Kendeng

Bupati Grobogan Naik Pangkat Setelah Merebut Kartosuro, tetapi Mengapa Kemudian Melarikan Diri?

Bupati Grobogan naik pangkat setelah berhasil merebut keraton Kartosuro. Pakubuwono II yang melarikan diri ke Ponorogo menyerbu Kartosuro. Bupati Grobogan dan Amangkurat V melarikan diri.

Pakubuwono II telah kabur dari istana, Amangkurat V telah menduduki istana. Namun, Pangeran Mangkubumi tidak akan sudi menghadap Amangkurat V yang masih berumur 14 tahun.

Bupati Grobogan mendapat hadiah dari Amangkurat V: naik pangkatnya . Namanya menjadi Tumenggung Suroloyo dan diberi tugas membawahi seribu keluarga.

Di Ponorogo, Pakubuwono II menaikkan pangkat para abdi raja dan kerabat agar bersemangat ikut merebut kembali keraton Kartosuro. Bupati Grobogan bertahan atau harus melarikan diri? Bagaimana nasib Amangkurat V?

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Oohya! Baca juga ya:

Prabowo Sebut Food Estate Ada di Zaman Sukarno, Bagaimana Bentuknya Sehingga Sukarno Harus Bahas Kebutuhan Kalori dan Pangan Rakyat?

Di keraton Kartosuro, Amangkurat V memerintahkan penaluklan negeri-negeri yang belum mendukung dirinya sebagai raja. Ki Kenang yang diberi tugas, jika berhasil akan diberi wilayah Jipang.

Ki Kenang telah menjadi ipar Tohjoyo di Madiun. Di Ponorogo, Pakubuwono II berangkat ke Kartosuro dan mampir di Madiun.

Tohjoyo menyembunyikan Kenang, kemudian menemui Pakubuwono II dan melaporkan rencana Amangkurat V yang mengirim untusan penaklukan.

Sebelum meninggalkan Ponorogo, Pakubuwono II mengirim utusan ke Madura. Pakubuwono meminta bantuan prajurit dari Madura untuk merebut Kartosuro.

Madura pun mengirimkan prajurit untuk menyerbu Kartosuro. Suasana Kartosuro menjadi ribut karena orang-orang Madura berhasil mengalahkan orang-orang Cina.

Oohya! Baca juga ya:

Bupati Grobogan Kerahkan Orang Cina Serbu Keraton, Bagaimana Pakubuwono II Meloloskan Diri?

Amangkurat V pun memerintahkan Adipati Pati dan Bupati Grobogan --yang telah berganti nama menjadi Tumenggung Suroloyo, serta Kapiten Sepanjang untuk menghadapi orang-orang Madura.

Amangkurat V juga meminta semua orang Cina dikerahkan. Yang mengawal Amangkurat V ditinggalkan beberapa orang saja.

Bupati Grobogan berangkat terlebih dulu bersama pasukan Cina. Adipati Pati menyusul kemudian.

Orang-orang Cina yang dibawa Bupati Grobogan banyak yang tewas di tangan orang Madura. Orang-orang Cina yang masih hidup lari ketakutan setelah melihat banyak temannya tewas.

Bupati Grobogan melindungi prang-orang Cina. Ia lalu pergi bersama prajuritnya menghadapi orang Madura.

Namun karena orang Madura terlalu banyak, Bupati Grobogan juga memilih mundur. Adipati Pati menjadi kalang kabut ketika mendengar pasukan Bupati grobogan telah mundur.

Oohya! Baca juga ya:

Jual Sepeda Motor Kredit, Ketua RT Ini Masuk Penjara

Adipati Pati pun segera memerintahkan orang-orang Cina yang bersamanya untuk menghadapi orang-orang Madura. Namun orang-orang Cina tak berani menjalankan perintah itu.

“Yang diperintah hanya bergeser saja sehingga Adipati Pati marah dan meloloskan sarung tombaknya,” tulis Babad Tanah Jawi.

Adipati Pati pun meminta Yudonegoro dari Banyumas untuk menghadapi orang-orang Madura. Anak-anak Adipati Pati juga diperintahkan untuk maju.

Adipati Pati juga bergerak maju. Tetapi ketika melintasi jembatan, jembatan runtuh.

Banyak anak buah Adipat Pati yang jatih ke sungai dan hanyut. Anak Adipati Pati, Undakan, dan Pangeran Aryo Mataram ternyata mundur menghindari pasukan Madura.

OOhya! Baca juga ya:

Grobogan Banjir, Desember 1955 Ada Pemilu, Mengapa Residen Semarang Kirim Perahu Motor?

Saat jembatan runtuh, keduanya sudah berada di atas jembatan. Tetapi para prajurit yang bersama mereka berhasil menyelamatkan keduanya.

Pada akhirnya, Pakubuwono II bersama orang Madura berhasil meebu Kartosuro. Amangkurat V berhasil meloloskan diri bersama orang-orang Cina.

Rombongan Bupati Grobogan berada di belakang rombongan Amangkurat V. Sebanyak 80 orang yang berada di belakang Bupati Grobogan beristirahat di Endo, tetapi mereka ditipu oleh orang Endo.

Orang Endo berjanji akan menyusulkan mereka ke Bupati Grobogan, tetapi mereka kemudian dihabisi oleh orang-orang Endo.

Ma Roejan

Sumber rujukan:
Babad Tanah Jawi Jilid VI, penerjemah Amir Rokhyatmo, penyunting Sapardi Djoko Damono dan Sonya Sondakh (2004)

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
[email protected]