Kiai Ngabdullah Masuk Kristen, Baptis 1.085 Orang Jawa Kenapa Dicela Zending Belanda?
Di Juwono, Jepara, ia dikenal sebagai Kiai Ngabdullah. Tapi pada saat paceklik di wilayah utara Jawa Tengah, ia merantau ke Jawa Timur dan menjadi pertapa di Gunung Kelud.
Sebagai pertapa, ia memakai nama Tunggul Wulung, yaitu panglima perang zaman Raja Jayabaya di Kediri dan nama panji-panji Keraton Yogyakarta. Ia kemudian dikenal sebagai Kristen Jawa yang selama 30 tahun mampu mengkristenkan 1.085 orang Jawa.
Sementara Pendeta P Jansz selama 30 tahun hanya bisa baptis 150 orang Jawa. Lembaga Zending Belanda pun kemudian meniru cara-cara Tunggul Wulung, tetapi ia juga dicela.
Bagaimana ceritanya, Kiai Ngabdullah yang kemudian menjadi pertapa itu memeluk agama Kristen? “Pada tahun 1853 Tunggul Wulung muncul di Mojowarno,” tulis Dr Th van den End di buku Ragi Carita 1.
Mojowarno adalah desa Kristen di Mojokerto yang dibuka oleh Paulus Tosari dan murid-murid CL Coolen pada 1844. Pada 1855, dua tahun setelah ia muncul di Mojowarno, Pendeta JE Jellesma membaptisnya di Surabaya dan diberi nama Ibrahim.
Jellesma telah datang di Mojowarno pada 1851. Tetapi pimpinan jemaat tetap dipegang oleh Tosari, menjalankan kebaktian ala Barat.
Setelah masuk Kristen, Kiai Ibrahim Tunggul Wulung merasa senang berkenalan dengan orang Kristen Belanda. Menurut Philip van Akkeren di buku Dewi Sri dan Kristus, ia rajin mengunjungi mereka dari waktuke waktu.
Ia membaptis orang-orang Jawa tanpa perlu otorisasi dari para misionaris Belanda. Ia juga memberkati perkawinan-perkawinan dan mengangkat pemimpin-pemimpin jemaat.
“Otorisasinya ialah kharisma yakni kesaktiannya (kasekten) yang ia peroleh kala ia menjadi seorang pertapa,” tulis Philip van Akkeren.
Karena kesakatiannya itu, Tunggung Wulung sering dminta mengobati orang-orang yang sakit. Ia akan menyembuthkannya dengan jalan menggosok, meludah atau meniup pada bagian tubuh yang sakit, atau juga ia akan berkomat-kamt terhadap sang penderia,” lanjut Philip van Akkeren.
Dengan cara itu, dalam 30 tahun ia membaptis 1.058 orang Jawa yang tersebar di tiga desa yang ia drikan. Misionaris Jansz yang mendapat tugas di Jepara hanya mendapat 150 orang Jawa yang masuk Kristen dalam waktu yang sama.
Tunggul Wulung menempatkan jemaatnya di desa-desa Kristen dengan harapan mereka tidak dipekerjakan oleh pemerintah kolonal dalam kerja rodi. Dengan kesaktannya itu, ia mengajarkan Injil sebagai ngelmu (ilmu).