Lincak

Kartosoewirjo Ikut Kongres Pemuda Indonesia Kedua tetapi Bukan Dia yang Bertikai dengan Muh Yamin, Lalu Siapa?

Kartosoewrijo dieksekusi karena memimpin pemberontakan DI/TII pada 1949. Pada 1928 ia ikut Kongres Pemuda Indonesia Kedua.

Kartosoewirjo dikenal sebagi pemimpin DI/TII. Pada 1928, ia termasuk pemuda yang ikut Kongres Pemuda Indonesia Kedua.

Ia lahir di Cepu, kota di sebelah timur Grobogan, pada tahun 1905. Pada 1928 berarti baru berumur 23 tahun.

Di Kongres Pemuda itu, ia sudah ambil bicara sejak malam pembukaan kongres, ketika menanggapi pidato Muh Yamin. Ia menyebut bahasa Indonesia merupakan tali perhimpunan-perhimpunan pemuda.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Oohya! Baca juga ya: Panas Terik, Para Murid SD di Sumba Timur Ini Harus Berjalan Kaki 20-30 Menit tanpa Payung Naik Turun Bukit

Namun, yang bikin kongres riuh bukan omongan Kartosoewirjo. Kongres menjadi riuh justru adanya omongan dari Dienaren van Indie.

Makmun Rasid, wakil dari Dienaren van Indie mengajak para pemuda peserta kongres untuk bergabung dengan perhimpuannya. Alasannya, Dienaren van Indie sudah menjadi organisasi yang kuat. Gara-gara ajakan ini, Rasid dan Muh Yamin pun bertikai.

Oohya! Baca juga ya: Menjadi Santri di Grobogan, Santri Ki Ageng Selo Ini di Kemudian Hari Sukses Menjadi Sultan

Pada waktu Sugondo Joyopuspito selesai menyampaikan pidato pembukaan, Rasid sudah menawarkan ajakan kepada peserta kongres untuk bergabung dengan Dienaren van Indie. Polisi sampai harus melakukan interupsi karena Rasid mengucapkan kata kemerdekaan.

Setelah Muh Yamin selesai menyampaikan pidatonya, Rasid kembali menawarkan ajakan itu. Darmo Kondo tidak menyebut penyebab persisnya penyebab pertikaian Rasid dengan Yamin.

Yamin, menurut Tabrani, juga anggota Dienaren van Indie, namun ia tidak mengatasnamakan perhimpunan itu. Ia menjadi sekretaris panitia kongres mewakili Jong Sumatranen Bond.

Oohya! Baca juga ya: Ke Grobogan Diiringi Dua Santri, Anak Sunan Giri Bertemu dengan Anak Raja Majapahit yang Dibuangkah?

Soenario yang juga hadir di kongres juga anggota Dienaren van Indie. Namun ia datang mengikuti kongres untuk mewakili organisasi kepanduan.

Ki Mangunsarkoro juga anggota Dienaren van Indie. Namun ia datang untuk berpidato mengenai pendidikan, bukan untuk mempropagandakan Dienaren van Indie.

Pada pertemuan Ahad 28 Oktober 1928 pagi. Sugondo Joyopuspito yang seharusnya memimpin sidang terlambat datang. Maka, waktu digunakan untuk membahas hal-hal yang belum tuntas pada Sabtu 27 Oktober 1928 malam.

Jong Islamieten Bond (JIB) mengurai perselisihan Rasid dan Yamin yang terjadi pada Sabtu malam itu. Wakil dari JIB menyebut terpanggil untuk mengomentari ajakan Dienaren van Indie.

“Dienaren van Indie mengaku cocok dengan kongres,” kata wakil JIB itu. “Tetapi apakah kongres ini cocok juga dengan Dienaren van Indie?” tanya wakil JIB.

Namun, JIB menegaskan tidak berselisih dengan Dienaren van Indie, sebab belum bersahabat. Bagaimana akan disebut berselisih jika belum menjadi sahabat?

Ahad pagi itu, sidang diadakan di gedung bioskop Oost Java. Lokasinya sekarang ada di Jalan Medan Merdeka Utara. Ada lebih dari 1.000 peserta yang hadir. Kalangan putri yang datang jumlahnya lebih banyak dari yang datang pada malam pembukaan.

Oohya! Baca juga ya: Santri NU Grobogan Berziarah ke Makam Cucu Raja Majapahit di Kuripan Purwodadi-Grobogan

Ruangan gedung tidak muat menampung peserta, sehingga mereka berdesak-desakan. “Tapi ada ‘lumayan’ juga, sebab ada ‘kitran-kitiran’ yang kasih hawa dingin,” tulis Darmo Kondo.

Ketika Sugondo datang, sidang kembali diberikan kepada Sugondo. Pagi itu kongres mendengarkan pidato dari Nona Poernamawoelan mengenai pendidikan.

Oohya! Baca juga ya: Penyelenggara Frankfurt Book Fair (FBF) Dukung Israel Serang Palestina, Ini Pernyataan Ikapi tentang FBF 2023

Pidato selesai ada tanggapan-tanggapan, lalu istirahat sejenak. Setelah istirahat, Sugondo memberikan kesempatan kepada Muh Yamin untuk menyelesaikan perselisihan dengan Rasid yang terjadi pada Sabtu malam.

Darmo Kondo tidak menceritakan detail mengenai upaya penyelesaian perselisihan itu. Darmo Kondo hanya menyebut Rasid menerima dengan senang hati penyelesaian yang diberikan oleh Muh Yamin.

Priyantono Oemar

Sumber rujukan:
- Anak Nakal Banyak Akal karya M Tabrani (1979)
- Darmo Kondo, November 1928

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
[email protected]

Berita Terkait

Image

Di Grobogan Ada Tanah yang oleh Raffles Dihadiahkan kepada Pakualam