Food Estate, Bung Karno: Petani Harus Punya 10 Hektare Lahan, Bagaimana Food Estate Prabowo?
Petani hanya memiliki satu hektare lahan, menurut Bung Karno, tidak cukup untuk bisa bertahan hidup. Berapa seharusnya yang diperlukan petani untuk mendukung food estate?
"Kalau tanah itu tidak cukup subur seperti halnya dengan tanah-tanah yang sekarang didapatkan di Jawa, maka milik itu sebenarnya harus sedikitnya 10 hektare buat tiap-tiap petani," kata Bung Karno pada April 1952. Bagaimana milik petani di lahan food estate Prabowo?
Tapi, apalah petani sanggup menggarap lahan seluas itu dengan sepasang sapi dan bantuan anak istri? "Ia paling banyak dapat menggarap lima hektare tanah," jawab Bung Karno.
Oihya! Baca juga ya:
Bupati Grobogan Naik Pangkat Setelah Merebut Kartosuro, tetapi Mengapa Kemudian Melarikan Diri?
Pada akhir Januari lalu, Prabowo Subianto menyebut orang yang mengkritik food estate adalah orang yang tidak paham. Sebab, food estate sudah dipikirkan sejak Bung Karno jadi presiden.
Pendataan kebutuhan kalori orang Indonesia dilakukan Bung Karno. Pendataan lahan yang bisa dibuka untuk pertanian pun juga dilakukan.
Ada 158,2 juta hektare lahan di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Papua, yang diselidiki Balai Penyelidikan Tanah bisa dibuka untuk food estate. Namun, ternyata hanya satu juta hektare yang memenuhi syarat untuk pertanian, dari segi topografi dan keadaan hidrologi.
Yang menggarap lahan baru itu siapa? Tentu saja bukan perusahaan-perusahaan. Kata Bung Karno harus petani yang menggarapnya.
Oohya! Baca juga ya:
Bupati Grobogan Kerahkan Orang Cina Serbu Keraton, Bagaimana Pakubuwono II Meloloskan Diri?
Jika kebutuhan kalori pada 1950-an dinaikkan menjadi 2.250 kalori per orang per hari, Indonesia saat itu masih kekurangan beras hingga 5,3 juta ton per tahun. Produksi beras nasional saat itu baru 5,5 juta ton per tahun, sehingga perlu dibuka lahan baru untuk pertanian.
Satu juta hektare yang memenuhi syarat itu, kata Bung Karno, baru bisa menambah produksi beras 600 ribu ton. Artinya, satu juta hektare itu baru menghasilkan 1,08 juta ton gabah.
Program makan siang gratis yang akan dijalankan Prabowo memerlukan 6,7 juta ton per tahun. Jumlah itu diperlukan untuk makan siang gratis 82,9 juta anak.
Dari mana berasnya jika food estate yang digarap Prabowo hanya menamam singkong dan jagung? Peluang besar bagi para pengimpor beras, tentu saja.
Saat Bung Karno memikirkan food estate, bahkan ia juga memikirkan pemanfaatan lahan kering untuk tanam padi. Saat ini, masyarakat Dayak di Kalimantan masih mengandalkan lahan kering untuk menanam padi.
Bung Karno menyebut uji coba pertanian mekanis di lahan kering. Ada 15 ribu hektare lahan kering di Kendari, Sulawesi, yang ditanami padi gogo.
"Sehingga dua kali setahun daerah itu dapat menghasilkan panen padi gogo yang lumayan," kata Bung Karno.
Oohya! Baca juga ya:
Adipati Pati Tipu Bupati Grobogan, Amangkurat V pun Dinobatkan Lagi Sebagai Raja di Pati
Ia pun menantang para pemuda untuk mau mengelola pertanian mekanis di lahan kering. "Kita bisa coret sebagian terbesar dari pengeluaran-pengeluaran untuk irigasi yang berpuluh-puluh juta," kata Bung Karno.
Selain itu, lanjut Bung Karno, petani Indonesia bisa bekerja ekonomis besar-besaran. Maka, tenaga petani yang berkebih bisa dioptimalkan untuk memproduksi kerajinan tangan.
Bung Karno berharap, petani Indonesia dapat meningkatkan produksi bahan makanan. Mentak dan jiwa bangsa Indonesia akan bangkit karenanya.
"Hilanglah nanti sifat kepelanan, hilanglah segala sifat tak berdaya yang menghinggapi petani kecil, hilanglah segala kemak-kemik japa mantra dan kukus kemenyan dan sesajen," kata Bung Karno.
Oohya! Baca juga ya:
Jual Sepeda Motor Kredit, Ketua RT Ini Masuk Penjara
Menurut Bung Karno, akan hilang pula segala sifat kedesaan. Akan tumbuhlah jiwa bangsa yang luas, jiwa negara yang melangkahi segala batas-batas desa, lembah, gunung, dan lautan.
"Terbangunlah satu Bangsa Indonesia Baru yang badannya sehat kuat, karena cukup persediaan makan, yang jiwanya dinamis tangkas perkasa karena terlepas dari ikatan-ikatab lama yang membelenggu ribuan tahun," ujar Bung Karno.
Dengan produksi bahan makanan tang cukup, maka kebutuhan kalori orang Indonesia tidak lagi hanya 1.700 kalori, melainkan 2.250 kalori per orang per hari.
Saat ini, kebutuan kalori orang Indonesia ditetapkan sebesar 2.100 kalori, tapi rata2 baru terpenuhi 2.080 kalori per orang per hari.
Priyantono Oemar
Sumber rujukan:
"Soal Hidup atau Mati", pidato Presiden Sukarno pada peletakan batu pertama Gedung Fakultas Pertanian Universitas Indonesia di Bogor pada tanggal 27 April 1952.
Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator
Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.
Redaksi
[email protected]