Pitan

Sebelum Diserbu Sultan Agung, Kenapa JP Coen Larang Lelaki Belanda Punya Budak Perempuan?

Setelah menjadi gubernur jenderal, JP Coen larang lelaki Belanda pegawai Kompeni memiliki budak perempuan. Ia mengeluarkan aturan itu jauh sebelum Batavia diserbu Sultan Agung.

Sejak Mei 1619, JP Coen memulai tugas barunya sebagai gubernur jenderal Kompeni. Dijeda pulang ke Belanda, ia menjadi gubernur jendera lagi pada 1627, lalu ia diserbu Sultan Agung pada 1628-1629.

Pada awal ia menjabat, ia membuat aturan mengelai pelarangan bagi lelaki Belanda pegawai Kompeni memiliki budak perempuan. Apa alasannya?

Pada 1618 JP Coen menyelamatkan diri ke Maluku ketika ada yang menyerbu Batavia. Ia masih sebagai orang kedua di Kompeni.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Oohya! Baca juga ya:

Gaya Hidup Anak-Cucu Sultan Agung Ditiru Pejabat Kolonial di Batavia

Saat di Maluku, ia membuat laporan ke Belanda, mengeluhkan kehidupan minus masyarakat kolonial. Nada laporan Coen negatif.

Kehidupan mereka dia anggap tidak sesuai dengan misi pembentukan masyarakat kolonial. Mungkin karena mereka juga menyimpan gundik?

“Reputasi kami merosot karena skandal yang mereka buat dengan cara hidup mereka yang seperti binatang, kegemaran mereka untuk mabuk, dan kecabulan mereka,” kata JP Coen.

Wilayah koloni dengan orang-orang yang sudah menikah dan baik-baik merupakan dambaan JP Coen. Maka, pada tahun-tahun pertama JP Coen menjadi gubernur jenderal, ia mengeluarkan peraturan tentang pembatasan budak perempuan.

Ia ingin memperbaiki kehidupan masyarakat kolonial yang penuh skandal menjadi kehidupan berstandar Eropa: beradab. Orang-orang Eropa yang memiliki budak perempuan, seringm menjadikan budak perempuan itu sebagai gundik.

Oohya! Baca juga ya:

Perlawanan Budak di Masyarakat Kolonial Batavia, Untung Suropati Jadi yang Paling Terkenal

Maka, JP Coen melarang orang-orang Eropa yang tinggal di wilayah kekuasaan Kompeni (Batavia, Jawa, dan lainnya) memiliki budak perempuan. Ia melarang pula orang-orang Eropa memiliki gundik baik di lingkungan rumahna sendiri atau di tempat lain.

Alasannya cukup humanis, karena banyak budak perempuan pribumi yang sering melakukan aborsi. Tetapi selain itu juga ada alasan lain untukmenyelamatkan orang-orang Eropa, karena sering muncul kasus budak perempuan mencoba membunuh tuannya dengan racun.

Peraturan tersebut berlaku untuk semua orang Eropa. “Untuk semua laki-laki dengan jabatan apa pun," kata Jean Gelman Taylor.

JP Coen juga melarang perempuan Kristen memiliki hubungan di luar nikah dengan orang kafir dan Moor. Kafir dan Moor yang dimaksud adalah orang-orang Islam dan bangsa Moor yang juga Muslim.

Ia mendorong lelaki Belanda yang menjadi pegawai rendah Kompeni menikah secara sah dengan perempuan pribumi. Perempuan pribumi itu didatangkan dari wilayah yang dipimpin Sultan Agung, lalu dijual di pasar budak di Batavia.

Jadi, mereka tak perlu menanti bisa menikah dengan perempuan Eropa, karena mereka harus kembali ke Belanda. Hal itu akan mengganggu kestabilan masyarakat kolonial di Batavia dan Jawa. Mereka bekerja sebagai pegawai Kompeni dengan masa kontrak lima tahun.

Oohya! Baca juga ya:

Perintis Masyarakat Kolonial di Batavia Ada Budak dan Gundik pada awal Kehadiran Kompeni, Siapa Saja Mereka?

Selain itu pengiriman perempuan dari Belanda ke Batavia juga tidak berjalan lancar. Banyak yang meninggal di perjalanan dan jumlah yang didapat untuk dikirim pun tidak banyak.

Perempuan-perempuan yang dikriim diambil dari keluarga miskin di Belanda. Atau perempuan yag sudah yatim piatu.

Jumlah yang terbatas tentu tidak mencukupi untuk dijadikan istri karena ada banyak laki-laki pegawai rendah Kompeni. Pilihannya adalah perempuan pribumi.

Selain itu, jika mereka menikah dengan perempuan pribumi, berarti masa tinggal mereka mejadi bertambah lagi. Pengumuman pernikahan mereka harus diumumkan selama tiga minggu sebelum acara pernikahan.

Tapi pegawai rendah Kompeni itu wajib membeli kebebasan perempuan pribumi itu. Ia juga wajib memberikan pembaptisan dengan nama baru Kristen.

Oohya! Baca juga ya:

Keturunan dari Raja yang Punya Banyak Anak Jadi Raja tanpa Cawe-cawe Orang Tua, Ada yang Memakai Cara Licik

Bagaimana para laki-laki mendapatkan calon istri pribumi? Mereka bisa mendapatkannya di pasar budak yang ada di Batavia.

Mereka harus membeli calon istri, tidak bisa mendapatkan secara gratis, karena status perempuan pribum itu adalah budak. “Laki-laki yang kekurangan uang terpaksa mencicil biaya pernikahan dengan memotong gaji,” kata Jean Gelman Taylor.

Setelah mereka menikah, mereka diikat oleh pasal peraturan yang lain sehingga laki-laki Belanda itu enggan pulang ke Belanda. Mereka dilarang membawa istri dan anaknya pulang ke Belanda.

Dengan cara itulah JP Coen menciptakan masyarakat kolonial yang stabil. Kompeni tidak akan kehilangan pegawai dan menghemat biaya pengiriman perempuan dari Belanda ke Batavia.

Tapi efektifkah peraturan JP Coen? Ternyata tidak.

Karena tak ada pasokan budak perempuan dari wilayah Sultan Agung? Tentu tidak.

Oohya! Baca juga ya:

RA Kartini tak Suka Buku Java, tapi Ia Mau Membaca tanpa Jeda Jika Suka

“Tidak sampai dua tahun kemudian harus diperbaharui,” ujar Jean Gelman Taylor.

JP Coen lalu pulang ke Belanda pada 1623. Posisinya digantikan oleh Pieter der Carpentier yang bertugas sejak Februari 1623.

JP Coen kembali lagi untuk menjadi gubernur jenderal pada September 1627. Pada 1628-1629 ia harus menghadapi serangan pasukan Sultan Agung dari Mataram.

Ma Roejan

Sumber rujukan:
Kehidupan Sosial di Batavia, karya Jean Gelman Taylor (2009)

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari ”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
[email protected]

Berita Terkait

Image

Ratu Belanda Kecewa Jepang Rebut Indonesia, Kenapa?

Image

Begini Ternyata Dampak Kekerasan Terhadap Perempuan Bagi Kesehatan Jiwa Korban

Image

Baru Ada 16 Pahlawan Perempuan, Komnas Perempuan Ajak Teladani Kepahlawanan Perempuan