Pitan

Ternyata Ada Keturunan Raja Majapahit yang Jadi Presiden Indonesia, Juga Keturunan dari Ayah Angkat Kakek Sultan Agung

Abdurrahman Wahid terpilih menjadi presiden Indonesia pada 1999. Benarkah ia masih keturunan dari ayah angkat kakek Sultan Agung dan keturunan dari Raja Majapahit Brawijaya V?

Presiden Indonesia yang satu ini masih memiliki darah Majapahit. Ia merupakan keturunan raja Majapahit terakhir, Brawijaya V.

Bukan keturunan dari anak laki-laki Brawijaya V, melainkan keturunan dari anak perempuan Raja Majapahit yang dinikahi oleh cucu Gajah Mada, Andayaningrat. Andayaningrat kemudian diserahi wilayah di Pengging. 

Menantu Raja Majapahit itu memiliki tiga anak: Kebo Kanigoro, Kebo Kenongo, dan Kebo Amiluhur. Dari Kebo Kenongo, Andayaningrat memiliki cucu yang kelak menjadi ayah angkat kakek Raja Mataram Sultan Agung.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Oohya! Baca juga ya:

Sultan Agung Pun Menjatuhkan Hukuman Mati kepada Panglima Penyerbuan Batavia, Ini Alasan Raja Mataram Itu

Kebo Amiluhur meninggal sewaktu masih muda. Kebo Kanigoro memilih menjadi pertapa dan meninggal sebagai pertapa.

Tinggal Kebo Kenongo yang kemudian dikenal sebagai Ki Ageng Pengging II yang memiliki anak Joko Tingkir. Ki Ageng Penggging II dibunuh oleh Sunan Kudus karena dianggap memberontak pada pemerintahan Sultan Demak Raden Patah.

Menjadi yatim piatu, Joko Tingkir diasuh oleh sahabat Ki Ageng Pengging II yang tinggal di Tingkir. Joko Tingkir kemudian berkelana, hingga menjadi santri Ki Ageng Selo untuk beberapa waktu.

Atas rekomendasi Ki Ageng Selo, Joko Tingkir mengabdi di Demak, hingga kemudian diambil menantu oleh Sultan Trenggono, sultan ketiga Demak. Ki Ageng Selo juga masih memiliki darah Majapahit, pendiri Demak Raden Patah juga masih memiliki darah Majapahit.

Ibu Raden Patah adalah istri Brawijaya V yang diserahkan kepada penguasa Palembang. Kakek Ki Ageng Selo adalah Bondan Kejawan, juga anak Brawijaya V.

Oohya! Baca juga ya:

Benarkah Hanya Presiden Jokowi yang Rayakan Lebaran Idul Fitri di Luar Jakarta? Bung Karno....

Sewaktu menjadi santri Ki Ageng Selo, Joko Tingkir pernah bermimpi. Mimpinya sama dengan mimpi Ki Ageng Selo.

Ki Ageng Selo menerjemahkan mimpi itu sebagai pertanda bahwa kelak Joko Tingkir akan menjadi penguasa Tanah Jawa. Mimpi itu menjadi kenyataan, Joko Tingkir yang sudah menjadi adipati Pajang kemudian naik tahta ketika Demak tidak lagi memiliki putra mahkota.

Keturunan Raden Patah beserta menantunya dibunuh oleh Adipati Jipang, Aryo Penangsang, atas fatwa Sunan Kudus. Joko Tingkir yang seharusnya juga dibunuh, selamat.

Joko Tingkir kemudian memindahkan pusat pemerintahan Demak ke Pajang, sehingga Demak hanya menjadi wilayah kadipaten di bawah Pajang.

Lama Joko Tingkir tidak memiliki anak. Ia kemudian mengangkat Danang Sutowijoyo sebagai anak angkat.

Danang Sutowijoyo adalah anak Ki Ageng Pemanahan, cucu Ki Ageng Selo. Sutowijoyo yang kelak menjadi kakek Sultan Agung berarti juga masih keturunan dari Raja Majapahit Brawijaya V.

Oohya! Baca juga ya:

Ikut Garebek (Grebeg) Besar di Demak Disebut Setara dengan Naik Haji, Lho Lho Lho Bagaimana Urusannya?

Setelah itu, Joko Tingkir memiliki anak, Pangeran Benowo. Adipati Demak Raden Pangiri, menjadi adik ipar Benowo.

Ketika Joko Tingkir meninggal, Sunan Kudus mengangkat adik ipar Benowo sebagai raja Pajang. Sunan Kudus membuang Benowo yang santri Sunan Kalijaga ke Jipang, menjadi adipati di sana.

Sebagai raja baru, Pangiri membuat kecewa orang Pajang. Benowo lalu meminta bantuan kakak angkatnya, Sutowijoyo, menyingkirkan Pangiri.

Tahta bisa direbut kembali, tetapi Benowo hanya menjadi suktan selama setahun. Ia kemudian menyerahkan tahta kepada Sutowijoyo, kakek Sultan Agung.

Pangeran Benowo kemudian meninggalkan dunia politik. Ia lalu meninggalkan keraton, menekuni dunia dakwah.

Oohya! Baca juga ya:

Diponegoro Seharusnya Berbahagia, tapi Ia Nelangsa Amat di Hari Lebaran Kali Ini

“Atas anjuran Sunan Kalijaga, Pangeran Benowo yang merupakan putra mahkota Keraton Pajang mendirikan pusat pendidikan Islam yang kemudian berkembang menjadi cikal bakal sistem pendidikan pesantren di Jawa,” kata Dr Purwadi dan Dra Siti Maziyah.

KH Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama, adalah keturunan ke-7 dari Pangeran Benowo. Berarti keturunan ke-8 dari Joko Tingkir dan keturunan ke-11 dari Raja Majapahit Brawijaya V.

Hasyim Asy’ari memiliki cucu bernama Abdurrahman Wahid. Berarti Abdurrahman Wahid merupakan keturunan ke-9 dari Joko Tingkir, ayah angkat kakek Sultan Agung dan keturunan ke-13 Raja Majapahit Brawijaya V.

Keturunan ke-13 Raja Majapahit Brawijaya V inilah yang pada 1999 terpilih menjadi presiden Indonesia di Sidang Umum MPR. Kasus Bulog membuat keturunan ke-9 dari ayah angkat kakek Sultan Agung ini diturunkan dari jabatannya, lalu diganti oleh wakilnya, Megawati Soekarnoputri.

Inikah bukti sumpah Sabdo Palon, abdi Brawijaya V, bahwa akan kembali setelah 500 tahun Majapahit runtuh?

Ma Roejan

Sumber rujukan:
Sunan Kalijaga, karya Dr Purwadi MHum dan Dra Siti Maziyah MHum (2005)

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
[email protected]

Berita Terkait

Image

Mau Ajukan Calon Pahlawan Nasional? Begini Urus Administrasi Usulan

Image

Siapa Rimbaud? Tanggal Lahirnya Jadi Hari Pelantikan Presiden Indonesia