Presiden Ini Dicapreskan Lagi oleh Golkar tapi Pilih Mundur, Sikapnya Menuai Pujian
Sidang Umum MPR berlangsung pada 1-22 Oktober 1999. Presiden pejawat dicapreskan lagi oleh Golkar.
Pencalonnya mendapat dukungan dari 17 ormas Islam. Ada juga dukungan dari masyarakat Kristen, seperti Kelompok Masyarakat Kristen Indonesia.
Tapi kemudian ia memilih mundur dari pencapresan itu. “Saya bersedia menjadi presiden lagi jika hanya rakyat yang menghendaki. Jika mereka tidak menghendaki saya, saya tidak dapat memaksa mereka. Saya tidak akan merekayasa. Itu bukan gaya dan cara saya,” kata presiden pejawat itu.
Oohya! Baca juga ya:
Bung Karno Beli 50 Burung Sebelum Bisa Menikahi Fatmawati, untuk Apa?
Pada 1999, Golkar sudah berubah menjadi parrai. Golkar ini yang selama 32 tahun mendukung Soeharto sebagai presiden. Pada 1998, Golkar kembali mencalonkan Soeharto kendati rakyat sudah tidak menghendaki.
Soeharto menerima, dan menjadi persiden lagi pada Maret 1998. Tapi pada Mei 1998 ia harus mengalam pada tuntutan rakyat yang menghendakinya mundur. Wakil presiden lalu naik menjadi presiden.
Presiden pejawat itu, BJ Habibie, telah menjabat sebagai presiden selama 18 bulan menggantikan Presiden Soeharto yang mundur karena tuntutan massa. Meski tanpa pernah menyiapkan diri menjadi presiden, ia banyak dipuji orang telah berhasil menjalankan tugasnya.
Ekonomi pulih, rupiah menguat atas dolar. Kebebasan pers dan berserikat dijamin sehingga saat itu tumbuh banyak media.
Para tahanan politik juga dibebaskan. Ia pun menjalankan pemerintahan dengan meninggalkan pendekatan kekuasaan, karenanya ia tidak bertindak respresif. Pemilu juga diadakan secara demokratis, Sidang Umum MPR juga berjalan demokratis.
Oohya! Baca juga ya:
Ada Transportasi Ramah Lingkungan di Taman Margasatwa Ragunan
Saat Soeharto menyatakan kepadanya hendak mundur, Habibie bingung dan bertanya soal posisinya sebagai wapres, harus ikut mundur atau tidak. Soeharto menjawab ia akan menggantikan posisinya.
“Saya tidak berambisi untuk jabatan presiden,” kata dia. Baginya, sudah cukup selama 25 tahun bekerja keras menjadi pembantu presiden untuk bangsa dan negera.
Sudah waktunya bagi dia menyediakan waktu untuk keluarga. Maka, ia memilih tidak menggunakan Pasal 8 UUD 1945 untuk kepentingan kekuasannya.
Menurut pasal itu, “Jika presiden mangkat, berhenti, atau tidak melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya, ia diganti oleh wakil presiden sampai habis waktunya.” Ia memilih mempercepat pemilu memenuhi kehendak rakyat.
Baginya, pemilu merupakan agenda penting mencipgakan pemerintaha yang legitimate. Ketika pemilu diadakan, ia juga menaaati aturan Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang melarang menteri ikut kampanye.
Padahal anggota KPU boleh menjadi calon legislatif dan ikut kampanye. Jimmy Carter sempat menanyakan sikap mengalah Habibie ini.
Oohya! Baca juga ya:
Bung Karno pun Pernah Gagal Menagih Utang ke Teman Dekat, Apa Kata Teman yang Ditagih Itu?
Maka, Ketua Umum Golkar Akbar Tanjung harus mundur dari jabatannya sebagai mensesneg. Ketua Umum PPP Hamzah Haz juga harus mundur dari jabatannya sebagai menteri invetasi.
Saat itu, lembaga pemilu ada tiga: KPU, Panitia Pemilihan Indonesia (PPI), dan Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu). Anggotanya tidak ditentukan secara top down, seperti di masa Orde Baru.
Apa alasan Habibie mundur dari pencapresan pada 1999? “Saya yakin kita punya banyak kandidat nakhoda dari anak-anak terbaik bangsa. Saya hanya sanggup mengajak kita semua untuk bersama-sama mengawasi proses penegakan nilai-nilai demokrasi demi harkat dan martabat bangsa,” kata Habibie di hadapan anggota MPR.
Itu pilihan Habibie. Sikapnya sebagai seorang demkcrat banyak menuai pujian, meski hujatan banyak pula diaahkan kepadanya.
“Ketika dihujat ia tidak marah sedikit pun dan malah tersenyum seraya menyatakan keinginannya untuk berupayaa membenahi kekurangannya,” kata A Makmud Makka.
Oohya! Baca juga ya:
Habibie Bukan Raja, Jijik untuk Terus Berkuasa dengan Segala Cara
Pujian tak hanya datang dari dalam negeri, tetapi juga dari luar negeri. dari Amerika dan Eropa.
Maka, dengan mundurnya Habibie sebagai calon presiden, Golkar tidak memiliki calon lagi. Tuntuan agar Golkar dibubarkan masih terus menguat. Alasannya, Golkar telah merusak demokrasi selama 32 tahun.
Tapi pohon beringin itu tetap tegak berdiri. Pohon beringin adalah lambang Golkar. Dari pemilu ke pemilu, Golkar masoh mendapat suara yang tinggi.
Golkar pula –yang telah mendukung pencapresan Prabowo-- yang mencalonkan Gibran Rakabuming menjadi wakil presiden Prabowo pada Pilpres 2024. Gibran yang masih muda menerimanya, meski sebelum ada putusan Mahkamah Konstitusi ia selalu menyatakan tidak memikirkan soal pencawapresan.
Ma Roejan
Sumber rujukan:
The True Life of Habibie, Cerita di Balik Kesuksesan, karya A Makmur Makka (2008)
Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator
Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.
Redaksi
[email protected]