Bung Karno pun Pernah Gagal Menagih Utang ke Teman Dekat, Apa Kata Teman yang Ditagih Itu?
Sewwaktu menjalani pembuangan di Ende, Flores, Bung Karno menulis naskah sandiwara Indonesis 45. Di Bengkulu, ia pun mengadakan pentas sandiwara untuk malam amal.
Seorang teman dekat mempunyai utang, yaitu Manap Sofiano, yang menjadi pemain primadona di sandiwara Bung Karno. Awalnya, Manap Sofiano membeli piano di sebuah lelang.
Kepada petugas lelang ia menyatakan bahwa Bung Karno yang akan membayarnya. Tapi, seorang Bung Karno pun gagal menagih utang ke teman dekat itu. Apa kata teman yang ditagih itu?
Oohya! Baca juga ya:
Dianggap Dukun, Bung Karno Disebut Bapak Penolong Semua Orang
Mendengar nama Bung Karno, petugas lelang itu pun percaya. “O, baik kalau Tuan kawan dari Suakrno. Baiklah,” kata petugas lelang itu.
Bung Karno pun membayarnya. Namun, tiga bulan setelah itu, Manap pindah kota.
Maka, sebelum pindah, Bung Karno menemui Manap. Ia meminta Manap membuat surat perjanjian bahwa Manap akan membayar utangnya.
Kepala Kampung ikut menandatangani surat itu. “Dengan begitu, kalau sekiranya kau lupa, saya mempunyai dasar yang sah,” kata Bung Karno.
Manap pemain sandiwara kesayangan Bung Karno. Karena pentas sandiwara ini, Bung Karno mendapat pujian dari Gubernur Jenderal Hindia-Belanda karena sudah tidak memikirkan politik.
Oohya! Baca juga ya:
Inggit Marah, Mengapa Bung Karno Tidur dengan Anjing Ketika Jadi Tahanan Politik di Bengkulu?
Awalnya adalah ketika ia harus berpentas di luar batas area yang dibolehkan bagi Bung Karno untuk bepergian selama menjadi tahanan politik. Residen baru tidak berani mengambil keputusan.
Residen itu lalu bertanya kepada Gubernur Jenderal boleh-tidaknya Bung karno bermain sandiwara di luar wilayah hukuman. Apa jawaban Gubernur Jenderal?
“Saya gembira mendengar bahwa Ir Sukarno tidak lagi berpolitik dan memusatkan perhatiannya pada pertunjukan sandiwara,” jawab Gubernur Jenderal.
Kembali ke cerita Manap setelah berpindah kota. Berbulan-bulan tak ada kabar dari Manap. Maka, Bung Karno tergerak untuk mengirim surat kepada Manap.
“Sudah sampai waktunya. Bayar sekarang, kalau tidak, akan saya ajukan ke depan pengadilan,” kata Bung Karno menagih utang.
Surat balasan datang dari Manap, teman dekat Bung Karno itu. Bukan pernyataan akan segera membayar, melainkan permintaan permakluman karena tidak bisa membayar utang. Bung Karno gagal menagih utang.
Oohya! Baca juga ya:
Jenderal Sudirman Dua Kali Menolak Perintah Bung Karno Setelah Belanda Menyerbu Yogyakarta
“Saya tidak menyusahkan diri saya sendiri, akan tetapi saya mempunyai lima anak. Kalau saya masuk penjara, mereka akan telantar,” kata Manap.
Sebagai kepada keluarga, Manap menyatakan tak mungkin akan menelantarkan anak-anaknya. “Jadi apa lagi yang bisa saya lakukan,” lanjut Manap.
Bung Karno hanya bisa tersenyum meringis. Bung Karno harus merelakan utang 60 gulden tidak dibayar oleh Manap.
“Dia seorang pemain yang baik, sehingga saya dapat memaafkan segala-galanya,” kata Bung Karno.
Priyantono Oemar
Sumber rujukan:
Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, karya Cindy Adams (1986, cetakan keempat)