Ini Kisah Peperangan dengan Untung Suropati di Keraton Amangkurat II yang Menewaskan Kapten Tack
Dalam pelariannya ke arah timur, Untung Suropati dan pengikutnya tiba di Banyumas. Saat itu Banyumas sedang diganggu oleh gerombingan Surodento-Surodenti dan Kompeni belum mengirim Kapten Tack menagih utang ke Amangkurat II.
Wirodigdo dan Wiromojo yang dikirim Amangkurat II untuk menumpas Surodenta-Surodenti ternyata tak berdaya. Malu pulang ke Kartosuro, Wirodigdo-Wiromojo beruntung bertemu dengan Untung Suropati.
Mereka meminta bantuan kepada Untung Suropati. Untung Suropati meyanggupi dengan syarat, upaya penumpasan Suradenta-Suradenti harus sepengetahuan Amangkurat II.
Wirodigdo-Wiromojo menyanggupi syarat itu, sehingga ia segera memberi kabar kepada Patih Nerangkusumo. Nerangkusumo pun meminta Amangkurat II mengeluarkan perintah kepada Untung Suropati untuk menumpas Surodento-Surodenti.
Oohya! Baca juga ya:
Dengan perintah Amangkurat II, Suropati dan pengikutnya menumpas gerombolan di Banyumas itu. saat itu, Surodento-Surodenti telah menguasai ibu kota Banyumas. Mereka berdua sedang masuk kekuasaan, sehingga ada pengikutnya yang mulai membenci perilaku mereka berdua.
Para pengikut yang membencinya lalu dibujuk agar bersedia membantu Suropati. Singkat cerita, Untung Suropati berhasil menumpas Surodento-Surodenti.
Untung Suropati dan pengikutnya segera pergi ke Kartosuro. Amangkurat II menerimanya, lalu mengangkatnya sebagai pemimpin pasukan istimewa yang beranggotakan orang-orang Bali.
Komandan benteng Kompeni di Kartosuro, Kapten Grevink, mengetahui Suropati merupakan orang yang dicari-cari Kompeni. Grevink lalu melaporkannya ke Batavia.
Oohya! Baca juga ya:
Kompeni di Batavia segera mencari orang yang layak untuk menangkap Suropati, sekaligus layak untuk menagih utang kepada Amangkurat II. Terpilihlah Kapten Tack yang telah ikut menaklukkan Banten dan menaklukkan Trunojoyo.
Setelah Kapten Tack tiba di Semarang pada akhir 1685, dikirimkan kabar kepada Amangkurat II agar bersiap menyambut kedatangannya. Saat Amangkurat II sibuk menyambut kedatangan Kapten Tack, Patih Nerangkusumo juga sibuk mencari cara menyelamatkan Suropati.
Pada Februari 1685, Kapten Tack meninggalkan Semarang menuju Kartosuro. Kapten Grevink yang mendapat pesan dari Kapten Tack, meminta Amangkurat II agar tidak melindungi Untung Suropati.
Sebanyak 10 ribu prajurit Mataram dikerahkan untuk mengepung Kampung Babirong, tempat tinggal Suropati dan pasukannya. Sebanyak 300 prajurit Madura pimpinan Cakraningrat II juga ikut mengepung.
Namun, sebelum prajurit Mataram itu mengepung Suropati, ia telah menyampaikan pesan agar usaha penangkapan terhadap Suropati dilakukan dengan pura-pura. Tujuannya untuk mengelabui Kompeni.
Nerangkusumo juga menghubungi Suropati perihal pengepungan pura-pura itu. Ia juga meminta Suropati agar berpura-pura melakukan perlawanan. Siasat ini perlu dilakukan agar Kompeni percaya bahwa Mataram memang tidak melindungi Suropati.
Saat pasukan Mataram menunggu komando penyerbuan terhadap Suropati, mereka dikejutkan oleh kemunculan orang-orang berpakaian putih-putih membawa senjata dari Kampung Babirong. Merekalah anak buah Suropati.
Oohya! Baca juga ya:
Pakaian putih yang mereka kenakan menjadi penanda mereka siap melakukan puputan, berjuang sampai mati. “Sambil meneriakkan ‘amuk’, pasukan Untung Suropati menerjang para pengepung. Terdengar tembakan dari kedua belah pihak, tetapi pasukan Mataram tampak menghindar dari pertempuran besar-besaran,” tulis Sjafii.
Dengan siasat ini, Suropati terbebas dari kepungan prajurit Mataram. Namun, mereka tidak meninggalkan Kartosuro, melainkan mengatur siasat menyambut kedatangan Kapten Tack. Kampung Babirong sudah dilalap api akibat peperangan sebentar itu.
Informasi mengenai lolosnya Suropati dari kepungan prajurit Mataram sampai di benteng Kompeni. Kapten Grevink segera memerintahkan prajuritnya bersiaga pada saat Kapten Tack sudah tiba di pinggiran Kartosuro.
Oohya! Baca juga ya:
Diiringi Kapten Grevink, Kapten Tack tiba di Kartosuro dalam situasi Kartosuro seperti habis perang. Sebelum menemui Amangkurat II, Kapten Tack mengatur pasukannya. Ia ingin menangkap Suropati yang masih di Kartosuro.
Ketika di Kampung Gumpang terjadi kebakaran, Kapten Tack segera menuju ke kampung itu, karena kebakaran itu dilakukan oleh Suropati. Tetapi sebenarnya, Suropati sedang menyiapkan penyergapan di keraton.
Pembakaran kampung sengaja dilakukan untuk mengalihkan perhatian. Tiba di Kampung Gumpang, Kapten Tack tentu saja tidak menemukan musuh. Maka ia segera kembali ke alun-alun.
Di alun-alun sudah terjadi pertempuran. Kapten Tack pun bergabung di medan pertempuran. Pasukan Kompeni terdesak oleh pasukan Suropati.
Ketika hendak menyelamatkan diri, sebelah kakinya sudah menginjak sanggurdi kudanya, tombak yang meluncur ke arahnya mengenai badannya. Kapten Tack tewas tengah hari pada 8 Februari 1686 itu.
Ma Roejan
Sumber rujukan:
Untung Surapati karya Drs Sjafii (1977)
Oohya! Baca juga ya:
Ini Lokasi di Puncak Gunung yang Menjadi Tempat Favorit untuk Berfoto Para Pendaki Amatir
Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator
Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.
Redaksi
[email protected]