Lincak

Napoleon Angkat Sosok Emosional dan Senang Mengumpat untuk Memimpin Hindia-Belanda yang Sopan Penduduknya

Patung Marsekal HW Daendels dengan Pangeran Kornel di sisi jalan raya pos Cadas Pangeran, Sumedang, Jawa Barat. Kaisar Prancis Napoleon mengangkatnya sebagai gubernur jenderal Hindia-Belanda.

Napoleon sempat kehilangan Daendels, sebelum akhirnya mengirimnya ke Jawa menjadi gubernur jenderal Hindia-Belanda. Kehormatannya hancur ketika ia dituduh ‘mencuri’ selimut para tentara, sehingga ia minta izin pulang ke kampung halaman, Hattem.

Ia minta izin untuk menenangkan diri hingga akhir 1802, tetapi akhirnya ia memilih mundur dari ketentaraan. Ia mendapat tanah seluas 500 hektare dan uang 50 ribu gulden. Prinsip republik yang mengagungkan demokrasi yang ia pegang teguh mulai luntur.

Suatu hari Louis Napoleon Bonaparte, adik Kaisar Prancis Napoleon Bonaparte yang menjadi raja Belanda sejak 1806, menemuinya. Louis menyampaikan tawaran kepada Daendels menjadi anggota luar biasa Dewan Negara.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Daendels kemudian ditawari posisi untuk melindungi Friesland dan Groningen dari kemungkinan diserang Prusia yang sedang berperang melawan Napoleon. Setelah berhasil mempermalukan Prusia di Friesland, Daendels diangkat oleh Raja Louis menjadi gubernur jenderal di Westphalen.

Oohya! Baca juga ya: Antisipasi Perubahan Iklim dengan Gaya Hidup Sehat, Bagaimana Caranya?

Tapi, keputusan Raja Louis ini mendahului masa. Kaisar Napoleon tidak menginginkan wilayah Westphalen.

Daendels tetap memerintah di Friesland dan di kemudian hari berhasil menaklukkan Oldenburg tanpa sepengetahuan raja. Ia lalu membuat laporan betapa pentingnya Oldenburg menjadi wilayah kekaisaran Prancis, dengan potensi pendapatan mencapai satu juta gulden.

Tapi, rencana lain telah dipersiapkan untuk Daendels. Napoleon tak ingin kehilangan Hindia-Timur yang telah ditinggal oleh VOC (Kompeni) sejak Desember 1799.

Setelah Kompeni bubar,Kompeni menyerahkan Hindia-Timur kepada negara. Daendels dinilai sebagai orang yang memiliki semangat dan tahu cara mempertahankan Hindia-Timur agar tidak jatuh ke tangan Inggris.

Surat pengangkatan Daendels dikeluarkan pada 28 Januari 1807. Hindia-Timur diubah menjadi Hindia-Belanda. Selama empat tahun menjadi gubernur jenderal, ia dikenal sebagai pemimpin yang kejam.

Oohya! Baca juga ya: COP28, Jokowi Dapat 100 Juta Dolar AS dari PM Norwegia, Ini Kata CEO Econusa

Sosoknya menjadi controversial. Di Belanda ia dianggap sebagai pahlawan sekaligus sebagai penjahat yang menambah daftar kejahatan yang telah dilakukan Kompeni kepada penduduk Hindia-Belanda.

Pada Desember 1810, Napoleon mengangkat Janssens sebagai gubernur jenderal baru menggantikan Daendels. Dipecat atau diberhentikan dengan hormat?

Dr ML van Deventer menyebut Daendels dipecat oleh Napoleon. Pemecatan itu dilakukan karena Napoleon disebut Van Deventer tidak percaya kepada daendels. Tapi sejarawan Dr J Mendels yang menganggap Daendels sebagai pahlawan, menyebut Napoleon justru memuji Daendels.

“Dalam surat Napoleon tanggal 25 November 1810, tidak ada jejak ketidakpercayaan yang terlihat. Sebaliknya, Kaisar memuji Daendels atas apa yang telah ia lakukan demi kesejahteraan Koloni, menyatakan keyakinan penuhnya terhadap kebijakannya, dan memberi tahu dia bahwa kapal-kapal dengan perbekalan militer yang diperlukan, dan lain-lain, sudah dalam perjalanan. [...]Bagaimana seseorang menyelaraskan sikap baik hati ini dengan dugaan ‘ketidakpercayaan’?,” tulis Dr J Mendels.

Dalam suratnya itu, Kaisar Napoleon juga memberi istri Daendels akan berkirim surat ke Jawa sebanyak dua kali dlaam sebulan. Tidak ada kejelasan mengenai hal ini.

Mendels menduga Napoleon hendak berbaik-baik dengan istri Daendels. Mendels juga sulit mempercayai anggapan bahwa Napoleon mencurigai Daendels akan mengkhianati Prancis lalu berpihak kepada Inggris.

Bagaimanapun, sejarah telah mencatat sosok kontroversial yang bernama Daendels. Ia tinggal di Jawa dari tahun 1808 hingga 1810. "Bukti kekasarannya sungguh sulit dipercaya," kata Multatuli.

H Stein mencati arsp di Paris untuk mendukung Mendels dalam membela Daendels. Ia menilai, Daendels sangat cocok digunakan di Jawa pada masa perang. Selama perang sebelum ditugasi ke Hindia-Belanda, Daendels merupakan komandan yang berani berada di garis depan.

Oohya! Baca juga ya: Pada 1921 Ada Usulan Amendemen UUD untuk Ganti Hindia-Belanda dengan Indonesia

"Selalu di depan, di tempat api paling ganas dan bahayanya paling besar. Daendels bertempur seperti prajurit paling berani; peluru musuh membunuh kuda yang ditungganginya,” tulis Mendels.

Namun, kata Stein, Daendels merupakan sosok yang tidak berguna pada masa damai di Hindia Belanda. “Bayangkan, seorang pria gugup yang tidak pernah bisa mengendalikan diri dan mengumpat ketika segala sesuatunya tidak berjalan cukup cepat baginya. Bayangkan, seorang Tuan Besar di tengah masyarakat yang bersifat apatis, sopan, dan formal!” kata H Stein.

Priyantono Oemar

Sumber rujukan:
Arnhemsche Courant, 12 Mei 1890
Het Vaderland, 17 Juni 1890

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
oohya.republika@gmail.com

Berita Terkait

Image

Beberapa Kiai Ini Dikenal Sebagai Penyebar Injil di Jawa

Image

20 Ribu Keluarga Asia Gantikan 20 Ribu Keluarga Romawi di Jawa, Habis Jugakah Mereka?

Image

Ini Bukti Gunung Muria Dulu Dipisah Selat dari Pulau Jawa