Sekapur Sirih

Festival di Tanah Papua, Semangat Menjaga Wilayah Adat dan Hutan Papua, Hari Ini Ada Festival Kali Maro

Pengunjung berkaus Orind (grup band ska Orang Indonesia) menatap monumen Titik Nol Merauke, Papua Selatan. Mulai 1 Oktober 2023 di Merauke digelar Festival Kali Maro.

Seorang kawan di Merauke mengabarkan, hari ini ada Festival Kali Maro di Pantai Arafura, Merauke. Kali Maro adalah sebutan pertama kali yang didengar oleh orang Belanda saat kapal Belanda memasuki Kali Maro.

Untuk membangkitkan industri wisata di Papua, masyarakat adat di berbagai daerah di Tanah Papua rajin mengadakan festival. Masyarakat adat Moi di Kampung Malaumkarta, Kabupaten Sorong, baru mengadakan Festival Egek pada Juni 2023.

Di Kabupaten Mimika, Papua Barat, ada Festival Kamoro. Di Kabupaten Jayapura ada Festival Danau Sentani. Di Kota Jayapura ada Festival Teluk Humbolt. Di Provinsi Papua Pegunungan ada Festival Lembah Baliem. Di Kabupaten Asmat ada Festival Budaya Asmat.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Itu setidaknya beberapa nama festival yang sudah dilaksanakan. Sekarang, hingga 3 Oktober berlangsung Festival Kali Maro di Papua Selatan.

Oohya! Baca juga ya: Memperingati Maulid Nabi Muhammad di Istana Negara, Ini yang Dikatakan Presiden Sukarno Soal Papua

Di pantai selatan Tanah Papua terdapat beberapa muara kali, yaitu Kali Maro, Kali Kumbe, Kali Bian, dan Kali Bulaka. Pada awal 1900-an, Orang kapal datang di wilayah ini dengan sebuah kapal.

Ketika kapal memasuki Kali Maro, orang-orang suku Marind yang sedang mendayung perahu-perahu terkejut. Didorong rasa penasaran, mereka mendayung perahu kea rah kapal.

Mereka melihat di kapal ada orang-orang berkulit putih. “Kaya, kaya,” teriak orang-orang Marind.

Orang-orang bule di kapal menyahut, “Kowe orang kaya-kaya?”

Mendengar kata kaya diteriakkan juga oleh bule-bule itu, orang-orang Marind senang. Mereka menganggap bule-bile di atas kapal adalah juga sahabat. Dalam bahasa Marind, kaya adalah sahabat.

Oohya! Baca juga ya: Bahu-Membahu Mewajibkan Penggunaan Produk SNI untuk Proyek Pembangunan IKN Nusantara

Orang-orag Marind pun naik ke kapal. Melihat hal-hal baru di atas kapal yang belum pernah mereka lihat sebelumnya di tanah mereka.

Saat bule menunjuk kea rah sungai, orang-orang Marind mencoba meneka pikiran bule itu. Sepertinya sedang menanyakan nama. Maka, orang Marind menjawab, “Maro ke”.

Menyebut maro ke, maksud orang Marind adalah memberi tahu jika yang ditnjuk bule itu adalah Kali Maro. Orang Belanda memahaminya sebagai Merauke.

Kebudayaan masyarakat adat tentu menjadi program andalan di setiap festival di Tanah Papua itu, termasuk juga yang di Festival Kali Maro ini. Tarian dan produk kerajinan yang khas Papua menjadi daya tarik tersendiri.

Tentu saj aada juga produk-produk ekonomi yang bersumber dari hutan mereka. Hutan Papua yang kaya flora, membuat masyarakat adat di berbagai wilayah di Tanah Papua memiliki berbagai produk herbal.

Itu sebabnya, ketika hutan mereka dijarah oleh investor, dari berbagai penjuru Papua mereka berteriak keras-keras. Hutan di Papua menjadi sumber kehidupan bagi mereka.

Hutan Papua juga memiliki potensi besar sebagai daya tarik wisata. Burung-burung khas Papua juga menjadi andalan untuk disodorkan kepada para pengunjung.

Oohya! Baca juga ya: Menonton Wayang, Ruslan Abdulgani Bertanya kepada Sukarno: Mengapa Penjahat di Kiri dan Pahlawan di Kanan?

Mereka memliki hukum adat untuk menjaga kelestarian hutan mereka. Karena itulah mereka menuntut pengakuan hak adat atas wilayah hutan mereka.

Hasil penelitian yang telah dipublikasikan di jurnal Nature pada Agustus 2020 menyebut, jumlah spesies tumbuhan di Tanah Papua lebih banyak dari jumlah spesies yang ada di Madagaskar. Selama ini, Madagaskar dikenal sebagai pusat keanekaragaman hayati.

Jadi, dari penelitian yang melibatkan 99 ahli botani dari 56 lembaga di 19 negara itu membuktikan jika hayati tidak hanya ada di Madagaskar. Hayati justru banyak ada di Tanah Papua.

Oohya! Baca juga ya: Ikut Bali Hope Swimrun 2023, Bagaimana 20 Atlet dari 8 Negara Ini Membantu Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan?

Menurut hasil penelitian itu, ada 13.634 spesies tumbuhan dari 1.742 genus dan 264 famili. Sebanyak 68 persen di antaranya merupakan spesies tumbuhan endemik di Papua.

Di Madagaskar hanya ada 11.488 spesies. Ini memosisikan Tanah Papua sebagai pulau dengan keanekaragaman tumbuhan terkaya di dunia.

Memang masih kalah dibandingkan dengan kekayaan hutan Amazon yang memiliki jumlah spesies 2,6 kali lebh besar dari yang dimiliki Papua. Namun, luas Amazon 6,4 kali lebih besar dari Papua.

Priyantono Oemar

Sumber rujukan:
Sejarah Gereja Katolik di Irian Selatan karya Keuskupan Agung Merauke (1999)
'Rilis Publikasi Artikel Ilmiah' oleh Balibangda Papua Barat (Agustus 2020)