Benarkah Hanya Presiden Jokowi yang Rayakan Lebaran Idul Fitri di Luar Jakarta? Bung Karno....
Banyak orang menganggap Jokowi menjadi presiden pertama yang merayakan Lebaran di luar Jakarta. Sejak Masjid Istiqlal di resmikan, Presiden Soeharto selalu Shalat Idul Fitri di Masjid Istiqlal.
Sebelumnya, sebagai presiden ia melakukan Shalat Idul Fitri di Istana Negara. Setelah ibu kota pindah dari Yogyakarta ke Jakarta, Bung Karno mengadakan Shalat Idul Fitri pertama di Lapangan Banteng pada 1950.
Shalat Idul Fitri diadakan di Lapangan Banteng pada 16 Juli 1950. Ada sekitar 20 ribu jamaah yang mengikutinya.
Oohya! Baca juga ya:
Ini Alasan Kakek Sultan Agung Rebut Keraton Ayah Angkat di Pajang
M Natsir menjadi khatib. Bung Karno menyampaikan pesan-pesan dalam kapasitasnya sebagai presiden.
“Ini adalah hari yang sangat penting, bukan karena kehadiran saya, tetapi karena ini adalah hari yang luar biasa bagi semua Muslim di dunia,” ujar Bung Karno di hadapan jamaah.
Bung Karno juga menyinggung soal perjuangan yang belum selesai. Konflik yang sering muncul ia sebut menjadi penghalang tercapainya tujuan bersama.
“Saya menyesal akhir-akhir ini secara umum masyarakat Indonesia dijangkiti pandangan hidup yang penuh kontradiksi,” ujar Bung Karno.
Apalah untuk seterusnya Bung Karno selalu merayakan Lebaran di Jakarta seperti halnya Soeharto? Ternyata tidak.
Oohya! Baca juga ya:
Pada Shalat Idul Fitri 1951 yang juga diadakan di Lapangan Banteng, Bung Karno tidak hadir. M Natsir bertugas menjadi khatib lagi, Bung Hatta hadir tidak bersama Bung Karno.
Lalu di mana Bung Karno? Ia ternyata mersyakan Lebaran di Bandung.
Bung Karno hadir di Shalat Idul Fitri di Lapangan Tegallega, Bandung. Saat itu, Lebaran 1370 Hijriyah jatuh pada 6 Juli 1951.
Baik pada 1950 dan 1951, Lebaran dirayakan oleh pemerintah, NU, dan Muhammadiyah secara setentak.
Sejak 1949, menteri agama dipegang oleh orang Muhammadiyah. Menterinya adalah Faqih Usman.
Meski dari Muhammadiyah, tapi posisinya di pemerintahan mewakili Partai Masyumi. Di Masyumi ia terpilih melalui pemungutan suara.
Oohya! Baca juga ya:
Ayah Kakek Sultan Agung Baru 20 Tahun Kemudian Terima Hadiah Hutan Mataram, Halo Joko Tingkir....
Periode berikutnya, sejsk 1953, ia terpilih lagi menjadi menteri agama. Untuk urusan politik praktis, saat itu NU dan Muhammadiyah bergabung di Partai Masyumi. NU baru berpisah dari Masyumi ketika mengikuti Pemilu 1955.
Selain berita Idul Fitri 1951, belum ada lagi data mengenai Lebaran Bung Karno di luar Jakarta.
Betapa pun, Idul Fitri 1951 itu telah menjadi bukti bahwa bukan Presiden Jokowi yang merayakan Lebaran dimluar Jakarta. Bung Karno sebagai presiden sudah melakukannya terlrbih dulu.
Ma Roejan
Sumber rujukan:
- Indische Courant voor Nederland edisi 22 Juli 1950.
Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator
Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.
Redaksi
[email protected]