Lincak

Mengabaikan Pesan Kiai Mataram, Badan Amangkurat I Dipenuhi Bisul Bernanah Setelah Bermimpi Buruk, Ia pun Membatalkan Rencana Menyerbu Banten

Kiai Mataram meminta Amangkurat I tidak menyerbu Banten pada 1652. Mengabaikan nasihat itu, badan Amangkurat I pun dipenuhi bisul bernanah.

Lima tahun setelah kalangan santri dan kiai Mataram dihabisi oleh Amangkurat I, mereka melakukan “perlawanan”. Saat kalangan santri dan kiai dihabisi pada 1647, Amangkurat I melindungi kalangan santri dan kiai yang tidak mendukung usaha kudeta Pangeran Alit.

Pada 1652, Amangkurat I berniat menyerbu Banten. Ia mengabaikan pesan kiai yang mengingatkan mengingatkan kembali wasiat Sultan Agung. Akibatnya, Amangkurat I mengalami mimpi buruk dan beberapa hari kemudian tubuhnya dipenuhi bisul bernanah.

Kepada Amangkurat I, kiai Mataram menyebut Sultan Agung telah berwasiat agar senjata-senjata Mataram pertama-tama harus diarahkan ke timur, baru kemudian ke barat. Jika wasiat ini dilanggar, Mataram tidak akan mendapat berkah.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Oohya! Baca juga ya: Sultan Agung, Negara Api Itu Bernama Mataram

Tidak menggubris nasihat santri-kiai, ia memerintahkan pembuatan 800 senapan dan meriam dalam jumlah yang banyak. Tugas ini harus selesai dalam waktu tiga bulan.

Tiga bulan kemudian, ia minta uji coba meriam yang terbaik yang telah dibuat. Kemampuannya hendak dibandingkan dengan meriam Belanda.

Peluru meriam Belanda beratnya dua kali lebih berat dari peluru meriam Jawa. Meriam Belanda hanya berhasil melontarkan peluru dalam jarak yang dekat.

Ia pun meminta kepada pembuat meriam untuk mengisi meriam Jawa dengan peluru yang beratnya sama dengan peluru meriam Belanda. Begitu ditembakkan, meriam itu meledak.

Hancur berkeping-keping. Keping terbesar dari meriam itu jatuh di depan Amangkurat I.

Kaget oleh kejadian itu, Amangkurat I marah. Ia lalu meminta pembuat meriam ditangkap.

Ia juga memerintahkan gerbang alun-alun ditutup semen untuk selamanya. Hal yang di kemudian hari membuat susah orang-orang keraton.

Oohya! Baca juga ya: Inilah 40 Nama Spesies Cendrawasih Papua yang Didata oleh Alfred Russel Wallacea, Ada Beberapa Ditemukan di Australia

Setelah kejadian meriam meledak inilah, Amangkurat I mengalami mimpi buruk pada malam harinya. Beberapa hari kemudian badannya dipenuhi bisul bernanah.

Inilah peristiwa yang menjadi titik balik Amangkurat I. Ia mengurungkan rencana menyerbu Banten dan meminta doa dari kalangan kiai.

Kepada para kiai, ia bersumpah hanya akan mengarahkan senjata-senjata Mataram ke timur. Di timur ada Blambangan yang pernah ditundukkan oleh Sultan Agung, tetapi direbut oleh orang-orang Bali.

Menjadi wilayah kekuasaan Bali, berarti Blambangan tidak Islam lagi, sehingga perlu direbut lagi oleh Mataram. Untuk Banten yang merupakan wilayah Islam, Amangkurat I bersumpah akan menjalin hubungan baik.

Petistiwa meledaknya meriam di alun-alun tidak hanya dilaporkan oleh Rijklof van Goens, utusan Kompeni yang pernah tinggal di Mataram. Peristiwa itu, kata De Graaf, juga dicatat oleh Babad Sengkala.

“Sejak itu hubungan antaraBanten dan Mataram memang nyata bertambah baik, ttapi tidak ada berita bahwa akan dilancarkan ekspedisi besar-besaran terhadap Blambangan,” tulis De Graaf.

Oohya! Baca juga ya: Tsunami Aceh, Kontak Senjata TNI-GAM Membuat Anak-Anak Pengungsi di Kamp Pengungsi Posko Jenggala di Lhok Nga Ketakutan

Hubungan baik Banten-Mataram menjadi ancaman bagi Kompeni di Batavia. Orang-orang Banten mulai membenci Kompeni.

Kompeni semakin tidak senang ketika mendengar kabar aka nada pernikahan Banten-Mataram. Amangkurat I memerlukan calon istri untuk dua anaknya.

Untuk tujuan ini, Banten perlu mengirimkan 100 gadis. Tapi, Amangkurat I diam-diam akan menolak perempuan-perempuan dari Banten, sebab ia hanya akan memilih perempuan-perempuan Mataram untuk dua anaknya.

Priyantono Oemar

Sumber rujukan:
Disintegrasi Mataram di Bawah Mangkurat I karya Dr HJ de Graaf (1987)

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
oohya.republika@gmail.com

Berita Terkait

Image

Mataram Tutup Pelabuhan, Banjarmasin Punya Benteng Terapung, Apa Gunanya?

Image

Pimpin Ekspedisi, Cornelis de Houtman Ditangkap di Banten dan Dibunuh di Aceh, Kenapa?

Image

Kiai Ngabdullah Masuk Kristen, Baptis 1.085 Orang Jawa Kenapa Dicela Zending Belanda?