pemilik pondok di Surabaya itu, RM Harimurti memang harus mengerahkan segala akal. Selain bisa mengeluarkan api, pendekar tua itu juga licin badannya.

Suatu saat tendangan kaki pendekar tua itu hampir mengenai dada RM Harimurti. Beruntung, Harimurti berhasil menangkap kaki pendekar tua itu dan dengan gerak cepat ia segera melompat untuk bertengger di paha kaki yang digunakan bertumpu di tanah oleh pendekar itu.

RM Harimurti menarik ke atas kaki pendekar yang ia pegang. Ia nyaris mengerahkan ajian sapta gajah, namun keburu wasit membunyikan peluit. Itu pertanda RM Harimurti dinyatakan menang oleh wasit.

Oohya! Baca juga ya:

Panglima Perang Diponegoro, Kiai Mojo, Disebut Kejam, Bawa Orang untuk Melawan Orang Kristen

Pendekar tua itu kemudian menepati janjinya, memberikan uang 60 gulden. Cucu Sultan Hamengkubuwono VII itu menolaknya.

“Tak usah saja. Hanya, yang saya minta, Anda jangan bersombong. Masih ada yang melebihi kepandaian Anda,” kata Harimurti kepada pendekar tua itu.

Rupanya, delapan perompak yang mengeroyoknya itu dikirim pendekar tua itu dikirim oleh pendekar tua itu. Setelah cucu Sultan Hamengkubuwono VII itu mengalahkan mereka, dua orang mendatanginya, mengaku sebagai utusan pendekar tua itu.

Mereka menyampaikan dari pesan pendekar tua. Pendekar itu itu akan menyerahkan seluruh pemimpin perompak yang ada di bawah kekuasaannya kepada cucu Sultan Hamengkubuwono VII itu.

Sebagai pendekar silat, saat itu RM Harimurti memang memiliki nama, sehingga banyak orang yang menantangnya. Sebelum ditantang pendekar tua di Surabaya, yang berujung dikeroyok delapan perompak, ia telah bertanding di beberapa kota.

Pertandingan itu diadakan oleh Sambuk. Ini adalah perkumpulan rahasia yang ada di berbagai kota.

Oohya! Baca juga ya:

Bung Karno Ngaku Pelagak, Kok Maunya Naik Kuda Tua dan Jinak Saat Pawai Hari Angkatan Perang?

Penyelenggara sambuk adalah orang-orang kaya. Dalam pertemuan itu, pendekar-pendekar yang sudah punya nama diadu kemahirannya menggunakan senjata maupun kanuragannya,” kata Lumintu.

Pertandingan menggunakan tempat bertanding berukuran 4x4 meter. Selama pertandingan biasanya ada taruhan.

Sebelum pertandingan, biasanya ada hiburan pencak silat dengan iringan orkes keroncong. Masuk ke pertandingan inti, para pendekar akan bertarung menggunakan senjata yang disediakan.

“Keluar dari ring, segala cukup diusap dan pulihkan seperti sedia kala,” kata Lumintu.

Para pendekar silat yang bertarung akan mendapat imbalan 15 gulden, belum termasuk biaya penginapan dan transportasi. Kota-kota yang biasa dipiih sebagai tempat pertandingan adalah Madiun, Jakarta, Surabaya, Malang, dan Bandung.

Oohya! Baca juga ya:

Presiden Soeharto Masuk Ka’bah, Prabowo Subianto Ikut Naik Haji 1991

Cucu Sultan Hamengkubuwono VII itu pernah mengikuti sembilan pertandingan sambuk. Tanpa pernah kalah.

Ia juga pernah tiga kali menjadi wasit pertandingan silat. Pertandingan di Surabaya melawan pendekar tua, baginya menjadi salah satu pertandingan yang mengesankan, selain pertandingan di Madiun.

Pertandingan di Madiun ia lakukan sebelum bertanding di Surabaya. Di Madiun, ia terkena tusukan tombak yang dibawa lawan, Kiai Madiun, tetapi tombak itu patah.

Begitu tombak lawan patah, cucu Sultan Hamengkubuwono VII itu mengayunkan tongkat besi ke arah tengkuk lawan. Wasit segera meniup peluit dan RM Harimurti dinyatakan sebagai pemenang.

Tombak yang mengenai pinggang RM Harimurti dalam pertandingan silat dengan Kiai Madiunitu tak bisa melukai dirinya. Namun ia merasakan nyeri, meski mata tombak itu hanya menggores kulitnya.

Kulitnya lebam memerah akibat tombak Kiai Madiun. Ketika ia dikeroyok para perompak, ia tak mendapatkan perlawanan berarti.

Oohya! Baca juga ya:

Bung Karno Memeluk, Kenapa Jenderal Sudirman Enggan Membalas?

Esok hari uai pertandingan silat dengan Kiai Madiun itu, cucu Sultan Hamengkubuwono VII itu pun segera pergi ke Ngawi. Ia perlu menemui Kiai Ngawi Lor, guru yang mengajari ilmu berubah menjadi macan.

“Untung Anda cepat kemari. Pusaka Kiai Madiun itu benar-benar ampuh,” kata Kiai Ngawi Lor.

Kiai Ngawi Lor mengisap bagian tubuh yang terkena tombak Kiai Madiun. Sebelum mengiapnya, Kiai Ngawi Lor telah mengisi mulutnya dengan lumut yang ia ambil dengan mulut dari dalam kolam.

Ma Roejan

Sumber rujukan:
RM Harimurti, Pendekar Pencak Silat Mataram, karya Lumintu (1981)

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
[email protected]

Berita Terkait

Image

Serbu Blambangan, Sultan Demak Dibantu Prajurit Portugis

Image

Citra Negatif Sultan Demak Versi Novel Arus Balik Pramoedya Ananta Toer

Image

Arus Balik Pramoedya tentang Sultan Demak yang Meninggal karena Permalukan Anak Buah