Lincak

Bupati Grobogan Berantem dengan Adipati Pati, Mengapa Adipati Pati Tinggalkan Amangkurat V?

Bupati Grobogan marah gara-gara Adipati Pati meminta bantuan kepada Pangeran Madura, pendukung setia Pakubuwono II. Lalu mengapa Adipati tiba-tiba meninggalkan Amangkurat V dan takluk kepada Kompeni?

Setelah Amangkurat V tinggal di keraton Kartosuro, Adipati Pati mengirim surat ke Madura. Ia memberi tahu soal telah dinobatkannya Raden Mas Garendi sebagai sebagai raja Mataram..

Adipati Pati Mangun Oneng marah setelah membaca isi surat balasan dari Pangeran Madura. Ia pun memanggil Bupati Grobogan Martopuro.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Setelah membaca surat dari Madura, Martopuro justru marah kepada Adipati Pati. Mereka pun kemudian berantem.

Oohya! Baca juga ya:

Food Estate, Bung Karno: Petani Harus Punya 10 Hektare Lahan, Bagaimana Food Estate Prabowo?

"Itu bukan kata-kata khusus. Bukankah itu sekadar surat jawaban?" kata Bupati Grobogan pada awalnya, kepada Adipati Pati.

"Apa maunya kata-kata seperti itu?" tanya Adipati Pati.

"Tidak peduli dan tidak mau tahu. Bukan saya yang menulis surat," jawab Martopuro kesal.

Martopuro pun menyesalkan perbuatan Adipati Pati yang berkirim surat ke Madura tanpa dibicarakan terlebih dulu. Ia menyebutnya sebagai tindakan yang tidak pantas.

Oohya! Baca juga ya:

Bupati Grobogan Naik Pangkat Setelah Merebut Kartosuro, tetapi Mengapa Kemudian Melarikan Diri?

Martopuro memandang Adipati Pati bersikap sombong. Memperlihatkan nafsunya ingin berkuasa atas Tanah Jawa.

Martopuro juga menyesali tindakan Adipati Pati yang meminta bantuan ke Madura. "Mengapa bukan saya saja yang menjadi raja?" kata Bupati Grobogan kesal.

Adipati Pati pun tersinggung mendengar perkataan Martopuro. Malam harinya, ketika hendak tidur, ia menyimpan badik prmberian Patih Notokusumo di pinggangnya.

Martopuro yang juga kesal pada Adipati Pati, malam harinya pergi ke kediaman Adipati Pati di keraton secara diam-diam. Ia mengintip, tetapi tidak melihat Adipati Pati ada di tempat tidurnya.

Ia mendapati Adipati Pati tidur di lantai ruang tengah, berbantal kotak pinang sirih. Martopuro kemudian baca mantra sirep, sehingga Adipati Pati tidur lelap.

Martopuro mendekat, lalu mengambil badik dari pinggang Adipati Pati. Kotak pinang sirih yang dijadikan bantal juga diambilnya, lalu dibuang.

Oohya! Baca juga ya:

Prabowo Sebut Food Estate Ada di Zaman Sukarno, Bagaimana Bentuknya Sehingga Sukarno Harus Bahas Kebutuhan Kalori dan Pangan Rakyat?

Setelah itu, Martopuro pulang. Pagi-pagi buta Adipati Pati kaget ketika bangun. Badik yang ia selipkan dipinggang sudah tidak ada, kotak pinang sirih yang ia pakai sebagai bantal berantakan jauh dari lokasi ia tidur.

Ia menduga sudah ada pencuri masuk rumahnya, sehingga ia meminta abdinya menyalakan obor untuk menerangi pagar. Tapi tak melihat jejak.

Setelah hari terang ia memanggil abdi yang lain untuk mengantarkan surat ke Semarang. Kali ini ia meminta bantuan kepada Kompeni setelah didahului dengan permintaan maaf.

Jika Kompeni menyetujunya, ia berjanji akan takluk kepada Kompeni. Ia meminta agar Kompeni bersedia mengirim pasukan untuk memperkuat perlindungan terhadap Pati dan menempatkan mata-mata.

Kompeni menyanggupi permintaan Adipati Pati. Kompeni pun segera mengirim pasukan ke Pati. Prajurit-prajurit Kompeni yang beragama Islam disertakan di dalamnya.

Oohya! Baca juga ya:

Grobogan Banjir, Desember 1955 Ada Pemilu, Mengapa Residen Semarang Kirim Perahu Motor?

Dengan adanya bantuan dari Kompeni, Adipati Pati tak perlu menunggu datangnya bantuan dari Madura. Syarat dari Pangeran Madura telah mrmbuatnya marah hingga berantem dengan Bupati Grobogan.

Pangeran Madura bersedia mengirimkan bantuan dengan syarat Adipati Pati mau menuruti peintahnya. Pamgeran Madura meminta semua meriam perunggu dikirim ke Madura.

Pasukan Kompeni yang telah bergerak, telah merebut Demak. Adipati Pati senang mendengar hal itu.

Bupati Grobogan tentu saja makin marah setelah tahu Adipati Pati bersekutu dengan Kompeni. Maka ia memberi peringatan kepada Kapiten Sepanjang akan tipu daya Adipati Pati.

Ia meminta orang Cina agar waspada ketika dipamiti oleh Adipati Pati yang akan pulang ke Pati. Adipati Pati punya tujuan tersembunyi, akan merebut kembali Pati untuk diserahkan kepada Kompeni agar tidak lagi mendukung Amangkurat V.

Kapiten Sepanjang segera menyiapkan 40 orang, dibawa ke kediaman Adipati Pati. Ketika Adipati Pati pamit hendak ke Pati, Kapiten Sepanjang mencegahnya dengan alasan tak sanggup menjaga Amangkurat V yang masih berisia 14 tahun.

Oohya! Baca juga ya:

300 Ribu Murid SMK dari Keluarga Rentan akan Dilatih AI oleh Plan Indonesia dan Microsoft

"Dibandingkan saya, Ki Martopuro itu perkasa dan perwira, sakti dalam peperangan," jawab Adipati Pati.

Mendengar jawaban itu, Kapitan Sepanjang memberi kode kepada anak buahnya. Anak buahnya pun segera menghunus pedang.

Adipati Pati merasa ngeri jika harus menghadapi orang-orang Cina. Ia pun duduk kembali, lemas.

Ma Roejan

Sumber rujukan:
Babad Tanah Jawi Jilid VI, penerjemah Amir Rokhyatmo dkk, penyunting Sapardi Djoko Damono dan Sonya Sondakh (2004)

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
[email protected]