Sekapur Sirih

RUU DKJ, Nasib Reklamasi Teluk Jakarta Jika Gubernur Jakarta Ditunjuk oleh Presiden seperti di Zaman Orde Baru

Pantai Teluk Jakarta yang direklamasi. Bagaimana nasibnya nanti jika gubenur Jakarta ditunjuk oleh Presiden?

RUU Daerah Khusus Jakarta (DKJ) sebagai usul inisiatif DPR menyebutkan gubernur Jakarta ditunjuk dan diberhentikan oleh Presiden seperti di zaman Orde Baru. Apakah ini untuk mendukung reklamasi di Teluk Jakarta yang dibatalkan oleh Anies Baswedan?

Selama lima tahun Anies Baswedan menjabat gubernur DKI, program reklamasi yang diusung Jokowi --yang ditentang para aktivis lingkungna dan masyarakat pesisir-- kandas di tengah jalan. Anies menjadi pejabat eksekutif rasa aktivis lingkungan: membatalkan proyek reklamasi demi menyelamatkan ekosistem Teluk Jakarta.

Kampung kumuh yang sudah dihancurkan untuk akses ke permukiman di areal reklamasi dibangun kembali oleh Anies menjadi pemukiman yang sehat untuk rakyat kecil. Akankah dengan gubernur yang ditunjuk Presiden, proyek reklamasi Teluk Jakarta akan dilanjutkan?

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Pada saat Gubernur Jenderal HW Daendels mulai memerintah, ia mendapati betapa Batavia merupakan kota yang kotor. Ia melihat ada masalah udara yang terkontaminasi.

Oohya! Baca juga ya:

Napoleon Angkat Sosok Emosional dan Senang Mengumpat untuk Memimpin Hindia-Belanda yang Sopan Penduduknya

Dengan strategi militernya, ia lalu menutup rawa dan kanal. Ia juga mewajibkan bangunan berjendela tinggi dan ada ventilasi untuk memasukkan udara segar, lalu harus ada pipa cerobong di atap untuk membuang udara kotor.

Menurut Daendels udara dari laut harus bebas masuk ke darat, sehingga bangunan-bangunan tinggi di Batavia yang ia anggap menjadi penghalang udara dari laut, harus dibabat. Banteng Batavia menjadi korban pertama. Berlanjut kemudian gereja Belanda, gerbang kota, dan sebagainya.

Batu-batu dari bangunan-bangunan itu kemudian dipakai untuk membangun gedung pemerintah di Weltevreden. Gedung pemerintah itu, berupa istana yang dibangun di Waterlooplein (Waterlooplein kini menjadi Lapangan Banteng). Digunakan juga untuk membangun barak dan benteng di Waterplaats (Pintu Air) di Molenvliet (Harmoni sekarang). Dan sebagainya.

Sebagai petinggi militer dan ahli strategi, sebenarnya Daendels melihat lokasi Benteng Batavia sulit dipertahankan jika ada serangan musuh. Pembongkaran Banteng Batavia dengan demikian membuat penduduk tinggal tinggal di situ lagi.

Oohya! Baca juga ya:

Diangkat oleh Napoleon Jadi Gubernur Jenderal Hindia-Belanda, Begini Kelakuan Daendels di Jawa

Daendels memindahnya ke Weltevreden. Weltevreden ia anggap lebih sehat dan lebih strategis dari Benteng Batavia.

Ketika pasukan Inggris menyerbu Batavia pada 1811, pasukan itu tidak mendapati apa-apa selain tentara jaga. Tentara Belanda sudah membuat pertahanan diri di sebelah utara Weltevreden agar Inggris tidak bisa menyerbu Weltevreden.

Sebagai militer yang memprioritaskan tindakan militer, maka dalam 12 hari pertama masa tugasnya, yang ia lakukan adalah mewajibkan rumah sakit merawat tentara yang sakit. Apa pun warna kukit tentara itu, harus dirawat di rumah sakit dan gratis.

Saat itu, rumah sakit di dekat Benteng Batavia sedang merawat penduduk sipil. Daendels pun meminta agar pasien-pasien sipil segera dipindah ke Semarang.

Ia pernah mengalami kewalahan dengan tindakan para bupati di wilayah pesisir utara Jawa Tengah. Maka, ia pun melakukan perubahan. Wilayah itu ia pegang sendiri sebagai gubernurnya, lalu ia tetapkan pengangkatan pejabat di tingkat bawahnya langsung dilakukan oleh gubernur jenderal.

Dengan cara ini, ia bisa mendapatkan penghasilan besar dari ‘bisnis’ di wilayah pesisir utara Jawa Tengah. Bisnis kayu jati ia monopoli, galangan kapal ia buat.

Pada saat ia mulai memimpin, ia tidak memiliki kapal. Ia kemudian memiliki 40 kapal perang kecil yang bisa ia gunakan untuk memberantas perompak-perompak di Laut Jawa.

Oohya! Baca juga ya:

Permintaan Doni Monardo Selaku Ketua Satgas Covid-19 kepada Badan Bahasa, Carikan Padanan Istilah dalam Waktu 24 Jam

Dengan demikian, ia bisa menjamin keamanan laut bagi kapal-kapal dagang yang akan berlabuh di pelabuhan di pesisir utara. Dengan bekal ini pula, ia bisa memaksa pangeran-pangeran di Jawa untuk menghormatinya.

Haruskah Jakarta sebagai daerah khusus harus dipimin oleh Daendels lagi? “Daendels mendapatkan banyak terima kasih melalui keadilannya, namun melalui kesewenang-wenangan dan sifat-sifat lainnya ia juga menciptakan banyak musuh,” tulis sebuah koran Belanda pada 1934.

Priyantono Oemar

Sumber rujukan:
- Algemeen Handelsblad voor Nederlandsch-Indie, 14 Desember 1934
- De Indische Courant, 27 Maret 1937, 22 November 1941
- Het Nieuws van den Dag voor Nederlandsch-Indie, 18 Juli 1931

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
[email protected]